jpnn.com - Di tengah hutan kelapa Kastela, terdapat sebuah sumber air tua. Usianya diperkirakan ratusan tahun. Bekas peninggalan orang-orang Portugis yang mencari rempah di Ternate. Hingga kini masih mengalirkan sumber kehidupan.
Gunawan Tidore, Ternate
BACA JUGA: Ian Antono, Tiga Tahun Mengamen di Bus, Kini Pengin Balik ke Malang
Airnya masih sejernih dulu. Warga setempat pun masih memanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari. Sejak dulu, perigi berdiameter sekira 1 meter itu selalu menjadi penyelamat warga. Letaknya di belakang kampung Kastela, Kecamatan Pulau Ternate, tepatnya di RT/RW 04/02. Sekitar 100 meter dari jalan raya saat ini. Di antara pepohonan kelapa dan sedikit cengkih, sumber air yang kerap disebut Sumur Kunci itu berdiri.
Dinding sumur terbuat dari batu kapur. Sebagiannya telah roboh. Tapi itu tak mengurangi fungsinya sebagai salah satu sumber kehidupan. Airnya tawar dan sejuk.
BACA JUGA: Mantan Ajudan Bung Karno Ini Nyentrik, Punya Kebiasaan Unik setiap Agustus
Sumur tua ini konon digali Bangsa Portugis. Di masa-masa awal Kesultanan Ternate eksis, Kastela memang menjadi pusat kekuasaan. Tak heran, orang-orang Portugis pun memilih lokasi tersebut sebagai tempat bermukim. ”Dibuat sumur kunci itu untuk pemandian Bangsa Portugis,” ungkap H Bahtiar Amir, warga Kastela yang juga seorang saksi sejarah, kepada Malut Post, Senin (8/8).
Di masa agresi militer Jepang, sumur ini menjadi satu-satunya sumber air yang dapat dimanfaatkan warga Kastela. Kala itu, warga memang hidup bersembunyi di hutan untuk menghindari tentara Jepang. ”Hanya Sumur Kunci yang menjadi andalan kami saat bersembunyi dari Jepang pada tahun 1940-an. Kami bersembunyi di belakang kampung,” kisah lelaki kelahiran 1926 itu saat ditemui di rumahnya.
BACA JUGA: Di Kampung Teten Masduki Sekolah Roboh, di Kalsel Murid Tinggal Satu, Full Day School?
Jaraknya yang paling dekat dengan lokasi persembunyian membuat Sumur Kunci menjadi satu-satunya sumber air yang dapat diakses. Kejernihan airnya di masa itu memungkinkan warga menggunakannya untuk minum.
”Jarak antara sumur dengan tempat persembunyian saat itu hanya setengah kilometer. Tergolong dekat dengan tempat persembunyian, tapi jauh dari jangkauan Jepang,” tutur pria yang akrab disapa Haji Amir itu.
Menurut Hamdan Hasan, warga setempat, perigi ini dinamakan Sumur Kunci lantaran fungsinya sebagai pusat dari sejumlah sumur yang ada di Kastela. Selain itu, ia dipercaya sebagai sumur tertua di wilayah tersebut.
”Di sini (Kastela, red) Sumur Kunci itu merupakan pusat air. Jadi pusat itu dianalogikan sebagai kunci,” kata Hamdan yang juga Ketua RT 04.
Bagi pemerintah kota, Sumur Kunci mungkin tak digolongkan sebagai situs sejarah. Namun bagi warga Kastela, keberadaannya menyelamatkan, sejak zaman leluhur mereka. Dan seakan memahami fungsinya, Sumur Kunci nyaris tak pernah kering.
Debit airnya selalu mendekati mulut sumur. Hingga warga tak perlu bersusah payah menimbanya. ”Paling kalau kemarau hingga empat bulanan, debit airnya menyusut. Tapi begitu turun hujan, balik lagi seperti biasanya,” pungkas Hamdan.(JPG/mg-01/kai/fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hebat! Amaniarti Rintis Sekolah Gratis, Adik Menteri Ikut Mengajar
Redaktur : Tim Redaksi