Banjir Bekasi Terparah

Selasa, 14 Januari 2014 – 08:15 WIB

jpnn.com - BABELAN –  Banjir di Bekasi masih belum surut. Kemarin ribuan masyarakat korban banjir masih bertahan di sejumlah lokasi pengungsian.

Di Kabupaten Bekasi sebanyak 8.268 kepala keluarga dari tujuh desa dan dua kelurahan di Kecamatan Babelan, terpaksa mengungsi. Sebab, Kali Bekasi dan Kali Cikarang Bekasi Laut (CBL) menerjang pemukiman mereka.

BACA JUGA: Kondisi Pengungsi Berdesakan

Camat Babelan, Suhup mengatakaan, banjir terparah berada di belakang Pasar Babelan Kota dan Kampung Pendayakan, Pasar Emas di Desa Buni Bakti. Di sini, diduga air berasal dari limpasan Kali Bekasi.

’’Warga yang rumahnya terendam banjir, terpaksa dievakuasi ke kantor Camat, musala, koramil dan kantor tempat pemotongan hewan,’’ ujar Suhup.

BACA JUGA: Banjir Semakin Meluas, Ribuan Warga Mengungsi

Di desa Bunibakti, kata Suhup, nyaris seluruh kampung ikut terendam juga. Posko-posko juga sudah didirikan. Ada yang di kantor desa, sampai di pinggir jalan.

Informasi adanya banjir kiriman dari Bogor sudah didengar sejak pukul 22.30, pada Minggu (12/1) lalu. Air mulai limpas dari Kali Bekasi sekitar pukul 24.00. Suhup langsung menginstruksikan lagi ke seluruh desa untuk mengantisipasi.

BACA JUGA: Penyaluran Bantuan Korban Banjir Terhambat Data

’’Saya juga sudah mengimbau agar didirikan posko kesehatan di setiap titik banjir. Agar lebih mudah menangani warga yang terkena penyakit. Alhamdulillah sampai saat ini, tidak ada warga yang terserang penyakit maupun hilang,” bebernya.

Untuk sekolah yang terendam banjir, lanjut Suhup, baru SD Kedungpengawas. Sekolah tersebut sengaja agar diliburkan karena banjir yang melanda menganggu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

Ia juga sudah mencoba meminta ke Pemkab Bekasi untuk memberikan bantuan logistik bagi warganya yang menjadi korban banjir.

Sementara itu, Lurah Kebalen, Syahwono Adji mengungkapkan, banjir terparah terjadi di Kampung Penggilingantengah, Perumahan BOS, Kelapa Tiga, Perumahan Travista, dan Kebon Bambu.

’’Ketinggiannya hingga sedada orang dewasa. Karena beberapa kampung berdekatan dengan Kali Bekasi,” tuturnya.

Meski sudah ada yang diturap, kata Syahwono, tetap saja limpas. Karena debit air yang cukup tinggi. Warga pun tetap ada yang masih ngotot untuk tinggal di rumah. Ada juga evakuasi ke rumah tetangganya yang dianggap aman.

Warga Kampung Penggilingan, Ida mengatakan, sejak malam rumahnya terendam banjir. Ia evakuasi tanpa membawa barang-barangnya. Terpenting, bagi dia menyelamatkan keluarganya terlebih dahulu.

’’Saya sudah nggak mikir barang-barang milik saya mas. Yang penting keluarga dulu diselamatkan,” kata perempuan asal Medan ini.

Di Kota Bekasi, banjir melanda pemukiman tak kalah banyaknya dengan wilyah Kabupaten Bekasi. Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB) Jawa Barat mencatat banjir di Kota Bekasi terparah dibandingkan wilayah Jawa Barat lainnya.
’’Kota Bekasi paling parah dibandingkan Kabupaten Bandung, Kabupaten Bekasi, Karawang, Bogor, dan Depok,’’ ujar R Haryadi, ketua BNPB Jabar, kemarin.
Kondisi itu juga, sambung Haryadi, yang mendorong Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan melihat langsung penanganan banjir di Kota Bekasi.
Pantauan Radar Bekasi, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan mengunjungi lokasi banjir di Perumahan Bumi Nasio Indah bersama Wakil Wali Kota, Ahmad Syaikhu. Di sini ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa.

Haryadi mengungkapkan, BNPB Jabar sangat menyayangkan tidak adanya BNPB wilayah di Kota Bekasi. Sebab dengan tidak adanya BNPB di Kota Bekasi maka akan menghambat distribusi bantuan yang diserahkan dari BNPB Provinsi.

’’Sayang sekali memang di Kota Bekasi belum ada BPBD karena akan menghambat koordinasi dan penyampaian bantuan, seharusnya Kota Bekasi sudah ada BNPB atu BPBD,” katanya.

Dalam memberikan perhatian kepada bencana banjir di Kota Bekasi, lanjut Haryadi, Pemprov Jabar telah menggelontorkan bantuan berupa 4.000 bungkus mi instan, 400 paket lauk pauk, daster, sarung, kaos kerah, kain batik, selimut, seragam SD masing-masing 100 buah, 40 tenda gulung, dan 40 matras gulung dengan nilai Rp55.691.900.

Selain itu bantuan yang dianggarkan dari APBD adalah minyak goreng 480 paket, kornet 100 paket, air mineral lima dus, pembalut wanita 100 pack, senilai Rp3.475.143. ’’Kalau ditotal sekitar Rp59.167.043 yang digelontorkan oleh Pemprov Jabar untuk hari ini (kemarin) saja,” sambung Haryadi.

Sementara itu, Ketua Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Bekasi, Engkus Kustara, menambahkan, bantuan dari Pemkot Bekasi berupa 3.000 mi instan, makanan siap saji, family kit atau kebutuhan bayi, kebutuhan lansia, 1.500 kaos dewasa , 150 paket lauk pauk, dan 500 dus air mineral telah didistribusikan ke 18 titik banjir.

Namun demikian hingga sore kemarin diketahui persediaan logistik sudah mulai berkurang, karena jumlah pengungsi yang cukup banyak mencapai 1.500 pengungsi termasuk di antaranya adalah wanita hamil, lansia, dan balita.

’’Untuk berjaga-jaga kita juga berkordinasi dengan berbagai pihak termasuk menyiapkan perahu karet di titik banjir yang parah,” tandasnya.

Terpisah, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, saat mengunjungi Perumahan Bumi Nasio, Jatiasih, mengatakan permasalahan banjir tidak bisa ditangani Pemprov Jabar sendirian tanpa memperbaiki aliran sungai dari hulu hingga hilirnya. ’’Masalah banjir bukan saja dari hulu, tetapi hulu dan hilirnya,” katanya.

Dia juga mengimbau agar pembangunan rumah maupun bangunan apapun memiliki jarak minimal dengan bibir sungai sekitar dua meter. Dengan demikian kerawanan banjir bisa diminimalisir dan perbaikan sungai bisa memenuhi standar.

Untuk konservasi hulu, lanjutnya, Pemprov Jabar akan mempertahankan hutan sebagai penyimpan air hujan,  kemudian memperbaiki ratusan danau. Selain itu yang juga penting dilakukan adalah mempertahankan kedalaman sungai dan tidak boleh ada penyempitan.Untuk merealisasikan hal itu, lanjut Aher, perlu ada kerja sama dari Pemprov Jabar, DKI, hingga pemerintah pusat.

Dengan dibangunnya sebuah kerja sama, maka masing-masing  pemerintah daerah harus bisa saling berkomitmen untuk melakukan perencanaan dan melaksanakannya. Jika kerja sama itu benar-benar sudah dibangun komitmen maka selanjutnya dapat ditentukan tentang siapa saja yang akan menggarap perbaikan masalah banjir, dimana saja, bagaimana, dan anggaran dari mana saja akan diperoleh.

Pihak Pemprov Jabar sendiri saat ini sedang mengerjakan perbaikan normalisasi aliran air sungai Citarum sepanjang 20 kilometer.

Aher menambahkan, untuk masalah evakuasi dan persediaan logistik hingga saat ini dinilai masih aman dan kondusif. Tetapi dia kembali menegaskan, masalah sebenarnya yang saat ini harus ditindak lanjuti adalah masalah banjir itu sendiri.

’’Untuk saat ini masalah logistik dan penanganan korban banjir masih bisa dikatakan aman. Insya Allah obat-obatan juga belum terlalu vital karena banjir di kota mungkin berbeda dengan banjir yang ada di perkampungan,” tandasnya. (sam/mas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cawang Masih Terendam Banjir 4 Meter


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler