Banjir di Ngawi, Petani Merugi hingga Rp 33 Miliar

Senin, 11 Maret 2019 – 06:55 WIB
Sawah terendam banjir. Foto: JPG/Pojokpitu

jpnn.com, NGAWI - Bencana banjir yang melanda Ngawi beberapa hari terakhir menghantam sektor pertanian. Taksiran dinas pertanian (disperta) setempat, kerugian akibat banjir kali ini mencapai Rp 33,2 miliar.

Angka itu berasal total lahan padi siap panen seluas hampir 1.200 hektare di enam kecamatan yang terendam.

BACA JUGA: Politikus Gerindra: Trans Jawa Direndam Banjir Mirip Tol Laut

Kepala Disperta Ngawi Marsudi tidak menampik bahwa kerugian yang dialami para petani akibat banjir kali ini angkanya fantastis. Sebab, ketika banjir menerjang wilayah Ngawi sejak Rabu lalu (6/3) masih banyak tanaman padi usia 80-90 hari setelah tanam (HST). ‘’Hasil pendataan petugas kami di lapangan, sebagian besar belum dipanen,’’ ungkapnya.

Marsudi memerinci, luas lahan pertanian yang terdampak banjir kali ini mencapai sekitar 1.400 hektare. Dari luasan itu, 171,5 hektare di antaranya sudah semai dan tanam dengan usia padi 1-25 hari. ‘’Sisanya sudah siap dipanen, tapi keburu terendam banjir,’’ ujarnya.

BACA JUGA: Pentingnya Digitalisasi Untuk Kesejahteraan Petani

BACA JUGA: Longsoran Dibersihkan, Jalur Menuju Desa Negeri Batin Lancar

Jika diasumsikan satu hektare lahan menghasilkan tujuh ton gabah basah dengan harga kisaran Rp 4.000 per kilogram, kerugian yang timbul mencapai Rp 28 juta. ‘’Itu hitungan kasarnya, dan jika semuanya tidak bisa dipanen alias puso,’’ imbuh Marsudi.

BACA JUGA: Pengamat Nilai Pemerintah Sudah Lakukan Swasembada Pangan

Apabila dikalikan dengan luas lahan dengan tanaman padi siap panen seluas 1.199,5 hektare, kerugian yang dialami petani mencapai puluhan miliar. Sayangnya, hanya sebagian kecil yakni sekitar 10,25 hektare yang telah diasuransikan.

Itupun, kata Marsudi, klaim asuransinya hanya menggantikan biaya produksi sebesar Rp 6 juta per hektare. ‘’Juga syaratnya kondisi tanaman dinyatakan rusak atau puso,’’ sebutnya.

BACA JUGA: Total Investasi Jalan Tol Trans Sumatera Diperkirakan Capai Rp 476 triliun

Marsudi menambahkan, padi yang sudah terendam banjir selama dua hari dipastikan rusak. Terutama yang roboh akibat diterjang banjir. Sedangkan yang masih tegak masih dapat dipanen, namun kualitasnya turun dan harga jualnya anjlok.

‘’Kalau dari dinas selama ini bisanya membantu dari asuransi itu. Yang memenuhi syarat akan kami proses pencairannya,’’ tuturnya. (tif/isd)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Genjot Infrastruktur Pertanian, Pemerintah Sukses Tekan Inflasi


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler