jpnn.com - SURADADI – Hujan deras yang mengguyur Tegal dan sekitarnya sejak Senin (2/3) sore hingga Selasa (3/3) dini hari membuat sejumlah wilayah di Desa Sidoarjo, Kecamatan Sudadadi kebanjiran. Akibatnya, sebanyak 538 pemukiman warga di wilayah tersebut terendam. Banjir juga memutuskan akses jalan masuk maupun keluar desa. Kondisi ini membuat warga harus berputar arah saat menjalankan aktivitas.
Kepala Desa Sidoarjo, Sumaryo mengatakan, air mulai menggenangi pemukiman warga sekitar pukul 02.00 WIB. Air tersebut berasal dari luapan Sungai Cacaban dan menimpa Dukuh Cidadap. Pedukuhan itu mencakup 9 RT dan 3 RW.
BACA JUGA: Parah! Guru SMP Nyabu dengan Selingkuhan di Hotel
”Banjir kali ini menimpa 538 rumah yang berada di RT 08/RW 5, RT 09/RW 5, RT 10/RW 5, RT 11/RW 6, RT 12/RW 6, RT 13/RW 6, RT 14/RW 7, RT 15/RW 7, dan RT 16/RW 7,” jelasnya.
Dia menjelaskan, ketinggian air sekitar 1,5 meter. Beruntung tidak ada korban jiwa maupun kerusakan parah pada bangunan rumah milik warga dalam kejadian tersebut. Meski demikian, sementara sebagian warga mengungsi di tempat aman. Sisanya bertahan di tempat tinggal mereka.
BACA JUGA: Ini Aksi Berani Perempuan yang Hendak Diperkosa Perampok
Pihaknya bersama aparat desa dan warga bahu-membahu mengecek kondisi banjir, sekaligus mendata kerusakan apa saja yang mungkin terjadi. Pihaknya juga memberikan bantuan seperti mie instan, minuman dalam kemasan, dan lainnya untuk membantu warga yang sedang terkena musibah.
Banjir tersebut, lanjut dia, merupakan kesekian kalinya. Dimana itu terjadi setiap kali hujan deras turun. Kondisi tersebut diperparah dengan meluapnya Sungai Cacaban, sehingga air dengan cepat masuk ke pemukiman warga serta menggenangi jalan desa yang menjadi akses utama keluar masuk warga.
BACA JUGA: Disidang, Pria Buta Dipapah Polisi Bersenjata Lengkap
”Meski air mulai surut di siang hari, tetapi kami tetap waspada untuk mengantisipasi semua kemungkinan yang bisa saja terjadi,” katanya.
Terputusnya jalan desa diantisipasi dengan menyediakan perahu karet dari BPBD Provinsi Jawa Tengah. Dimana perahu itu untuk membantu warga melintasi genangan air. Langkah tersebut disambut baik, terutama oleh anak-anak yang akan berangkat atau pulang sekolah.
Seperti yang dilakukan oleh Purwanti, siswi kelas VII SMP. Dia dipandu untuk melewati jalan desa yang terendam. Menurut dia, terputusnya jalan desa membuat dia harus melintas dengan perahu karet. Hal itu dilakukan karena genangan air cukup tinggi hingga 1 meter lebih.
Dengan bantuan perahu karet, sepatu dan perlengkapan sekolah milik dia dan belasan siswa yang diangkut menjadi aman sampai ke tempat yang kering. Banjir yang kerap terjadi saat hujan lebat turun diakuinya menjadi pemandangan biasa. Meski demikian, dia menjadi terganggu, karena terlambat sampai ke sekolah. Namun, beruntung para guru bisa memahami kondisi yang terjadi, sehingga dia bisa mengikuti pelajaran seperti biasanya.
”Kalau tidak ada perahu karet mungkin kami tidak bisa sekolah,” terangnya.
Sanuri (46), warga sekitar mengaku, banjir yang terjadi saat ini merupakan kali kesekian saat musim penghujan tiba. Meski bagian depan rumahnya sudah diberi pembatas, tetapi derasnya air yang berasal dari luapan sungai membuat tanggul yang dia buat jebol. Beruntung air mulai surut di siang hari, sehingga dia dan keluarga tidak perlu mengungsi.
Sebagai langkah antisipasi, kata dia, semua barang berharga, misalnya peralatan elektronik hingga ijazah dan surat lainnya dia amankan di tempat yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. Langkah sigap dari aparat desa yang mendatangi lokasi banjir dan mengecek kondisi warga membuat dia dan korban banjir lainnya merasa lebih tenang.
Sebab, dengan mendata semua keruasakan dan sebagainya, maka bisa diketahui sejak dini, siapa saja yang harus diprioritaskan, baik dalam proses evakuasi maupun bantuan lainnya. (gun/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bea Cukai Karimun Tangkap Empat Kapal Muatan Beras Eks Impor
Redaktur : Tim Redaksi