Bank Masih Tahan Dampak Kenaikan Bunga

Hasil Stress Test Bank Indonesia

Selasa, 20 Mei 2014 – 07:33 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Pengetatan moneter melalui peningkatan suku bunga acuan diperkirakan masih bisa terjadi. Apalagi, merujuk stress test yang dilakukan Bank Indonesia (BI), perbankan di tanah air cukup tahan terhadap risiko kenaikan suku bunga hingga 250 basis poin atau 2,5 persen menjadi 10 persen.

 

Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengatakan, bank sentral telah menghitung dampak simulasi kenaikan suku bunga terhadap permodalan bank.

BACA JUGA: Risiko Depresiasi Rupiah, 9 Perusahaan Bisa Insolvent

"Kalau kami naikkan bunga 2,5 persen, dampak kepada perbankan tidak terlalu masalah kepada CAR (capital adequacy ratio/rasio kecukupan modal)," ungkapnya usai peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan, di Gedung BI, Jakarta, kemarin (19/5).

BACA JUGA: Dua Pabrik SKT Tutup, Cukai Melayang Rp 479 M

Halim menambahkan, kalaupun ada penurunan rasio permodalan, kisarannya hanya 0,1-0,2 persen. Dengan demikian potensi penurunan CAR tersebut tak mengganggu penerapan modal buffer Basel III termasuk untuk memenuhi ketentuan permodalan berdasarkan bank umum kegiatan usaha (BUKU).

"Kalau bank besar BUKU IV memang kami berkeinginan bisa lebih tinggi. Namun penurunan 0,1-0,2 masih tidak masalah. Untuk aturan-aturan CAR mengenai capital buffer, lalu seperti pertambahan modal untuk menjaga bantalan itu belum kami terapkan. Perlu waktu," ujarnya.

BACA JUGA: Pakai Surat Keterangan Hilang KTP, Tiket Hangus

Merujuk hasil integrated stress test, dengan skenario kenaikan suku bunga sebesar 1 persen hingga 5 persen, rasio permodalan bank baik secara industri maupun berdasarkan BUKU masih cukup kuat di atas 14 persen. CAR awal industri yang sebelumnya 18,48 persen, bisa menjadi 17,60 persen setelah dilakukan stress test.

Lebih rinci, posisi CAR hasil stress test bank BUKU II turun tipis menjadi 23,92 persen, dari awalnya 24,91 persen. Begitu pula untuk bank BUKU IV memiliki CAR awal 15,91 persen lantas turun tipis menjadi 15,35 persen dalam stress test.

"Dalam tes tersebut, BUKU I dan BUKU III berpotensi memiliki dampak risiko suku bunga terhadap permodalan bank yang relatif lebih besar dibandingkan BUKU lainnya," ujarnya.

Bank di segmen BUKU I mengalami koreksi lebih dari 2 persen, dari CAR awal 19,08 persen menjadi 17,66 persen setelah stress test. Sementara CAR bank BUKU III turun dari awalnya 16,18 persen menjadi 15 persen.

Di samping komponen suku bunga, stress test juga didasarkan terhadap komponen pelemahan nilai tukar.

BI mencatat pelemahan nilai tukar rupiah pada semester dua 2013 menyebabkan perbankan cenderung meningkatkan aset valas untuk memitigasi risiko pelemahan rupiah terhadap permodalan bank. Hal ini menyebabkan industri perbankan memiliki posisi net long valas yang tinggi sejak terjadinya depresiasi rupiah. (gal/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mulai Hari Ini, Tiga Bandara Berlakukan Tarif PJP2U Baru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler