Bank Perkuat Likuiditas dan Kencangkan Ekspansi Kredit

Ketat, Persaingan Buru Simpanan Masyarakat

Senin, 03 November 2008 – 11:00 WIB
JAKARTA - Industri perbankan nasional sempat dilanda kekeringan likuiditas yang lumayan parahUntunglah, aksi pelonggaran giro wajib minimum (GWM) oleh bank sentral membuat brankas bank mulai sedikit membasah.

Bunga PUAB (pasar uang antarbank) overnight, salah satu alternatif bank mendapatkan dana, yang sempat mendaki kini mulai melandai

BACA JUGA: Kalla Yakin Ekspor Tak terganggu Krisis

Namun, bukan berarti bank bisa berleha-leha
Dana masyarakat harus terus diburu untuk semakin memperkuat likuiditas dan memperkencang ekspansi kredit

BACA JUGA: Suspensi Saham Bakrie Berlanjut



"Sebenarnya, bank itu bisnis yang modalnya trust
Tapi, itu saja tidak cukup

BACA JUGA: Premium Industri Lebih Murah daripada SPBU

Harus ada timbal-balik antara bank dan nasabahnyaDi sinilah harus ada kiat untuk menyerap DPK dari masyarakat," ujar Wapresdir PT Bank International Indonesia Tbk Sukatmo Padmosukarso di sela halal bi halal, Jumat malam (31/10).

Secara umum, berdasar laporan keuangan bank-bank per September 2008, likuiditas perbankan memang masih dalam tahap amanTapi, kucuran kredit yang masih deras, apalagi menjelang akhir tahun, patut diwaspadai bisa menggerus kualitas likuiditas perbankan

Apalagi, kata Wapresdir PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja, ada kecenderungan penarikan dana rupiah di bank-bankMemanfaatkan penguatan dolar AS (USD), ada sejumlah pelaku pasar yang mencoba berspekulasi dengan menarik dana simpanan rupiahnya

"Itu memang yang perlu diwaspadaiRupiah dilepas, tapi ya semoga jangan dipakai untuk spekulasi USD," ujarnya

Dari laporan keuangan bank-bank sebenarnya ada kecenderungan yang hampir sama: kredit melaju cepat, sementara penghimpunan DPK tersendatDi BNI, misalnya, dana simpanan hanya tumbuh 7 persen, sementara kredit mengucur 34 persenDi BCA, kredit melaju 53,3 persen, padahal pengumpulan DPK hanya mendaki 14 persenDi BRI, kredit naik 37 persen, sementara penghimpunan DPK hanya 27 persen

Bank Bukopin malah lebih parah: kreditnya tumbuh 19,12 persen, tetapi DPK-nya justru minus 15,22 persenBank-bank lain juga sama, meski ada bank lain, seperti Bank Panin, yang pertumbuhan DPK-nya lebih besar daripada pengucuran kredit

Ini sebenarnya menjadi sinyal bahwa kekeringan likuiditas belum berakhirNamun untunglah, kata Jahja, ada pelonggaran GWM, baik untuk rupiah maupun valasItu membuat likuiditas bank mulai mengembang

Dirut BNI Gatot MSuwondo juga tak gusar"Kami akan berusaha melakukan rekomposisi di sisi aset dan liability," ujar GatotCaranya, meningkatkan pinjaman dan menurunkan low-yielding asset

Bank-bank pun mulai memutar otakJalan konvensional yang diambil adalah menawarkan hadiahPT Bank Bukopin Tbk yang dana murahnya anjlok pun menggelontorkan hadiah mobil mewah dan berbagai macam hadiah lainnya, seperti voucher belanja hingga tempat hiburan(eri/fan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BI Pasrah Belanda Likuidasi Indover


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler