Bank Permata Mati-matian Tekan Rasio Kredit Bermasalah

Kamis, 30 Maret 2017 – 15:44 WIB
Ilustrasi Bank Permata. Foto: Cianjur Ekspres/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - PT Bank Permata Tbk memiliki tugas berat untuk menekan rasio kredit bermasalah alias nonpeforming loan (NPL).

Berdasar laporan keuangan tahun lalu, NPL emiten berkode BNLI itu menjadi 8,83 persen.

BACA JUGA: Rasio Kredit Bermasalah Perbankan Sentuh 6,61 Persen

Padahal, pada 2015 NPL bank tersebut masih aman di level 2,74 persen.

Akibatnya, induk usaha Bank Permata, yakni Grup Astra, menyuntikkan modal Rp 3 triliun.

BACA JUGA: Bank Kelas Kakap Hadapi Tekanan Kredit Bermasalah

Di samping itu, cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) tahun lalu cukup besar, yaitu Rp 11,59 triliun.

Jumlah tersebut naik berlipat kali bila dibandingkan pada 2015 yang hanya Rp 3 triliun.

BACA JUGA: Kredit Bermasalah Sektor Konstruksi Melebihi Batas BI

Dari penjualan agunan tahun lalu, perseroan mendapatkan laba Rp 3,6 triliun.

Pada 10 Maret lalu, perseroan menjual portofolio kredit macet kepada perusahaan dengan tujuan khusus atau special purpose vehicle (SPV) CVI CVF III LUX Master SARL.

Nilai transaksi jual belinya mencapai Rp 1,12 triliun.

Direktur Utama Bank Permata Ridha D.M. Wirakusumah menyatakan, perseroan memang masih berfokus pada upaya restrukturisasi kredit dan tidak lagi berencana menjual portofolio kredit macet.

’’Kami tidak lagi menjual, jadi sekarang proaktif restrukturisasi. Harapan kami, akhir tahun NPL gross kurang dari lima persen. Sekarang gross sudah sekitar enam persen,’’ ujarnya setelah rapat umum pemegang saham (RUPS) BNLI, Rabu (29/3).

Bank Permata disebut-sebut memiliki riwayat kredit macet yang disebabkan perusahaan otomotif Garansindo selaku distributor kendaraan dari AS dan Eropa seperti Dodge, Jeep, Fiat, Chrysler, Alfa Romeo, dan Ducati.

Namun, Ridha enggan bertutur lebih jauh mengenai hal tersebut.

’’Kalau itu kan ada UU mengenai kerahasiaan bank ya. Jadi, saya tidak bisa menjelaskan,’’ katanya.

Dari pencadangan yang dilakukan, beberapa sektor terbesar yang cukup menyedot provisi adalah industri pengolahan, transportasi, dan pertambangan.

Menurut Ridha, perseroan tahun ini lebih memperkuat fundamental pemberian kredit, baik dari segi policy, personalia, pemilihan nasabah, maupun pemilihan industri yang ditargetkan.

’’Sektor kami yang bermasalah cukup merata. Kalau perkuat diri sendiri, mudah-mudahan oke (NPL-nya, Red),’’ tutur Ridha. (rin/c14/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Sektor Penyumbang NFP Tertinggi BNI Syariah


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler