jpnn.com, JAKARTA - Bagi Bank Sampah Unit (BSU) Cendana, tiada hari tanpa peduli sampah. Sejak berdiri 10 bulan lalu, total sampah yang berhasil dikumpulkan mencapai 8.541,3 kg atau rata-rata hampir 900 kg per bulannya. Total uang yang diperoleh dalam periode tersebut sejumlah Rp. 12.430.975.
“Target kami adalah bersih sampah dari sumbernya. Baik dari rumah tangga, sekolah, mall, warung, restoran, dari kantor, dan darimana saja yang menjadi sumber-sumber sampah tersebut,” jelas Pelindung BSU Cendana, yang juga Ketua Darma Wanita Persatuan (DWP) Badan Litbang dan Inovasi, KLHK Nelly Agus Justianto.
BACA JUGA: Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Perlu Institusi Resmi di Tingkat Desa
Menjelang setahun sejak diresmikan pada 20 April 2018 lalu, bank sampah dharma wanita yang pertama di lingkup KLHK ini, telah berkembang pesat.
Legalitas juga sudah dipenuhi dengan terdaftar di Bank Sampah Induk Berbasis Aparatur (BASIBA) Kota Bogor.
BACA JUGA: Gerakan Indonesia Bersih, Sudahkah Kamu Tertib Buang Sampah?
“Awalnya ini untuk menjawab tantangan kontribusi apa yang bisa diberikan dharma wanita untuk lingkungan, khususnya kantor di sini. Namun ternyata malah bisa meluas ke masyarakat. Banyak orang yang merespon minta diajari,” kata Nelly.
Nasabah BSU Cendana meliputi ibu rumah tangga, karyawan-karyawati, anggota DWP BLI, pemilik warung dan rumah makan, serta pekerja rumah tangga. “Alhamdulillah, sampai Februari 2019, total nasabah kita sudah 149 orang,” jelas Nelly.
BACA JUGA: Â Pemerintah Inisiasi Gerakan Indonesia Bersih untuk Masyarakat Sehat
Kondisi itu, merupakan capaian yang menggembirakan sekaligus menjanjikan. Pada usianya yang masih terbilang baru, BSU Cendana dapat berkontribusi mengurangi volume sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Galuga, Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Untuk mewujudkan target bersih sampah tersebut, lebih lanjut Nelly menyampaikan bahwa BSU Cendana sudah menetapkan tujuan jangka pendek dan panjang.
Dalam tiga tahun ini, pertama adalah menambah jaringan sehingga masyarakat makin banyak yang menjadi nasabah. Kedua, melakukan diversifikasi manfaat dari sampah anorganik yang disetorkan, dan ketiga melakukan pengelolaan sampah organik.
“Tujuan jangka panjang dari bank sampah ini adalah, yaitu membentuk masyakarat yang bersih dan peduli pada lingkungan. Dengan cara melakukan ketiga hal tadi secara istiqomah. Jika istiqomah, lama-lama akan terbentuk budaya bersih dan peduli pada lingkungan,” lanjutnya.
Lebih detail Nelly menjelaskan diversifikasi manfaat setoran sampah anorganik, selain sebagai tabungan, juga akan dikembangkan sistem barter dengan barang kebutuhan rumah tangga. Selain itu juga akan ditingkatkan nilai tambahnya menjadi kerajinan.
Sementara itu, Direktur BSU Cendana DWP BLI Neni Satria Astana, menyampaikan mulai 2019, BSU Cendana akan mengelola sampah organik untuk dijadikan kompos. Untuk aplikasinya, sedang dibangun demplot kebun organik dengan memanfaatkan lahan di lingkungan kantor BLI, Bogor.
"Kami akan mendatangkan petani organik yang otodidak untuk memberikan pelatihan membuat pupuk organik, sampai pupuk jadi. Jika pupuknya bagus, akan diterima oleh petani,” jelas Neni.
Selain itu, akhir April 2019, BSU Cendana juga akan menyelenggarakan pelatihan mengolah sampah jadi kerajinan. “Sebagian nasabah akan kita undang, terutama yang pakar kreatif supaya bisa menularkan ke nasabah lain,” katanya.
“Jadi hampir semua sampah bisa diolah, manfaatnya lingkungan sekitar jadi bersih dan sehat, minimal rumah kita sendiri,” pungkasnya.
Pembangunan bank sampah ini merupakan momentum dalam membina kesadaran kolektif masyarakat agar dapat 'bersahabat' dengan sampah. Apalagi pemerintah juga sudah mengatur dalam Undang-Undangan Nomor 18/2008 bahwa setiap orang punya kewajiban untuk mengurangi dan menangani sampah.
Kesadaran kolektif ini sangat dirasakan, salah satunya oleh Iman Rakiman, pembina BSSU Taman Cimanggu RW 12, yang juga ketua rukun warga di sana. Sambutan warga pada kehadiran bank sampah ini dirasakannya luar biasa.
“Kami bangga, bank sampah kami merupakan yang pertama di Kelurahan Kedung Ciwaringin, Tanah Sareal, Bogor. Manfaat yang dirasakan, sampah tidak lagi mencemari lingkungan karena sudah dipilah dan disetor ke bank sampah, tidak acak-acakan lagi di tempat sampah,” jelas Iman. Manfaat lain yang juga dirasakan adalah meningkatnya silaturahmi warga dan potensi nilai ekonomi dari sampah. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pakai Data Kependudukan, KLHK Perkuat Penegakan Hukum dan Perhutanan Sosial
Redaktur & Reporter : Natalia