Banyak Diekspor, Gas untuk Pupuk Kurang

Rabu, 03 Maret 2010 – 09:10 WIB
JAKARTA- Menteri Pertanian, Suswono, menyatakan hal yang ironis, Indonesia salah satu pengekspor Liquefied Natural Gas (LNG) terbesar, tapi untuk pemenuhan gas pabrik pupuk dalam negeri masih bermasalah.

Demikian disampaikan Suswono, usai Rapat Kerja dengan Komisi IV, Selasa malamDia mengungkapkan, bahan baku pupuk anorganik khususnya pupuk urea adalah gas bumi

BACA JUGA: Pemerintah Matangkan Payung Hukum Food Estate

"Kebutuhan gas untuk masing-masing pabrik yang dapat dipenuhi hanya berkisar 70 persen hingga 90 persen, sehingga pabrik pupuk berorientasi di bawah kapasitas terpasang pabrik, jadi tidak efisien, bisa jadi biaya produksi pupuk makin tinggi," ungkapnya.

Untuk itu, lanjutnya, Kementan mengharapkan dukungan parlemen, karena ketersediaan pupuk menjadi prasyarat meningkatkan ketahanan pangan nasional berkelanjutan
"Terlebih, untuk KCL, bahan baku pupuk non gas masih harus diimpor, soalnya Indonesia tidak punya deposit KCL," tambahnya.

Pemerintah sendiri, kata dia, melalui BUMN pupuk, meningkatkan kerjasama dengan negara penghasil KCL, dalam rangka mengembangkan produksi pupuk NPK sehingga diharapkan mampu mengatasi kelangkaan pupuk tersebut

BACA JUGA: Pertanian Organik Terkendala Eco-Labeling



"Untuk saat ini pupuk anorganik, sebagai penyedia hara makro tamanam, secara teknis belum bisa digantikan oleh pupuk organik," katanya
Pupuk organik, jelasnya, lebih berperan dalam perbaikan sifat tanah baik fisik, kimia maupun biologi.(lev/jpnn)

BACA JUGA: Soal DBH Daerah, Menkeu Siap Transparan

BACA ARTIKEL LAINNYA... 52 Kota di Indonesia Alami Inflasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler