jpnn.com - SURABAYA - Kebijakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kementristekdikti) yang mewajibkan karya ilmiah terpublikasi dalam jurnal internasional membuat calon profesor khawatir. Karena itulah mengapa perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, paceklik guru besar (gubes).
Kekhawatiran tersebut dibenarkan Kepala Program Studi Teknik Sipil Universitas Narotama Fredy Kurniawan. Menurut dia, kekhawatiran itu didasari dua hal. Yakni, konten penelitian harus memiliki daya tarik atau nilai jual dan penggunaan bahasa Inggris ilmiah.
BACA JUGA: Menanamkan Rasa Cinta Tanah Air Dengan Cara ini
''Banyak yang tidak pede, takut tulisannya kurang mumpuni,'' ujarnya. Apalagi, mereka harus bersaing dengan ribuan dosen di luar negeri yang juga berlomba-lomba agar tembus jurnal internasional terindeks Scopus.
''Persaingannya cukup ketat. Jika tema sudah pernah dimuat, tidak bisa lagi masuk,'' lanjutnya.
BACA JUGA: Lapor Pak Jokowi! Jumlah Guru PNS Masih Kurang, Gimana Nih?
Kondisi tersebut diungkap di sela-sela konferensi internasional bertajuk Narotama International Conference on Civil Engineering (NICCE) 2015 kemarin (6/11).
Fredy menuturkan ada beberapa upaya yang harus dilakukan agar dosen tidak lagi takut. Salah satunya melalui konferensi internasional sebagaimana yang berlangsung hingga hari ini.
BACA JUGA: TOP! Berkat Ini, Indonesia Raih Penghargaan Unesco
Menurut Fredy, satu hal yang ditekankan dalam konferensi internasional tersebut adalah call for paper. Artinya, para peserta memaparkan hasil penelitian mereka ke dalam forum. Presentasi juga dilakukan dengan menggunakan bahasa Inggris. Nah, upaya itu diharapkan bisa mencairkan ketakutan dan kekhawatiran yang melanda para dosen saat akan melakukan publikasi internasional.
''Itu bisa menjadi pancingan untuk berbagi ilmu, share riset dari berbagai negara, riset kami sampai di mana. Sehingga, bisa jadi tolok ukur juga,'' jelasnya.
Melalui konferensi, interaksi dengan dosen dalam dan luar negeri pun bisa terjalin. Dengan demikian, dosen, mahasiswa, dan peneliti menjadi percaya diri. ''Bisa juga riset bersama. Ini kan juga menguntungkan,'' paparnya. (puj/c15/ai)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata Ini Alasan UN 2016 Gunakan 2 Kurikulum
Redaktur : Tim Redaksi