Banyak Honorer Muda, Persaingan PPPK Guru Tahap I Ketat, Abaikan Dulu Afirmasi

Sabtu, 04 September 2021 – 09:48 WIB
Seleksi kompetensi PPPK guru tahap pertama makin ketat karena peserta terbanyak adalah honorer muda.. Ilustrasi Foto: Ricardo/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Persiapan seleksi kompetensi PPPK guru tahap pertama bakal ketat. Pasalnya, jumlah guru honorer muda yang masuk Dapodik lebih banyak daripada usia 35 tahun ke atas.

Contohnya di Kabupaten Garut, dari 8.000-an peserta seleksi kompetensi PPPK guru, 4.000-an di antaranya merupakan guru honorer muda. Sementara formasi yang diperebutkan hanya 196.

BACA JUGA: Meski Berserdik, Guru Honorer Wajib Seleksi Kompetensi Teknis PPPK, Afirmasinya?

"Kondisi ini bukan hanya di Kabupaten Garut tetapi juga di daerah lain. Karena guru honorer baru pun bisa masuk Dapodik," kata Dudi Abdullah, pengurus Perkumpulan Honorer K2 Indonesia (PHK2I) Kabupaten Garut kepada JPNN.com, Sabtu (4/9).

Dengan kondisi tersebut, menurut Dudi saingan terberat guru honorer K2 dan nonkategori usia 35 tahun ke atas ada di seleksi kompetensi tahap pertama.

BACA JUGA: Sebegini Nilai Aman Bagi Peserta PPPK Nonguru Agar Lulus Tes

Dia memprediksi jumlah formasi yang tersedia akan didominasi guru honorer muda walaupun tanpa afirmasi.

Keyakinan Dudi karena melihat guru honorer muda rerata belum lama lulus dari universitas sehingga otaknya masih encer. 

BACA JUGA: Passing Grade PPPK Guru & PPPK Nonguru di Luar Dugaan, Ini Rinciannya

"Saya sendiri yakin 196 formasi PPPK guru di Garut akan terisi semua di tahap pertama dan akan didominasi guru honorer muda," ucapnya.

Walaupun mendapatkan afirmasi 100 persen karena memiliki sertifikat pendidik (Serdik), Dudi tidak lantas menjadi santai. Apalagi melihat komposisi peserta seleksi kompetensi PPPK guru tahap pertama didominasi guru honorer muda.

Guru honorer muda ini terpaksa ikut seleksi PPPK karena formasi CPNS untuk tenaga pendidik tidak tersedia.

Dia tidak ingin gagal lagi seperti seleksi PPPK 2019. Itu sebabnya Dudi berusaha maksimal belajar tanpa mengingat tabungan nilai kompetensi teknis 100 persen.

"Semangat ini saya dan kawan-kawan tanamkan agar tidak terbuai dengan afirmasi. Biar aman, lebih baik abaikan dulu nilai afirmasinya," tandas Dudi. (esy/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler