jpnn.com, MALANG - Banyaknya kampus di Kota Malang, Jatim, dinilai sebagai pemicu tingginya angka pengangguran terbuka.
Indikasinya, pengangguran terbuka didominasi oleh sarjana yang baru tamat kuliah.
BACA JUGA: Hasil Survei: Masyarakat Puas Pembangunan Infrastruktur
”Kota Malang ini mempunyai pengangguran terbuka terbanyak se-Jawa Timur,” ungkap Wakil Wali Kota Malang Sutiaji, seperti diberitakan Radar Malang (Jawa Pos Group).
Dia beranggapan, angka pengangguran terbanyak dari mahasiswa luar kota yang kuliah di Malang.
BACA JUGA: Klaim Job Fair Kurangi 20 Persen Pengangguran
”Setelah lulus, mereka enggan kembali ke daerahnya masing-masing dan belum bekerja,” lanjut pria kelahiran Lamongan itu.
Dia menambahkan, perguruan tinggilah yang harus mampu mengurangi angka pengangguran tersebut.
BACA JUGA: Pengangguran Nekat Bawa Kabur Anak Gadis Orang
”Ketika perguruan tinggi mampu memberdayakan lulusan dan membuat simpul-simpul industri, otomatis mereka akan terampil,” tambah pria berusia 53 tahun itu.
Dia berharap, setelah terampil dan memiliki pekerjaan, mereka bisa berkolaborasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang.
Menanggapi permasalahan itu, Direktur Polinema Drs Awan Setiawan MMT MM bakal mempersiapkan beberapa strategi khusus untuk membantu para lulusannya agar siap di dunia kerja.
”Yang jelas bukan hanya ijazah atau SKPI (surat keterangan pendamping ijazah). Kita juga bakal siapkan sertifikasi kompetensi,” ungkap direktur Polinema periode 2017-2021 tersebut.
Tidak tanggung-tanggung, sertifikasi tersebut bukan sekadar secarik kertas pelengkap ijazah. ”Bukan dari lembaga ecek-ecek, tapi dari lembaga kredibel,” tandas Awan.
Dia menjelaskan, pihaknya telah menggandeng Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan beberapa lembaga kredibel lainnya. ”Dengan tambahan sertifikat kompetensi kan otomatis bisa bersaing,” imbuhnya.
Selain sertifikasi, pihaknya bekerja sama dengan industri. Dengan begitu, sebelum wisuda, 70 persen mahasiswa sudah mendapatkan pekerjaan. ”Target selanjutnya 80 persen,” ucapnya optimistis.
Tak hanya itu, pihaknya kerap kali menjembatani antara industri dan mahasiswa dengan menggelar job fair.
Tak hanya itu, dia bakal lebih menekankan pada kerja sama dengan industri. ”Nantinya 50 persen dosen-dosen Polinema akan diisi para ahli dari industri,” imbuhnya.
Dia mengungkapkan, hal itu merupakan target pada 2019. Kurikulum juga menjadi catatan direktur Polinema itu.
”Tiga tahun sekali kurikulum harus dievaluasi dan direvisi. Harus disesuaikan dengan masukan-masukan dari industri,” pungkasnya. (tab/gg/c3/lid)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anang Hermansyah dan Ashanty Bisnis Kuliner di Malang
Redaktur & Reporter : Soetomo