Banyuwangi Paling \'Melek\' IT Dalam Melayani Publik

Jumat, 09 Mei 2014 – 08:47 WIB
Menkominfo Tifatul Sembiring menyerahkan penghargaan Indonesia Digital Society Award (IDSA) 2014 ke Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Jakarta Kamis (8/5). FOTO: ist

jpnn.com - JAKARTA - Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, meraih penghargaan sebagai juara pertama Indonesia Digital Society Award (IDSA) 2014. Penghargaan diserahkan oleh Menkominfo Tifatul Sembiring kepada Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Jakarta, Kamis malam (8/5).

Banyuwangi menyabet IDSA 2014 untuk ajang overall society, melampaui kabupaten lainnya se-Indonesia. Indikator penilaiannya adalah pemanfaatan teknologi digital untuk kegiatan operasional bidang pendidikan, kesehatan, UKM swasta, serta masyarakat. Survei dilakukan  terhadap lembaga-lembaga pendidikan, kesehatan, UKM swasta, dan masyarakat dengan melibatkan 19.000 responden.

BACA JUGA: Kabupaten Hasil Pemekaran Minta Jatah 3.000 CPNS

Kriteria yang digunakan dalam ajang yang digelar Markplus dengan dukungan Kementerian Komunikasi dan Informatika itu adalah inisiatif daerah dalam mendorong digitalisasi, kemampuan kepemimpinan (leadership) daerah dalam mewujudkan rencana digitalisasi, tingkat penetrasi internet (usership), dan manfaat yang dinikmati publik atas adanya digitalisasi (benefit).

"Teknologi informasi (TI) ini penting untuk memacu peningkatan pelayanan publik. Daerah maju antara lain karena digitalisasi. Selamat kepada Banyuwangi, semoga ke depan semakin baik lagi," ujar Tifatul Sembiring.

BACA JUGA: Pulang Umrah Diduga Idap MERS, Langsung Masuk RS

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, instrumen TI menjadi pendorong bagi peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat. "Dengan TI, kita bisa efisien. Bisnis jadi mudah. Cari ilmu gampang. Promosi wisata efektif. Akhirnya kesejahteraan meningkat," kata Anas.

Di Banyuwangi kini sudah ada 1.200 titik wifi. Jumlah pengakses wifi di Banyuwangi mencapai 164.372 per bulan pada kuartal I/2014, meningkat dibanding rata-rata tahun lalu sebesar 97.957 pengguna per bulan. "Tidak hanya di taman dan sekolah, wifi kami pasang di masjid, gereja, dan pura," kata Anas.

BACA JUGA: Tetap Berangkatkan Calon Jamaah Haji

Menurut Anas, TI telah mengubah langgam birokrasi menjadi lebih berorientasi ke publik. Dengan jangkauan layanan digital ke sektor pendidikan, kesehatan, pelayanan publik, hingga ekonomi, masyarakat akan semakin dimudahkan dalam menjalankan segala aktivitasnya.

"Digitalisasi ini membikin gerak birokrasi menjadi transparan, akuntabel, kredibel, dan responsif," jelasnya.

Dia mencontohkan, dengan instrumen TI, Banyuwangi mendorong transparansi APBD di mana BPK bisa melakukan audit keuangan daerah secara real time. Akses APBD juga dibuka ke publik, sehingga terjadi kontrol yang efektif. Karena itu pula, laporan keuangan Banyuwangi mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) murni dari BPK, padahal dulu laporan tersebut pernah mendapat opini disclaimer.

Kemudian di bidang layanan kesehatan, ada one call service untuk ambulans yang mengintegrasikan 150 unit ambulans dari 45 puskesmas dan seluruh rumah sakit yang ada. Ada pula aplikasi E-hospital yang mengintegrasikan 85 lembaga pelayanan kesehatan (puskesmas, klinik, rumah sakit) di Banyuwangi. Selain itu, Banyuwangi memiliki sistem yang disebut Si Jempol Sehat Si Jempol Wangi (Sistem Informasi Jaringan Elektronik Mendukung Pelayanan Optimal Kesehatan Banyuwangi).

Di bidang pendidikan, ada Sistem Informasi Aplikasi Pendidikan (Siap) Online yang membuat penerimaan siswa baru lebih transparan dan mendidik siswa secara lebih interaktif. Jalur pemantauan prestasi siswa juga bisa diakses oleh orang tua melalui instrumen TI.

Di bidang birokrasi, berkat TI, terjadi akselerasi kinerja. Proses surat-menyurat menjadi lebih cepat, hanya 1-2 jam. "Penyelesaian masalah-masalah di masyarakat kami tuntaskan secara borderless, tanpa harus rapat-rapat secara fisik. Efektif dan efisien," kata Anas yang pernah menempuh studi kepemerintahan di Harvard Kennedy School of Government.

Di bidang ekonomi, penerapan SMS Gateway dan instrumen TI lainnya memberi stimulus bagi dunia usaha. Investasi pun meningkat. Perizinan usaha naik dari 363 pada 2012 menjadi 5.490 pada 2013 alias naik 1.412 persen.

"Itu yang membuat realisasi investasi kami naik lebih dari 170 persen dari Rp 1,19 triliun pada 2012 menjadi Rp 3,24 triliun pada 2013," jelasnya.

Selain itu, ada penerapan Indipreneur klinik UMKM secara online dan komunitas pemuda wirausaha baru untuk meningkatkan dunia usaha, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Adapun di bidang wisata, promosi dilakukan dengan pembuatan sistem operasi berbasis Android. "Dana promosi wisata kami sangat minim, karena itu kami optimalkan internet. Ada android, kita juga pakai social media. Hasilnya tingkat kunjungan wisatawan naik 100 persen untuk turis asing 2013 lalu ada 10.462 orang, sedangkan turis lokal naik sekitar 23 persen menjadi 1.057.962 orang," kata Anas.

"Pokoknya kami ingin teknologi ini menjadi pilar bagi pengembangan Banyuwangi ke depannya. Infrastruktur bukan hanya jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara, tapi juga infrastruktur teknologi," pungkas Anas. (eri/mas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penderita AIDS Meningkat 15 Persen


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler