jpnn.com - PASURUAN - Agenda rekreasi keluarga Madali, 45, warga Kembangan, Jakarta Barat, ke Gunung Bromo berubah duka. Tiga di antara tujuh orang dalam rombongan keluarga Madali itu ditemukan tewas di kamar sebuah home stay di Desa Ngadiwono, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.
Tiga korban tersebut adalah Madali dan Maseni, istri, 40, serta Ramadhan, 5, putra bungsu Madali dan Maseni. Mereka diduga tewas karena keracunan asap karbon dari perapian.
BACA JUGA: Puluhan Moge Bekas Singapura Masuk Malahayati
Berdasar informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bromo di lapangan, tiga orang itu didapati kaku pukul 02.30. Yakni, saat seorang sopir Jeep meminta mereka agar bersiap untuk melihat sunrise di Penanjakan Tosari. "Awalnya, yang membangunkan kami adalah sopir Jeep," kata Nur Ali, 48, salah seorang anggota rombongan, Senin (12/8).
Nur menceritakan, dia dan keluarga bermaksud rekreasi ke Gunung Bromo. Dari rumahnya di Kembangan, mereka berangkat Sabtu (10/8) pukul 07.00. Rombongan yang berjumlah tujuh orang tersebut berangkat dengan mobil pribadi bernopol B 70 GLO.
BACA JUGA: Gubernur Klaim PNS Pemprov tak Ada yang Nakal
Rombongan tersebut terdiri atas Madali dan Maseni serta empat orang anaknya. Yakni, Indah, 22; Lutfiyah, 16; Dalila, 13; serta Ramadhan, 5. selain itu, ada Nur Ali, kakak kandung Madali.
Mereka sempat beristirahat dan salat Subuh di sebuah masjid di daerah Pati, Jawa Tengah, Minggu (11/8) pagi. Kemudian, rombongan tersebut tiba di Desa Ngadiwono, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, pada siang. Karena besoknya ingin melihat sunrise, mereka lantas bermalam di sebuah home stay di desa setempat.
BACA JUGA: Rokatenda Masih Aktif
Mereka check in di home stay sekitar pukul 13.00. Antara penanjakan dan tempat sunrise disaksikan berjarak sekitar 15 kilometer. Di home stay itu, rombongan tersebut mengisi tiga kamar. Yakni, dua kamar digunakan Madali-Maseni dan putra bungsunya serta tiga putrinya. Sementara itu, satu kamar lagi diisi kakaknya.
Hawa dingin di kawasan pegunungan tersebut terasa menusuk tulang pada malam. Lantaran tidak tahan, mereka berinisiatif membuat perapian untuk menghangatkan badan. "Kami cari arang dan membakarnya di atas tungku," kata Nur saat bercerita.
Perapian tersebut diletakkan di tengah ruang tamu. Sementara itu, mereka duduk melingkar di sekitar tungku sembari menonton TV. Pada pukul 24.00, beberapa di antara mereka mulai meninggalkan ruang tamu dan masuk ke kamar.
Nur beristirahat di kamar sendiri. Juga, tiga keponakannya beranjak ke kamar yang disediakan. Sementara itu, Madali, istri, dan putra bungsunya, masih terlihat di ruang tamu. "Waktu kami masuk kamar, mereka (tiga korban) masih nonton TV," ucap Nur.
Karena itu, Nur pun mengaku tidak tahu persis kapan tiga korban tersebut masuk kamar. Yang pasti, dia sudah tidak mendapati Madali, Maseni, Ramadhan, di ruang tamu saat kembali ke kamar belakang. "Waktu saya ke toilet, mereka sudah enggak ada di ruang tamu. Tungkunya juga enggak ada," paparnya.
Pada pukul 02.30, sopir Jeep yang bakal membawa rombongan ke penanjakan tiba di penginapan. Luthfiyah, putri kedua korban, kemudian menuju ke kamar Madali. Kebetulan, pintu kamar korban tidak terkunci.
Dengan sekali dorong, pintu kamar yang dipenuhi asap itu terbuka. Tanpa curiga, Luthfiyah menghampiri orang tuanya. "Saya langsung bangunkan abah dan umi. Mereka saya gerak-gerakkan, tapi tetap nggak bangun," ujarnya sembari mata berkaca-kaca.
Luthfiyah pun berteriak histeris saat mendapati tubuh orang tuanya kaku. "Abah posisinya duduk sambil memangku adik (Ramadhan). Kalau umi, terbaring di atas tempat tidur," ungkapnya saat disinggung posisi para korban. Bukan hanya itu, mulut sang ibu juga mengeluarkan busa.
Dengan penuh kepanikan, Luthfiyah memanggil kakak, Indah, dan pamannya. Setelah mengecek kondisi tiga korban tersebut, Nur meminta tolong ke warga sekitar. Warga langsung membawa para korban ke Puskesmas Tosari.
"Sampai di puskesmas, ternyata mereka dinyatakan sudah meninggal," ujar Nur yang tengah mendampingi tiga keponakannya di kamar mayat RSUD Bangil. Oleh petugas, jasad Madali, Maseni, dan Ramadhan, lantas dilarikan ke RSUD Bangil untuk diperiksa lebih lanjut.
AKP Supriyono, Kasatreskrim Polres Pasuruan, mengungkapkan bahwa menurut hasil penyelidikan sementara, mereka diduga tewas karena keracunan. "Korban diduga meninggal karena keracunan asap di dalam kamar," paparnya saat dikonfirmasi soal penyebab kematian korban.
Sebelumnya, mereka diketahui membakar arang di atas tungku yang dibawa masuk ke kamar. Nah, ruangan yang minim udara tersebut akhirnya penuh asap karbon hingga mengakibatkan para korban sesak napas. Karena itu, Supriyono menyebutkan bahwa kasus tersebut murni kecelakaan. (koi/aad/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bolos Empat Bulan, Dua PNS Dipecat
Redaktur : Tim Redaksi