Barbeque di Semak-Semak, Cara Warga Jordania Nikmati Hari Libur

Menu Favorit Daging Domba, Berbagi Tempat dengan Pedagang Sayur

Senin, 28 Maret 2011 – 08:08 WIB
PRAKTIS: Sebuah keluarga sedang mempersiapkan peralatan dan bahan barbeque di pinggir jalan menuju tempat wisata Laut Mati, Jordania. Foto : Tatang Mahardika/Jawa Pos

Ber-barbeque ria di sela pepohonan di pinggir jalan raya adalah kegiatan populer untuk menikmati hari libur bagi warga JordaniaCara praktis menyiasati minimnya wilayah "hijau" di negeri gurun pasir tersebut

BACA JUGA: Adegan Perkelahian, Tubuh Wayang pun Bisa Berdarah

Berikut laporan wartawan Jawa Pos Tatang Mahardika yang baru berkunjung ke sana.

====================================
 
BAU sedap ayam bakar menyeruak dari bawah salah satu pohon di kawasan Suwayma yang mengarah ke Laut Mati itu
Suleyman Al Thayb, seorang bapak empat anak berusia 30-an, dengan peluh bercucuran mengipasi tempat pemanggangan

BACA JUGA: Rita, Perawat yang Diapresiasi Pemerintah Jepang karena Tangani Korban Gempa-Tsunami

Si anak tertua yang masih berusia belasan, Hassan, mencoba membantu, tapi malah lebih sering dimarahi

 
"Bukan begitu cara memanggang ayam," kata Suleyman sembari memberikan contoh kepada si anak

BACA JUGA: Komunitas Tari Hula yang Anggotanya Para Perempuan Ekspatriat Jepang

Hari itu, Jumat siang selepas salat Jumat, keluarga Suleyman tak sendiri berada di "lokasi piknik" tersebut

Hanya berjarak sekitar 15 meter, ada keluarga Halib bin WaleedAktivitas mereka sama, namun menu utama yang dimasak berbedaKeluarga Halib tengah memanggang dagingSaat menunggu sajian utama masak, anggota keluarga yang lain membeber tikar, menyiapkan peralatan makan dan bumbu-bumbu serta memunguti beberapa sampah plastik

Rata-rata tiap 15?20 meter di kawasan yang sama, pemandangan serupa bisa ditemuiPadahal, mungkin, bagi orang Indonesia kebanyakan, "lokasi piknik" tersebut sangat jauh dari idealSama sekali bukan tempat dengan pemandangan hijau nan rindang berhawa segarMelainkan "semak-semak" di pinggir jalan yang ramai karena mengarah ke tempat wisata terkenal, Laut Mati.
 
Lebih pantas disebut semak-semak karena pepohonan yang tumbuh hanyalah pepohonan khas kawasan gurun yang berdaun kecil dan berakar kuatSemacam pohon keres di IndonesiaWarga setempat menyebutnya "saro"
 
Yang pasti amat jauh dari kesan rindangBelum lagi ditambah polusi dan sengatan matahariSuwayma yang dekat laut bertemperatur lebih panas daripada Amman yang berada di perbukitan
 
Tapi, semua itu tak menghalangi keluarga-keluarga seperti Suleyman dan HalibBagi mereka, seperti juga kebanyakan warga Jordania, ada pohon, apa pun jenisnya, sudah termasuk anugerah dan bisa menjadi tempat piknik yang menyenangkan
 
Maklum saja, di antara seluruh wilayah Jordania yang tak terlalu luas itu, kawasan "hijau" hanya bisa ditemukan di bagian barat dayaDi sana ada titik tertinggi di negara tersebut, yakni Jabal Umm al-Dami setinggi 1.854 meter dengan puncak bersaljuAda pun titik terendah "sekaligus titik terendah di dunia" berada di Laut MatiSelebihnya adalah gurun dan lembah
 
Dengan konfigurasi geografi seperti itu, warga Jordania jadi tak punya banyak pilihan untuk meluangkan waktu senggang bersama keluargaBarbeque di pinggir jalan raya merupakan cara paling praktis dan murah
 
Kebanyakan yang berpiknik di pinggir jalan raya ke arah Laut Mati itu adalah warga Amman yang memang hanya terpisah tak sampai sejam perjalananBercampur panas dan debu, mereka bisa betah berjam-jam di sanaMulai selepas salat Jumat hingga menjelang magrib.
 
Jumat dan Sabtu yang merupakan hari-hari libur di Jordania menjadi waktu favorit bagi para pemburu piknikYang datang terlambat bisa sulit mencari tempat untuk membeber tikar"Saya sibuk bekerja mulai Minggu sampai KamisPiknik pada hari libur seperti ini memberi saya kesempatan berbincang dan bermain dengan anak-anakAnak-anak juga senang karena punya tempat bermain agak luas," ungkap Suleyman yang bekerja di sebuah perusahaan komunikasi itu
 
Mayoritas pola perumahan di Jordania, seperti juga di negara-negara Arab dan Timur Tengah, memang vertikalOtomatis mereka tak punya lahan bermain yang memadai untuk anak-anakSekadar mencari tempat bermain bola saja juga tak gampang karena jarangnya tanah landai yang cukup luas
 
Mengenai menu, meski lokasi piknik dekat laut, ayam dan daging domba merupakan pilihan utamaBukan karena tak ada ikan yang bisa hidup di Laut Mati yang kadar garamnya sangat tinggi itu, tapi lebih karena kebiasaanDi Jordania, suplai ikan didapatkan dari Aqaba, satu-satunya pelabuhan yang mereka milikiItu pun harus berbagi dengan Israel serta Mesir.
 
"Harga ikan sebenarnya lebih murahDaging (domba) paling mahalTapi, karena masakan kami selama ini banyak memakai daging, itu pula yang lebih sering kami panggang saat piknik," jelas Samir Hamdoun, seorang pemilik bengkel yang ditemui di check point dekat pintu masuk Laut Mati
 
Biasanya bukan hanya anggota keluarga inti yang ikut berpiknikIkut pula kakek dan nenek serta bibi dan pamanJuga, para pembantu keluarga yang kebanyakan berasal dari Filipina, Sri Lanka, atau IndonesiaJadilah sekeluarga bisa butuh lebih dari satu mobil karena rata-rata keluarga di negara monarki konstitusional yang dipimpin Raja Abdullah II tersebut memiliki lebih dari dua anak
 
Menurut Salim Mahmoud, seorang pemandu wisata, saat musim panas, jumlah keluarga yang ber-barbeque ria di semak-semak pinggir jalan lebih banyakIstilahnya, mencari anginSebab, saat musim panas, temperatur bisa lebih dari 30 derajat Celsius.
 
Ada pun saat ini Jordania bisa dibilang masih bermusim dingin (ada pula yang menyebutnya musim semi)Biasanya berlangsung mulai November hingga MaretCuaca berkisar 10 derajat CelsiusDulu biasanya ada salju saat musim dingin, tapi sudah sekitar lima tahun tak turun lagi
 
Di lokasi piknik di Suwayma itu, para keluarga juga harus "bersaing" dengan para pedagang sayur dan buah-buahanSuwayma memang dikenal sebagai sentra produsen sayur dan buah di Jordania
 
Para pedagang itu biasanya juga mencari tempat di dekat pepohonanMereka menjual wortel, kentang, serta pisang di bak mobil atau di meja yang dibawa dari rumahTanpa harus membuat warung darurat seperti pedagang kaki lima di Indonesia
 
Tapi, seperti halnya debu, panas, dan ketidakrindangan, "ko-eksistensi" dengan para pedagang itu juga tak dianggap mengganggu kenyamanan bagi para keluarga yang berpiknik"Kami justru senang karena saat pulang bisa membeli sayur atau buah segar untuk buah tangan," kata Halib(c5/*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kadek Jango Pramartha, 10 Tahun Mempromosikan Budaya Bali lewat Majalah Kartun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler