jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI Sukamta menyatakan penyebab tergelincirnya Batik Air di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta memang belum terungkap secara pastu. Tapi secara logika ada beberapa catatan yang bisa saja berkontribusi secara akumulasu terhadap peristiwa kecelakan tersebut terjadi.
"Kemungkinan karena kombinasi beberapa faktor seperti landasan yang memang licin saat hujan, ditambah lagi landasan yang bisa dikatakan tidak panjang, sehingga pilot ketika mendaratkan pesawat langsung mengerem secara kuat. Kalau landasan basah oleh hujan, lalu mengerem secara kuat, ya sangat mungkin untuk tergelincir," kata Sukamta dalam rilisnya dari Yogyakarta, Sabtu (7/11).
BACA JUGA: Desak Indar Dibebaskan, Alumni ITB Datangi LP Sukamiskin
Untuk memperpanjang landasan ujar politikus PKS ini sepertinya sulit, karena bangunan di sekitar Adi Sucipto sudah padat ditambah lagi di sisi timur terkendala adanya bukit Boko yang merupakan prasasti sejarah yang tidak bisa begitu saja diratakan.
"Alternatifnya, ya memang dengan menambah bandara baru di area baru," tegas anggota DPR RI dari daerah pemilihan Yogyakarta itu.
BACA JUGA: Politikus Gerindra Desak Pemerintah Cabut PP Pengupahan
Dia jelaskan, Bandara Adi Sucipto sepertinya akan terus menampung beban yang kian bertambah. Data jumlah penumpang pada tahun 2013 sudah mencapai 5 juta orang. Ini menyebabkan penumpukan.
Sedangkan data statistik jumlah penumpang di Bandara Adi Sucipto terus meningkat dari waktu ke waktu. "Banyak maskapai penerbangan yang ingin menambah jumlah penerbangan dari dan menuju Yogyakarta terpaksa ditolak karena keterbatasan lahan yang sempit," ungkapnya.
BACA JUGA: Pak Jokowi, Tiga Parpol Ini Tolak PP Pengupahan, Ada Apa?
Dia tegaskan, dengan kondisi lalu lintas take off dan landing saat ini saja banyak pesawat yang terpaksa berputar sekitar 20 menit sebelum landing karena menunggu antrian. Ini jelas sangat merugikan waktu dan kenyamanan penumpang.
Sedangkan bagi maskapai kata Sukamta, masih harus berpikir dengan meningkatnya cost bahan bakar. Belum lagi kondisi di dalam ruang tunggu atau ruang kedatangan yang sangat padat. Bahkan jumlah calon penumpang sepertinya terkadang lebih banyak daripada jumlah tempat duduk.
Dia jelaskan, panjang runway Bandara Adi Sucipto yang hanya sekitar 2.200 meter, termasuk pendek untuk pendaratan pesawat besar seperti pesawat internasional, serta keterbatasan tempat parkir pesawat. "Karenanya, Yogyakarta memang butuh bandara baru," usulnya.
Tapi Sukamta mengakui untuk merealisasikan pembangunan bandara baru juga menghadapi hambatan yang tidak mudah, khususnya terkait pembebasan tanah. "Memang di negara-negara berkembang salah satu hambatan pembangunan adalah soal pembebasan lahan," imbuhnya.
Tapi Sukamta berharap, mudah-mudahan insiden Batik Air ini membuka hati semua pihak bahwa Yogyakarta memang butuh bandara baru dengan luas yang memadai.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Peran Pelobi Dalam Kunjungan Jokowi ke AS: Fiktif atau Fakta?
Redaktur : Tim Redaksi