JAKARTA -- Anggota Tim Kampanye Nasional pasangan capres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono, Ramadhan Pohan berharap Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mampu bersikap adil terhadap ketiga pasang capres yang saat ini tengah melaksanakan kampanye di berbagai pelosok tanah air"Terutama terhadap berbagai kegiatan black campaign yang dilakukan oleh tim sukses dan relawan masing-masing pasangan capres, karena black campaign itu bisa mencederai proses demokrasi yang selama ini sedang berjalan," kata Ramadhan Pohan, di Jakarta, Selasa (23/3).
Praktek black campaign, lanjut Ramadhan, merupakan substansi yang harus selalu di monitor oleh Bawaslu
BACA JUGA: Atribut Dirusak, Kubu JK-Win Lapor Polisi
Terutama yang telah disebar melalui media seperti spanduk, poster, buku, orasi, dan pamflet serta media masaaMenjawab pertanyaan terkait rencana peluncuran buku karya Ridwan Saidi berjudul "Bencana Bersama SBY", Rabu (24/3) di Jakarta, Ramadhan Pohan kembali menegaskan bahwa itu sepenuhnya wewenang Bawaslu untuk menilai apakah buku yang akan diluncurkan itu masuk dalam kategori black campaign atau tidak
BACA JUGA: KPI Akan Minta Klarifikasi Stasiun TV
"Terserah Bawaslu, apakah mereka mau melaksanakan aturan main secara konsisten atau tidakBACA JUGA: SBY Sudah Kembali ke Jakarta
Jika dicermati dari sisi dimensi waktu dan ruang, lanjut Ramadhan, sudah ada indikasi bahwa peluncuran buku "Bencana Bersama SBY" itu sarat dengan muatan dan substansi politis yang menjurus ke praktek black campaign.Di tempat terpisah, pengamat ekonomi yang juga Pakar Property dari Pusat Study Property Indonesia, Panangian Simanungkalit, menegaskan bahwa pelaku ekonomi tidak akan terpengaruh dengan isu-isu klenik dalam proses investasi"Isu klenik sangat tidak rasional karena itu tidak ada alasan bagi saya untuk terpengaruh dengan hal-hal yang bernuansa klenik yang dikemas dalam bentuk apapunSebagai manusia yang diberi akal oleh Tuhan, saya lebih meyakini hukum kausalitas," tegasnya.
Dalam konteks ekonomi, pelaku pasar lebih merespon jika sistem produksi dan distribusi rakyat terganggu, bursa saham rontok, nilai rupiah anjlok, politik dan keamanan tidak kondusif"Soal bencana alam itu bukan kuasa penguasa, tapi harus dipahami sebagai akumulasi kepongahan manusia dalam memberlakukan alam yang sesungguhnya diberikan Tuhan sangat sempurna," kata PanangianMenyikapi peluncuran buku "Bencana Bersama SBY", Panangian justru menilai buku tersebut tidak akan punya pengaruh terhadap prilaku masyarakat Indonesia yang dilihatnya sudah sangat rasional dan lebih canggih dalam melaksanakan demokrasi.
"Bagi saya pribadi, dan mungkin juga jutaan anak muda di Indonesia, begitu buku dimaksud diluncurkan, maka saat itu pula saya harus mencoret sosok Ridwan Saidi sebagai individu yang dahulunya pernah saya kagumi," tegas PanangianIni sebuah konsekuensi logis dari setiap orang yang naik ke panggung politik praktis tapi tidak disertai dengan integritas moral dan kejujuran intelektual, imbuhnya(fas/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Prabowo Janji Selamatkan Rp200 T
Redaktur : Tim Redaksi