Bayangkan Andai Prabowo Harus Memilih Gibran atau Erick Thohir Tanpa Istikharah

Jumat, 20 Oktober 2023 – 10:08 WIB
Bakal Capres 2024 Prabowo Subianto. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Kolumnis Dahlan Iskan menilai ada satu kata yang hilang dari riuh rendah capres - cawapres menjelang Pilpres 2024, yakni istikharah.

Dahlan menilai tidak ada lagi calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) yang mempertimbangkan hasil salat istikharah untuk maju atau tidak maju.

BACA JUGA: Ungkap Kisah Sebelum Jadi Cawapres Ganjar, Mahfud MD: Saya Pakai Strategi

Prabowo Subianto bersama Erick Thohir. Foto: Ricardo/JPNN

Atau ingin istikharah dulu sebelum menentukan sikap. Termasuk dalam memilih pasangan politik.

BACA JUGA: Ganjar & Mahfud Buka Semuanya, termasuk soal Dukungan Jokowi

"Term agama kini sudah kalah dengan ilmu pengetahuan. Istikharah kalah dengan jajak pendapat. Suara langit kalah dengan angka-angka," ucap Dahlan dalam esainya berjudul Istikharah Rupiah, Jumat (20/10).

Adapun salat istikharah adalah satu jenis ibadah untuk minta petunjuk Tuhan. Terutama dalam bersikap atau menentukan pilihan.

BACA JUGA: Terserah Gibran Kalau Memang Berani Melawan Arus Deras dan Ejekan

Yang paling populer adalah dalam menentukan pasangan hidup. Memilih calon istri atau suami. Lalu berkembang ke politik.

"Banyak kiai utama mendukung satu calon pemimpin politik dengan alasan, sesuai dengan hasil istikharah," ujar Dahlan.

Dia menuturkan bahwa salat jenis itu harus dilakulan lewat tengah malam. Disebut juga salat malam. Sekitar pukul 02.00 sampai 03.00. Ketika yang lain lelap-lelapnya tidur.

Dalam salat itu akan muncul bayangan siapa yang harus dipilih. Bayangan itu bisa jelas bisa juga hanya indikasi.

Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto (dua kanan) saat mengajari Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka berkuda di bukit Hambalang, Desa Bojong Koneng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (18/6/2022). Foto: ANTARA/HO-Tim Media Prabowo Subianto

"Saya belum pernah salat istikharah. Waktu pilih istri sepenuhnya karena tertarik. Jadi cinta," ungkapnya.

Namun dalam politik saat ini, Dahlan menilai jajak pendapat menjadi pertimbangan utama. Yang nomor dua adalah emosi.

Saking emosinya sampai mencari lembaga jajak pendapat yang bisa mendukung luapan emosinya.

"Coba bayangkan Anda jadi Prabowo Subianto. Disodori hasil jajak pendapat lembaga sekelas Denny J.A. Terbaru, tetapi masih pekan lalu: Prabowo 37 persen, Ganjar Pranowo 35,2 persen, Anies Baswedan 22,7 persen," tulisan Dahlan.

Tokoh pers nasional itu mengatakan seberapa pun gegap gempitanya pendaftaran capres-cawapres kemarin, harapannya masih besar.

Angka-angka survei itu menurutnya juga membuat orang penasaran bagaimana hasil jajak pendapat selepas pendaftaran capres-cawapres. Terutama setelah Ganjar Pranowo dipasangkan dengan Mahfud MD.

Menurut Dahlan, orang seperti Prabowo dan tim inti pasti akan memilih delay dulu. Bersabar sebelum memutuskan siapa yang pas jadi pendamping ketua umum Partai Gerindra itu.

Setidaknya, mereka akan menunggu gegap-gempita pendaftaran 2 pasangan yang jadi rival politiknya mereda dahulu karena masih ada waktu empat hari.

Meski waktu mepet, tetapi masih ada kelonggaran bagi tim inti Prabowo untuk menunggu hasil jajak pendapat khusus yang bisa dilakukan besok atau lusa.

Terlebih lagi, kini sudah ada lembaga yang mampu menerima pesanan khusus seperti itu. Dengan tarif khusus. Setelah itu barulah siapa calon wakil presidennya diputuskan.

"Harus dibanding-bandingkan: bagaimana bila berpasangan dengan Gibran. Bagaimana pula kalau dengan Erick Thohir. Semuanya akan ditentukan dengan ilmiah. Bukan dengan salat istikharah," kata Dahlan dalam esainya.(*/jpnn,com)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Analisis soal Hubungan Jokowi & Gibran dengan Bu Mega, Melukai dan Dilukai


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler