JAKARTA - Meski pemerintah telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 10.000 Megawatt yang tersebar di seluruh tanah air, namun penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) masih tinggi untuk proses produksi listrik.
Direktur Energi Primer PT PLN, Nur Pamudji menyatakan, pada semester I tahun 2010 ini, PT PLN telah menggunakan BBM sekitar 4,7 juta Kilo Liter (KL) atau 21 persen dari total produksi listrik nasional pada semester I yakni 83,3 terra watt hour (Twh)Menurutnya, ini melebihi dari target awal dimana PLN hanya menargetkan 3,4 juta KL penggunaan BBM di semester I tahun 2010.
‘’Tingginya pemakaian BBM ini disebabkan oleh pertumbuhan konsumsi listrik nasional yang sangat tinggi
BACA JUGA: Pertumbuhan Ekonomi Bisa Lebih 6 Persen
Kemudian beberapa PLTU 10.000 MW tahap pertama, operasinya mundur dari target awal yani pada semester I,'' terang Nur Pamudji kepada wartwan di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Kamis (5/8).Dikatakannya, diperkirakan hingga akhir Desember 2010 penggunaan BBM untuk pembangkit listrik masih sangat tinggi, diprediksi mencapai 9 juta KL
Dengan demikian, lanjut Nur Pamudji, lantaran belum beroperasinya sejumlah PLTU, diantaranya PLTU Indramayu (2 x 300 MW), PLTU Rembang (2 x 300 MW), PLTU Suralaya (1 x 600 MW), PLTU Amurang, Sulut (25 MW) dan PLTU Kendari, Sultra (2 x 10 MW), tentu menyebabkan penggunaan batu bara menurun.
"Rencananya penggunaan batu bara pada semester I adalah 13,9 juta ton, tapi realisasinya hanya 11,8 juta ton atau 39 persen dari total produksi listrik nasional pada semester I yakni 83,3 Twh,’’ ujarnya.
Selanjutnya, lanjut Nur Pamudj, penggunaan gas alam untuk pembangkit pada semester I 2010 adalah 156 bcf atau 25 persen dari total produksi listrik nasional
BACA JUGA: TDL Naik, Konsumsi Listrik Meningkat
Sementara panas bumi mencapai 6 persen dan air berkontribusi 9 persenBACA JUGA: 3 Bulan, Ekonomi Indonesia Tumbuh 6,2 Persen
Tapi yang terjadi justru sebaliknya, sehingga PLTA terutama yang ada di Sumatera bisa menyuplai lebih banyak,’’ ungkap Nur Pamudji(yud/jpnn)BACA ARTIKEL LAINNYA... Disayangkan, BI-Pemerintah Tak Kompak Soal Redenominasi
Redaktur : Tim Redaksi