jpnn.com, JAKARTA - World Customs Organization (WCO) didukung oleh Customs Cooperation Fund of Korea, telah menyelenggarakan Regional Workshop on Data Analytics yang melibatkan seluruh negara anggota WCO di Kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia pada tanggal 30 Maret hingga 1 April 2021.
Workshop ini membahas kebijakan yang dibutuhkan untuk mendukung pemanfaatan data analytics dalam proses bisnis Bea Cukai untuk mempermudah dalam membuat kebijakan sekaligus memperbaiki proses bisnis dengan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki.
BACA JUGA: 3 Kali Sepekan, Bea Cukai Bogor Menggagalkan Pengiriman Synthetic Cannabinoid
Dikarenakan pandemi COVID-19, WCO memaksimalkan penggunaan virtual meeting dalam penyelenggaraan workshop.
Mr. Taeil Kang (Director of Capacity Building WCO) menekankan bahwa data analytic dapat membantu tugas dan fungsi administrasi kepabeanan, terutama pada saat pandemi COVID 19.
BACA JUGA: Bea Cukai Batam Beri Izin Operasional Tempat Penimbunan Sementara
Mr. Norikazu KURAMOTO (Head of ROCB A/P), juga mengharapkan agar implementasi data analytic dapat mendukung pelaksanaan pengawasan, optimalisasi penerimaan negara serta memfasilitasi kelancaran arus barang yang dilakukan oleh Bea Cukai.
Dalam pembahasan Workshop, WCO memperkenalkan BACUDA Project kepada seluruh peserta. Agar BACUDA Project dapat diakses oleh administrasi Bea Cukai, WCO telah menyiapkan pelatihan virtual yang dapat diakses pada platform WCO CLiKC!
BACA JUGA: Jaga Pesisir Sumatera dari Barang Ilegal, Bea Cukai Selamatkan Kerugian Negara Miliaran Rupiah
WCO juga memberikan kesempatan pada peserta workshop untuk menyampaikan pengalamannya dalam menggunakan sistem Data Analytic, antara lain Jepang, China, Hong Kong, Australia, serta Indonesia.
Dalam kesempatan ini Indonesia, diwakili oleh Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai, Agus Sudarmadi, dalam melakukan sharing session atas kebijakan yang dimiliki Bea Cukai dengan judul “Implementation of Data Mining on Import Declaration Risk Management”.
Agus Sudarmadi menjelaskan “Data Analytic Project pada DJBC yang telah dikembangkan antara lain trade circumvention graph analytics, export import data analytics, self-service analytics, price recommendation data analytics, HS Classification dengan menggunakan Artificial Intelligence,” ungkapnya.
Penggunaan sistem tersebut bermanfaat dalam meningkatkan standar pengawasan sehingga tidak mengganggu pelayanan Bea Cukai serta mengoptimalkan penerimaan negara.
WCO sangat mengapresiasi pemaparan yang dilakukan oleh Indonesia. Dalam pelaksanaan Workshop selanjutnya untuk wilayah East and South Africa, Indonesia kembali diundang menjadi narasumber untuk menjelaskan pentingnya Data Analytic pada wilayah tersebut.
Selanjutnya, Indonesia diundang kembali menjadi narasumber pada WCO Regional Data Analytics Workshop for the East and Southern Africa (ESA) Region tanggal 22 April 2021.
Dalam workshop tersebut administrasi kepabeanan ESA Region tertarik untuk melakukan diskusi lebih lanjut atas best practice Indonesia. Pada akhir pemaparannya, Project Manager WCO mengapresiasi kehadiran Indonesia sebagai narasumber dalam Workshop dimaksud.(jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi