Bea Cukai Sebut Kinerja Fasilitasi & Pengawasan Hingga April 2024 Tunjukan Hasil Positif

Jumat, 31 Mei 2024 – 18:34 WIB
Bea Cukai menyebut kinerja fasilitasi dan pengawasan Bea Cukai sampai dengan April 2024 menunjukan hasil yang positif. Foto: Bea Cukai

jpnn.com, JAKARTA - Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami surplus sebesar Rp 75,7 triliun atau 0,33% terhadap produk domestik bruto (PDB) hingga April 2024.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memaparkan APBN April 2024 mencatatkan pendapatan negara mencapai Rp 924,9 triliun atau 33,0% dari target APBN.

BACA JUGA: Bea Cukai Yogyakarta Fasilitasi Perusahaan Ini Ekspor Pakaian jadi ke Jerman

Menurut dia angka ini menurun 7,6% yoy.

"Kemudian, dari sisi belanja, diketahui belanja negara sudah terealisasi Rp 849,2 triliun atau 25,5 persen dari pagu, naik 10,9% yoy," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (27/5).

BACA JUGA: Bahas Arus Logistik, Bea Cukai Perkuat Sinergi dengan Perum Bulog & Stranas PK

Meski terdapat sedikit pelambatan dalam penerimaan negara, tetapi terjadi pertumbuhan pada salah satu komponen penerimaan dalam APBN, yaitu penerimaan kepabeanan dan cukai.

"Terjadi pertumbuhan 1,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hingga April 2024, penerimaan kepabeanan dan cukai telah terealisasi sebesar Rp 95,7 triliun atau mencapai 29,8% dari target APBN," ujar Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai, Encep Dudi Ginanjar, pada Jumat (31/5).

BACA JUGA: Bea Cukai Probolinggo & Pemda Edukasi Pemberantasan Rokok Ilegal

Menurutnya, pertumbuhan tersebut didorong oleh penerimaan bea keluar yang tumbuh signifikan.

Hingga akhir April 2024, realisasi bea masuk sebesar Rp 15,7 triliun (27,4% dari target), bea keluar sebesar Rp 5,8 triliun (33,0% dari target), dan cukai sebesar Rp 74,2 triliun (30,2% dari target).

Bea masuk mengalami penurunan tipis dari tahun lalu, yaitu sebesar 0,5%. Penurunan rata-rata tarif efektif bea masuk menjadi kontribusi penurunan ini.

Di samping itu, juga terdapat penuruan penerimaan dari komoditas utama, seperti kendaraan roda empat, suku cadang kendaraan, dan gas alam dan buatan.

Sementara itu, pertumbuhan bea keluar sebesar 40,6% dari tahun lalu, disumbang dari kebijakan relaksasi ekspor komoditas mineral.

Kemudian untuk cukai, terdapat penurunan sebesar 0,5% dibanding tahun sebelumnya, karena produksi hasil tembakau yang tumbuh ada di golongan tarif yang rendah yaitu golongan tiga.

Encep menyebut kinerja fasilitasi dan pengawasan Bea Cukai sampai dengan April 2024 menunjukan hasil yang positif.

"Untuk kinerja fasilitasi, pemberian insentif kepabeanan tercatat sebesar Rp 10,6 triliun atau tumbuh 13,6% (yoy) dipengaruhi pertumbuhan insentif untuk fasilitas bea masuk kawasan berikat, penanaman modal, dan keperluan pertahanan dan keamanan. Kawasan berikat sendiri telah memberikan dampak nilai ekonomi berupa ekspor sebesar 29,9 miliar USD dan nilai investasi 1.121,3 juta USD per April 2024," tuturnya.

Dalam hal kinerja pengawasan, Bea Cukai mencatat adanya peningkatan jumlah penindakan mencapai 11.195 penindakan dengan komoditas utama berupa hasil tembakau, minuman mengandung etil alkohol (MMEA), narkotika, psikotropika, dan prekursor (NPP), obat, dan tekstil.

Jumlah penindakan hingga April 2024 tumbuh 12,7% (yoy), yang masih didominasi oleh penindakan terhadap hasil tembakau, MMEA, NPP, tekstil, dan besi baja.

"Capaian positif ini sejalan dengan optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi Bea Cukai, baik sebagai revenue collector, industrial assistance, trade facilitator, maupun community protector. Peran aktif masyarakat dalam mendukung pemerintah menjaga kinerja APBN tetap solid," tutup Encep. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cegah Peredaran Narkotika, Bea Cukai Gelar Penindakan dan Pemusnahan di 2 Wilayah Ini


Redaktur & Reporter : Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler