Bebas Panas Abu Vulkanik berkat Tujuh Bantal

Kisah Warga dan Relawan yang Selamat dari Letusan Merapi

Sabtu, 30 Oktober 2010 – 07:50 WIB
SELAMAT: Poniman dan keluarganya selamat dari awan panas Gunung Merapi. Foto: KARDONO SETYORAKHMADI/Jawa Pos

Saat ribuan warga turun gunung untuk mengungsi, ada puluhan lainnya yang tetap nekat bertahanSebagian tewas dihujani wedhus gembel

BACA JUGA: Mereka Melahirkan saat Mengungsi Karena Letusan Merapi

Ada sekitar 26 orang yang masih hidup
Salah satunya adalah Ponimin

BACA JUGA: Pilih Tahlilan Ketimbang Selamatkan Nyawa

Bahkan, seluruh anggota keluarganya selamat, meski rumahnya di Dusun Kaliadem hancur.
---------------------------------------------
KARDONO SETYORAKHMADI, Solo
--------------------------------------------

RUMAH Ponimin yang terletak di ujung paling utara (paling dekat Merapi) kini luluh lantak
Eternitnya jebol dan seluruh kayunya hangus

BACA JUGA: Yusak Yaluwo, Bupati yang Menang Pilkada saat Dipenjara

Bau menyengat seperti belerang tercium di sekeliling rumahRumah seluas sekitar 120 meter persegi tersebut memang baru dihantam wedhus gembel (awan panas) yang memuat puluhan ribu material vulkanik berkecepatan tinggi dan bersuhu 800 derajat Celsius.

Meski begitu, Ponimin dan seluruh anggota keluarganya selamatPadahal, mereka terperangkap di rumah tersebutPria yang juga dianggap "tokoh kedua" setelah Mbah Marijan dalam hal pengenalan dengan Gunung Merapi itu menyatakan bisa bertahan karena mukjizat"Siapa nyana bisa selamat," tuturnyaSebelumnya, Ponimin mengungkapkan bahwa dirinya memang memutuskan untuk tidak mengungsi karena alasan mistis"Saya mendapat bisikan gaib dari makhluk Allah yang berdiam di MerapiIntinya, mereka meminta saya menemani mereka "bekerja?Kalau tidak, letusan kali ini akan menghancurkan sebagian besar Jogja," ucapnya

Entah benar atau tidak, yang jelas, Ponimin memutuskan untuk tidak mengungsiDia ditemani istri, dua anak, seorang menantu, dan dua cucunya.Ketika peristiwa itu terjadi, Ponimin baru saja berwudu hendak salat MagribBelum sempat masuk rumah karena menunggu istrinya wudu di luar, tiba-tiba terdengar suara gemuruhMendadak hawa panas menghamparPonimin sadar bahwa Merapi telah muntah dan wedhus gembel telah menimpa rumahnyaIstrinya langsung masuk rumahKetika melihat ke sekeliling, Ponimin melihat api di mana-mana"Saya seperti dikepung api," ungkapnya.

Dia kemudian secepat mungkin masuk ke dalam rumahBersama seluruh keluarganya, dia langsung masuk ke dalam kamar berukuran 2,5 x 4 meterSemua berkumpulSebelum menutup pintu, mereka melihat kaca rumah sudah pecah dan api menyala di seluruh rumahPria yang menjadi abdi dalem keraton sejak 2001 tersebut kemudian mengucapkan doa-doa bersama keluarganyaTiba-tiba, plafon kamar ambruk dan api terlihat menyala-nyala di atap rumah"Kami sekeluarga hanya bisa berdoa," tuturnya.

Bisa dibayangkan betapa paniknya Ponimin sekeluargaTerkurung dalam sebuah kamar kecil dengan eternit jebol dan rumah yang dilalap apiBelum lagi, suara gemuruh besar dari Merapi menambah ketegangan

Ketakutan itu baru berkurang sekitar pukul 21.00Yakni, sesaat setelah api tak lagi menyala-nyalaKemudian, Ponimin nekat mengintip ke luarDia bergegas keluar dan berupaya menyelamatkan diri dengan menyalakan mobil Daihatsu Xenia-nyaMobil menyala, dia kemudian memundurkan mobil tersebut ke dalam rumahTapi, tiba-tiba, duaarrr..ban mobil itu meletus karena terkena abu vulkanik yang masih panas"Abunya sangat tebal, kira-kira 40 cm," katanya.

Dia tergesa-gesa turun dari mobil dan kakinya menginjak ke abuTerasa sangat panasPonimin pun langsung buru-buru masuk rumahKarena tak mengenakan sandal atau sepatu, kakinya melepuhDia kemudian langsung menelepon ke banyak orang, termasuk ke tim SAR"Hawa belerang sangat menyengat dan terasa sangat panas," ucapnyaPonimin meminta segera dikirim bantuan.

Celakanya, karena situasi masih sangat berbahaya, tim SAR tak berani langsung menolong"Saya sempat emosional dan ngomong kata-kata yang tak pantas," tuturnyaSebab, salah seorang yang ditelepon malah menyarankan untuk istigfar dan menunggu.

Bantuan datang sekitar pukul 23.00Yang berani datang untuk menyelamatkan adalah Pandu Bani Nugroho, relawan SAR yang masih berusia 19 tahunDengan mengendarai sepeda motor trail, Pandu membawa tabung oksigenTapi, persis di depan rumah Ponimin, ban sepeda motor trail itu meletusPandu langsung membuang trail-nya dan berlari ke rumah Ponimin"Saat itu, mereka hendak keluar tapi urung karena abunya masih sangat panas," ujar Pandu.

Pandu juga merasakan clekit-clekit di kakinya, meski mengenakan sepatu gunung yang tebalAkhirnya, dia menyerahkan tabung oksigenSemua pun lantas berpikir bagaimana caranya bisa keluar dari tempat tersebut

Akhirnya, istri Ponimin punya akalDia mengambil tujuh bantal dan satu sajadahMereka kemudian menaruh satu bantal di depan untuk pijakanKemudian, yang belakang mengambil bantalLantas, yang sudah berdiri di atas bantal menaruh bantal dari belakang itu ke depan secara estafetPersis seperti outbound.

Dengan cara itu, mereka bergerak pelanJangan ditanya soal sport jantung"Kami tak bisa bergerak cepatPadahal, sering terdengar suara gemuruh dari puncak MerapiBila ada wedhus gembel, kami semua ya selesai sudah," ungkap Pandu yang saat itu melangkah dengan menggendong cucu Ponimin yang paling kecilMereka berjalan estafet sejauh lebih dari 1,5 km sebelum ada kendaraan yang sudah menantiAkhirnya, mereka dibawa ke pengungsian sebelum dibawa ke Rumah Sakit Ghrasia untuk dirawat.

Ponimin mengalami luka bakar stadium dua dan Pandu mengalami luka bakar stadium satuLuka Pandu lebih ringan karena dia memakai sepatu gunung yang tebal"Baru terasa sakit setelah di rumah sakitPas jalan dengan bantal, sakitnya tidak terasaHanya terasa panas," ucapnya.

Meski mengalami kejadian sangar, Ponimin dan Pandu tidak kapokPonimin tetap bertekad untuk tidak pindah rumah dan Pandu tetap akan menjalankan tugas sebagai relawan"Bagaimanapun, Merapi adalah rumah kamiKalau ada apa-apa, ya kami bahu-membahu untuk membantu korban," tegas PanduSelain Pandu, Haryana, seorang relawan Gunung Merapi, nyaris kehilangan nyawa kala menolong puluhan warga di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, saat terjadi letusan Senin petang lalu

Saat terdengar suara letusan, dia sedang berada di rumah bersama istri dan dua anaknyaNamun, niat ingin menolong warga di lereng Merapi membuat dirinya nekat meninggalkan rumah yang berjarak sekitar 15 kilometer dari puncak Merapi itu.Dia langsung menghidupkan Isuzu Panther-nya dan menuju balai desa Tegalmulyo yang berjarak 5?6 kilometer dari puncak MerapiTentu saja dibutuhkan mental yang kuat untuk menuju tempat tersebut setelah Merapi meletusApalagi, di tengah perjalanan, dia melihat ratusan orang sudah menyelamatkan diri ke bawah.

"Yang saya pikirkan saat itu nasib ratusan warga di Desa Tegalmulyo yang belum mengungsiSetiba di desa tersebut, mobil saya sudah dihadang wargaHanya dapat memuat sekitar 10 orang," ujarnyaHaryana enam kali menaiki bukit dan masuk ke dusun yang mulai ditinggalkan wargaDia masih ingat betul saat hendak mengambil warga untuk yang keduaSaat itu, dengan jelas dia melihat awan panas melintas di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM)Haryana saat itu sedang turun dari Desa Sidorejo bersama beberapa warga.

"Jaraknya sekitar 800 meter dari jalan yang saya laluiAda perasaan takut kalau awan tersebut menuju ke mobil sayaNamun, ternyata awan itu mengarah ke selatan (Sleman)Seisi mobil saat itu hanya bisa berdoa," kenangnya(dilengkapi Radar Solo/c5/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Klantink, Musisi Jalanan yang Jadi Jawara Indonesia Mencari Bakat (IMB)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler