Beberkan Ajaran Bung Karno, Wayan Sudirta Sebut Otot, Biji Mata, dan Otak Partai

Senin, 31 Oktober 2022 – 06:23 WIB
Anggota Komisi III DPR RI dan Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali Wayan Sudirta serta Wakil Kepala Sekolah Partai dan Wakil Kepala Badiklatpus I Wayan Sudirta saat tampil sebagai keynote speaker dalam Pelatihan Pelatih Saksi Daerah bertema “Mempertahankan Kemenangan Dalam Pemilu Serentak Tahun 2014” di Denpasar, Sabtu (29/10). Foto: Dok. PDIP

jpnn.com, DENPASAR - Kader partai PDI Perjuangan diminta untuk siap menjadi ‘otot, biji mata, dan otak partai’ terkait pemenangan serta mempertahankan kemenangan partai dalam pemilu serentak tahun 2024 mendatang.

Demikian penegasan politikus PDIP Wayan Sudirta, SH, MH saat tampil sebagai keynote speaker dalam Pelatihan Pelatih Saksi Daerah bertema “Mempertahankan Kemenangan Dalam Pemilu Serentak Tahun 2014” di Denpasar, Sabtu (29/10).

BACA JUGA: Anggota DPR Wayan Sudirta Soroti Sejumlah Kasus Menimpa Petinggi Polri, Simak

Acara ini diselenggarakan oleh BSPN (Badan Saksi Pemilu Nasional) DPD PDI Perjuangan di Bali.

Tampak hadir lebih dari 100 orang peserta terdiri dari kader PDI Perjuangan dari PAC di Kabupaten Karangasem, Klungkung, dan Bangli.

BACA JUGA: Wayan Sudirta DPR Sampaikan Kabar Terbaru Soal RUU KUHP

Dari BSPN Pusat hadir M Sirottudin, Franditya Utomo, dan Putu Bravo Timothy sebagai pemateri pelatihan dan kepanitiaan dipimpin Anak Agung Ngurah Adi Ardana, ST.

Kepanitiaan yang ramping dan gesit berjumlah 18 orang ini diagendakan dipandu oleh 18 pelatih dalam beberapa tahap.

BACA JUGA: Pilpres 2024, Peneliti Utama BRIN: Momentum Tepat Puan Maharani Maju Capres

Acara berlangsung meriah dan penuh semangat. Acara dibuka resmi oleh Ketua DPD PDI Perjuangan diwakili oleh Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali Made Supartha, SH.

Sudirta yang juga anggota Komisi III DPR RI dan Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali memaparkan nilai-nilai historis dari kepeloporan Bung Karno sebagai pejuang yang mengantarkan Indonesia sampai ke Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Menurut Sudirta yang juga Wakil Kepala Sekolah Partai dan Wakil Kepala Badiklatpus ini, Bung Karno sebagai penggali nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945 yang sudah final legitimasi historis dan hukumnya dengan adanya  Keppres Nomor 24 Tahun 2016.

Sudirta menilai penerus kepeloporan Bung Karno menurun pada Megawati Soekarnoputri yang mendirikan PDI Perjuangan yang mengkritisi kediktatoran Orde Baru dengan semangat untuk menjadikannya sebagai partai pelopor yang dibangun dengan sistem teknologi yang canggih.

“Bagi kader-kader PDI Perjuangan, kepeloporan dan perjuangan Bung Karno punya makna sejarah sangat penting sebagai fondasi terbentuknya RI yang diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945,” ujar Sudirta.

Hal itu dipandang penting untuk mempertahankan kemenangan PDI Perjuangan dalam Pemilu Serentak 2024. Salah satu cara mencapainya adalah dengan mewujudkan lima Mantap PDI Perjuangan: Mantap Ideologi, Mantap Organisasi, Mantap Program, Mantap Kader, Mantap Sumber Daya.

“Inti penting dari 5 mantap tadi adalah mewujudkan kegotongroyongan dalam membangun partai. Dengan bergotong royong, pasti tidak akan berat dan optimistis bisa mempertahankan kemenangan PDI Perjuangan dalam pemilu 2024,” tegas Sudirta.

Sudirta mengatakan kader-kader yang berjuang di akar rumput sering kita mendengar aspirasinya agar kader yang sudah duduk di eksekutif maupun legislatif.

“Jangan lupa memberi perhatian ke kader yang ada di ranting dan anak ranting. Tunjukkan kegotongroyongan itu dengan memberi perhatian. Jangan susah ditelepon dan ditemui. Jangan datangnya menjelang pemilihan saja, begitu keluh kesah mereka,” kata Sudirta.

Sudirta mengingatkan dan mengajak kader ‘Banteng’ benar-benar bergotong royong secara nyata sesuai aspirasi kader yang karena ada di akar rumput, melayani aspirasi masyarakat secara sukarela tanpa imbalan apapun.

Sudirta menekankan pentingnya ajaran Bung Karno yang diteruskan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri dengan dengan partai PDI Perjuangan untuk mengembangkan partai dengan menjadi kader partai, sesuai ajaran Bung Karno.

Mengutip Bung Karno, Wayan menegaskan kader partai adalah ‘otot partai, biji mata partai, otak partai.”

Artinya harus bersedia bekerja kapanpun partai membutuhkan harus dapat melihat dan memetakan kondisi organisasi internal dan eksternal partai dan kondisi-kondisi yang dapat memengaruhi partai sampai pada akhirnya setiap kader harus bersedia menjadi pimpinan partai.

Sudirta menyebut saat membangun PDI Perjuangan di era reformasi, Megawati Soekarnoputri mempertegas kepeloporan itu masuk dalam pasal 17 Ayat 4 Anggaran Rumah Tangga) yang intinya menyangkut perihal bagaimana menata dan memantapkan mekanisme organisasi, menyusun kebijakan umum rekrutmen anggota.

Selanjutnya, menyusun kebijakan umum pengembangan organisasi, pembinaan dan penguatan komunitas-komunitas juang partai.

Sudirta mengutip ajaran Bung Karno yang diteruskan Megawati Soekarnoputri tentang konsep partai pelopor untuk partai moncong putih itu. Antara lain sebagai partai yang efektif menciptakan kesejahteraan rakyat, memiliki disiplin organisasi ideologi, teori, tindakan dan disiplin gerakan.

Kemudian, menjadikan rakyat sebagai cakrawati perjuangan, rakyat sebagai sumber sekaligus muara perjuangan partai, dan seluruh disiplin itu bisa ada bila partai punya pemimpin yang mampu menciptakan sekaligus menjalankan gagasan dalam organisasi.

Sudirta mengakui sampai sekarang, kesejahteraan sosial memang belum sepenuhnya terealisasi, walaupun kerja keras Presiden Joko Widodo dan sejumlah partai yang mendapat titipan aspirasi rakyat untuk membangun negara yang prorakyat kecil, sudah banyak dilakukan.

Di antaranya ada amendemen UUD 1945, tetapi di sana-sini sejumlah regulasi seperti UU pertambangan, UU Kehutanan, UU PMA, UU Perkebunan, misalnya, tidak memihak keadilan sosial untuk rakyat kecil.

“Keadilan sosial dan kesejahteraan belum sepenuhnya terwujud, karena setelah proklamasi, Indonesia tidak bisa langsung fokus membangun. Ada beberapa kali pemberontakan dan separatisme, lalu rezim Orde Baru yang bukannya menerapkan Pancasila untuk keadilan sosial, tetapi menjadikannya jargon untuk kepentingan politik kekuasaan semata-mata,” kata Sudirta.

Menurut Sudirta, Ibu Megawati dan PDI Perjuangan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya para kader, yang nantinya akan bertugas sebagai legitlatif ataupun eksekutif, dibentuk sekolah partai.

Tujuannya, menurut Sudirta, untuk membangun kualitas kader menjadi sumber daya yang cerdas, selain punya karakter dan ideologi yang kuat.

Menurut Sudirta, kecerdasan bisa dibentuk melalui sekolah partai serta membangun kualitas melalui referensi seperti buku Sam Kok, Zun Tzu, Mahabharata, Ramayana dan buku-buku lainnya.

Lebih lanjut, Sudirta mengatakan Bung Karno dan Bu Megawati sudah membuktikan kepemimpinan beliau, membangun partai pelopor, yang kalau kita baca dalam buku-buku legendaris tentang kepemimpinan sangat mirip.

Adapun inisinya kurang lebih sebagai berikut: “perluas jaringan dengan berkoalisi, seribu kawan belumlah cukup, tetapi satu lawan sudah banyak. Rangkullah lawan sebagai strategi taktis. Jangan bertempur secara terbuka sebelum dalam posisi dan kondisi pasti menang, memecah kekuatan kompetitor, sebagaimana ajaran Sam Kok, dan ajaran lain dari Zun Tzu, Confusius, dan lainnya…”

Sudirta mengatakan kutipan tersebut relevan untuk membangun partai, termasuk dalam strategi pemenangan pada pemilu serentak tahun 2024 mendatang.(fri/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler