jpnn.com - PURWOKERTO - Komunitas Gusdurian memeriahkan peringatan Hari Toleransi Internasional yang jatuh pada 16 November lalu dengan menghadirkan berbagai ras dan suku.
Berbeda dari tahun sebelumnya, kegiatan bertemakan Indonesia Ada Karena Keberagaman yang berlangsung di alun-alun Purwokerto Minggu (27/11), disemerakkan dengan pawai keliling dan pertunjukan budaya.
BACA JUGA: Densus 88 Tangkap Teroris Jaringan Majalengka di Aceh
"Kalau tahun sebelumnya, kita hanya mengadakan diskusi secara intern," ujar Koodinator Komunitas Gusdurian, Chumedy Yusuf seperti diberitakan Radar Banyumas (Jawa Pos Group).
Yusuf mengatakan, tahun ini sengaja dibikin berbeda supaya lebih mengena pada masyarakat secara luas. Sebab pada pawai keliling, diikuti oleh berbagai elemen dan semua golongan atau etnik yang membaur menjadi satu.
BACA JUGA: Gara-gara Karcis Parkir, Keponakan Aniaya Paman
Mengambil start di alun-alun Purwokerto, rombongan pawai yang mencapai 800 orang melewati Jalan Jenderal Soedirman, kemudian berbelok Jalan Merdeka, lalu Jalan Gatoto Soebroto menuju Jalan Masjid, dan finish di alun-alun Purwokerto.
"Dengan pawai keliling ini, diharapkan dapat mengajak masyarakat untuk sadar pentingnya menerapkan sifat toleransi dalam hidup. Karena di Indonesia bukan milik satu agama, satu ras, atau satu etnik tertentu, tapi milik semua," ujarnya.
BACA JUGA: Dipanggil tak Ada Jawaban, Mulut Penjaga Kantin Sudah Keluarkan Lendir
Kegiatan yang merupakan puncak dari Hari Toleransi Internasional ini, semakin menarik dengan berbagai pagelaran seperti kesenian budaya.
Pertunjukan yang dilakukan di tengah alun-alun Purwokerto, mampu menjadi magnet pengunjung yang sedang menikmati car free day.
Pertunjukan diawali dengan persembahan pentas kesenian budaya Cowong Sewu, suatu ritual budaya pemanggil hujan. Iringan kentongan membahana mengiringi srtiap langkah lakon dalam pertunjukan.
Tidak lama setelah itu, datang rombongan barongsai yang kemudian memperagakan seolah sedang bergelut dengan lakon dari pertunjukan Cowong Sewu.
"Inilah satu contoh toleransi, di mana budaya Jawa dapat menyatu dengan budaya Tionghoa," tegas Yusuf.
Yusuf menambahkan, selain mengadakan kegiatan pawai dan pertunjukan kebudayaan, sebelumnya juga telah diselenggarakan pemutaran film tentang toleransi di Griya Gusdurian di Jalan Masjid.
Kemudian berlanjut di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto serta Universitas Jenderal Soedriman (Unsoed). (ely/din/ray/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kadis Ini Tega Amat, Minta Pelicin Rp 10 Juta ke Nelayan
Redaktur : Tim Redaksi