jpnn.com, YOGYAKARTA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan pihaknya akan memaksimalkan pelaksanaan uji cepat (rapid test) warganya yang memiliki kontak dengan Klaster Indogrosir.
Klaster Indogrosir merupakan kelompok atau tempat diduganya terjadi penyebaran virus corona dalam jumlah besar. Indogrosir sendiri merupakan pusat perbelanjaan di Jalan Magelang, Sleman.
BACA JUGA: Corona Klaster Indogrosir Terbukti Ganas, Lihat Usia para Korbannya
"Yang penting untuk sementara ini bisa kami lakukan (rapid test) untuk Indogrosir dan sebagainya," kata Sultan di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (12/5).
Untuk mendukung pelaksanaan uji cepat, Pemda DIY memiliki stok alat untuk uji cepat COVID-19 sebanyak 3.000 unit.
BACA JUGA: Kabar Terbaru soal Klaster Indogrosir Sleman: Ribuan Orang Mendaftar Rapid Test
Meski demikian, di level kabupaten masing-masing masih memiliki sisa sekitar 1.000 unit.
"Jadi biarkan di kabupaten yang 1.000 dihabiskan dulu, kami punya stok 3.000 sebenarnya yang besar untuk PCR," kata dia.
BACA JUGA: Ada Aksi Luar Biasa dari TNI Terkait Klaster Indogrosir
Menurut Sultan, uji cepat COVID-19 dilakukan dua kali.
Jika ditemukan hasil reaktif maka orang yang bersangkutan harus menjalani isolasi.
Saat ini Sleman memilih Wisma Haji untuk tempat isolasi.
"Gunung Kidul juga menyediakan tempat isolasi. Dengan begitu harapannya mereka tidak menulari yang lain," kata dia.
Untuk mengantisipasi lonjakan jumlah pasien positif COVID-19 terkait dengan Klaster Indogrosir, Sultan mengatakan akan berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit Pusat Angkatan Uara (RSPAU) Hardjolukito untuk menyiapkan ruangan isolasi.
"Prinsip RSPAU Hardjolukito itu bisa menampung 200 lebih tapi karena sebagian tenaga kesehatannya dikirim ke Wisma Atlet di Jakarta sehingga yang difungsikan hanya satu lantai," kata dia.
Oleh sebab itu, Gubernur DIY meminta kerja sama kabupaten terkait penyediaan SDM untuk operasional pelayanan di RS. Hardjolukito.
"Sampai saat ini, untuk antisipasi kami komunikasi dengan bupati-bupati di DIY, apakah nanti mereka bisa membantu menyediakan nakes atau tidak. Kalau bisa, kami akan fungsikan lantai dua dan tiga di Hardjolukito," kata dia.
Sebelumnya, Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan hingga Senin (11/5) sebanyak 1.250 orang telah mendaftar uji cepat (rapid test) COVID-19 terkait klaster Indogrosir dari kuota 1.500 yang disiapkan.
Sri Purnomo mengatakan semua pendaftar yang nantinya memiliki hasil reaktif, akan langsung dikarantina di Asrama Haji Yogyakarta.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Sleman Shavitri Nurmaladewi menjelaskan, pengunjung swalayan Indogrosir yang bisa mendaftarkan untuk mengikuti rapid test massal adalah mereka yang berkunjung mulai 19 April hingga 4 Mei 2020.
"Semula memang tes cepat secara massal akan dilakukan untuk pengunjung Indogrosir mulai 25 April hingga 2 Mei 2020, tetapi setelah melihat titik awal kasus maka sasaran pengunjung diperlebar mulai 19 April 2020," kata Shavitri, Sabtu lalu.
Menurut dia, hal ini diambil titik dari kasus pertama temuan kasus COVID-19 di swalayan Indogrosir Mlati, Sleman.
"Karena titik dari kasus pertama di Indogrosir itu sebelum 24 April 2020, maka pemetaan pengunjung yang sebelumnya mulai 24 April dimundurkan dari tanggal 19 April," katanya.
Dia mengatakan, pihaknya juga mendapat informasi dari Camat Mlati, Sleman bahwa setelah munculnya klaster Indogrosir Mlati tersebut, banyak masyarakat setempat yang melakukan tes cepat secara mandiri, dan hasilnya nonreaktif COVID-19.
"Beberapa informasi masuk ke saya melalui pesan WA, baik itu dari laporan pribadi maupun laporan Camat Mlati, beberapa warga sudah melakukan rapid test secara mandiri dan semua nonreaktif," katanya.
Kronologi temuan kasus di swalayan Indogrosir Mlati Sleman tersebut bermula pada 24 April kasus 79 (seorang karyawan Indogrosir) dinyatakan positif dan dirawat di ruang isolasi RS TNI AU Hardjolukito.
Kemudian pada 2 Mei dilakukan rapid test untuk sepuluh karyawan Indogrosir Mlati, lima orang di antaranya reaktif, dan dilanjutkan dengan tes PCR. Sampai dengan saat ini hasil uji lab PCR belum keluar.
Selanjutnya pada 4 Mei dilakukan rapid test terhadap 94 karyawan, 22 di antaranya reaktif.
Setelah itu pada 5 Mei dilakukan rapid test terhadap 196 karyawan, 30 di antaranya reaktif. Belum dilakukan uji swab, masih menunggu rumah sakit.
Hingga 11 Mei, total karyawan yang reaktif ada 60 orang.
Sebelum klaster Indogrosir, Pemda DIY lebih dahulu mengidentifikasi tiga klaster besar penularan COVID-19 di wilayahnya yakni klaster Jamaah Tabligh di Gunung Kidul, klaster Jamaah Tabligh di Sleman, dan klaster Jemaat Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) di Kota Yogyakarta. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek