Begini Pandangan Fahri Hamzah soal Peran Milenial

Jumat, 30 Oktober 2020 – 15:19 WIB
Fahri Hamzah. Foto: diambil dari Instagram fahrihamzah

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah menyampaikan pandangannya tentang peran generasi milenial terhadap situasi negara terutama dalam demokrasi dan transisi yang panjang guna menciptakan negara yang sejahtera.

Fahri menjelaskan kaum milenial adalah generasi baru yang menyaksikan negara maupun dunia yang mengalami perubahan.

BACA JUGA: Pesan Bu Mega Untuk Milenial Menyambut Hari Sumpah Pemuda

Terlebih lagi, saat ini teknologi mengalami disrupsi yang dahsyat.

Bahkan, sekarang ini ada disrupsi baru yang bukan saja oleh teknologi, tetapi juga karena pandemi Covid-19.

BACA JUGA: Catatan Kritis Fahri Hamzah untuk Setahun Pemerintahan Jokowi-Maruf

Dia menegaskan disrupsi oleh pandemi Covid-19 dan teknologi sekaligus, itu menciptakan kegalauan yang masif bagi generasi milenial.

Fahri melanjutkan, generasi milenial sekarang ini sebenarnya lagi mencari siapa panutannya yang harus didengar, dan menentukan ke mana menuju dan melangkah.

BACA JUGA: Ini Bukti Pertanian Menjanjikan Bagi Kaum Milenial, Penghasilan Sebulan Rp 500 juta

Fahri mengatakan ada baiknya untuk memahami dan menyadari bahwa jangan-jangan kegagalannya ada pada generasi yang seharusnya menjadi suri teladan, bintang pembimbing, contoh yang setiap hari ditiru dan dilihat baik itu kata-katanya, aksi, maupun polanya di dalam berbangsa dan bernegara.

"Oleh karena itu, introspeksi paling besar harus dilakukan oleh politisi," kata Fahri kepada wartawan, Jumat (30/10).

Fahri melanjutkan, politikuslah yang diberi amanat untuk menjadi pendidik politik dan bangsa, diberi anggaran, akses kekuasaan, maupun uang negara untuk melakukan itu.

"Jadi amanat pertama adalah kepada para pemimpin politik," ujar mantan wakil ketua DPR ini.

Menurut dia, kalau sekarang ini menyaksikan milenial galau dan tidak sesuai dengan pandangan-pandangan politisi, di satu sisi itu adalah watak dari sebuah perubahan.

"Namun, yang penting adalah apakah kita (politisi) sudah memberi contoh yang cukup sehingga ekspektasi tentang kaum milenial itu memadai," ungkap aktivis mahasiswa 1998 itu.

Ia menambahkan amanat yang kedua adalah kepada tokoh dan agamawan.

Sebab, kata dia, tokoh dan agamawan juga punya mekanisme dan medium untuk membimbing kaum milenial supaya mereka memegang jati dirinya, maupun tuntunannya di dalam melangkah ke depan.

"Jadi kaum milenial itu tidak bisa disalahkan. Mereka tumbuh dengan zaman, ada kompleksitas yang memengaruhi mereka," katanya.

Oleh sebab itu, politikus asal Nusa Tenggara Barat (NTB) itu menambahkan politisi tidak boleh menanyakan apa yang sudah generasi milenial lakukan.

Sebab, kata dia, generasi milenial akan bertanya balik, apa yang sudah dicontohkan kepada mereka.

"Apakah politisi sudah berbuat cukup untuk menjelaskan kepada kaum milenial tentang mimpi bersama, beginilah cara melangkah ke depan," jelasnya.

"Saya kira, kalau pemimpin juga mengalami disorientasi, politisi mengalami kegalauan, maka tentu kegalauan itu akan lebih masif  ke bawah," kata Fahri.

Menurut Fahri, faktanya sekarang kaum milenial tidak mau mendengar siapa pun sekarang ini.

Kaum milenial lebih memilih gadget mereka. Sebab, di dalam gadget itu ada ribuan fitur yang bisa dipilih kaum milenial.

Kaum milenial punya hak pilih untuk menentukan siapa pun yang ingin mereka dengarkan.

"Sebagiannya mendengar orang-orang yang produktif dan positif, sebagiannya mendengar orang-orang yang negatif dan orang-orang yang destruktif," kata Fahri.

Nah, Fahri menjelaskan bahwa kesalahan para elite adalah tidak mendominasi cuaca kehidupan dengan alternatif yang baik.

Padahal, ujar Fahri, politik diselenggarakan supaya orang punya alternatif pilihan yang baik.

Bahkan, ia menegaskan, kekuasaan itu diselenggarakan agar kaum milenial memiliki alternatif yang baik untuk menyongsong masa depan mereka.

"Bukan kemudian alternatif yang kosong atau bahkan yang berkembang adalah alternatif yang negatif," kata Fahri.

Fahri menegaskan, bila ada yang harus disalahkan maka salahkan pemimpin. Dia menegaskan pemimpin akan bertanggung jawab terhadap keadaan rakyatnya maupun bangsanya. "Ini introspeksi bagi semua, terutama yang senior," ujar Fahri. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler