Begini Perbandingan Helikopter EC725 dengan AW101, Pak Jokowi Pilih Mana?

Rabu, 25 November 2015 – 17:28 WIB
EC725. Foto: Heli EC725 produksi PT DI. Foto: Humas KemenPAN-RB for JPNN

jpnn.com - BANDUNG - Direktur Utama (Dirut) PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso menaruh harapan besar kepada Presiden Joko Widodo untuk membeli pesawat helikopter buatan anak bangsa. Selain harganya lebih murah, dari sisi keamanan juga terjamin.

"Pilot-pilot Indonesia sudah lihai menggunakan pesawat udara buatan DI dengan dua mesin. Sedangkan pesawat ‎Agustawestland VVIPAW101 itu tiga mesin," ujarnya kepada pers saat kunjungan ke PT DI, Bandung, Rabu (25/11).

BACA JUGA: Ealahhh... OC Kaligis Sudutkan Anak Buahnya

Dia menyebutkan, dibanding ‎AW101, airbus helicopters EC725 buatan DI lebih unggul. EC725 juga sudah dipakai 32 kepala negara sehingga dijamin keamanannya.

"EC725 sudah dipakai 32 negara, sedangkan AW101 baru empat negara. Kalau untuk menjadikan EC725 menjadi VVIP, cuma butuh tambahan dana 10 juta Euro saja," terangnya.

BACA JUGA: OC Kaligis Tuding KPK Inginkan Dia Mati di Penjara

Dia menyontohkan, EC725 pesanan Presiden Korea, meski dibeli ke PT DI namun yang mengisi di dalamnya adalah teknisi Korea. Teknisi PT DI malah tidak dibolehkan masuk.

"Namanya untuk pesawat presiden, memang harus kita sendiri yang isi agar negara lain tidak tahu. Presiden itu kan kepala negara jadi mesti dijaga keamanannya. Kalau beli heli dari luar negeri, orang asing pasti tahu isi di dalam maupun luar pesawat dan ini sangat berbahaya," tandasnya. 

BACA JUGA: Operasi "Penyelamatan" Setya Novanto Senilai Rp 20 Miliar? Hmmm

Budi lagi-lagi berharap Presiden lebih memilih heli EC725 agar PT DI bisa leluasa menjual produknya ke negara asing. "Bagaimana bisa kita menjual produk sendiri, kalau kepala negara kita memilih produk luar negeri. Tapi kami yakin Presiden Jokowi akan memilih pesawat buatan anak bangsa," tandasnya.

Sementara Direktur Produksi PT DI Arie Wibowo menyatakan, meski Sekretariat Negara sudah mengetahui spesifikasi Airbus Helicopters EC725 dan Agustawestland AW101, namun hingga saat ini Istana belum memutuskan dan memesan pesawat heli untuk RI 1. 

"Kalau ingin dijadikan pesawat VVIP cukup tambah sekitar 40 miliar saja dari harga dasar EC725 455 miliar rupiah. Kalau VVIPAE101 kan harganya 755 miliar rupiah, jadi lebih murah menggunakan produk anak bangsa," kata Arie di PT DI, Rabu (25/11). (esy/jpnn)

Berikut ini perbadingan EC725 dan AW101:

EC725:
Program Launch: 1999
1st fligh: 27 November 2000
1st delivery: Februari 2005
Fleet experience: 500.000 FH dan 4.632.00 (SP Fami‎ly)
Units delivered: > 200 helicopters dan 832 (SP Family)
Country operating h/c: 35 customers in 20 countries
C-SAR record:‎ France, Brazil, Indonesia, Malaysia, Mexiso, Thailand, Poland Greenland, Japan, Norway, Taiwan, Spain, UK, Vietnam
VVIP record: > 30 head of state
C-SAR Combat proven in Lebanon, Chad, Afghanistan, Mali, Libya
VVIP experince (EC725 familiy) digunakan 32 kepala negara
Lebih mudah digunakan dan bisa mencapai titik stabil dengan cepat bila mesin mati. Tidak membutuhkan landasan pacu yang panjang/luas
Seat: 29
Manufacture: Turbomeca
Model: Makila 2A1
Number of engines: 2
Fuel consumption: 500 kg/h

‎AW101: 

Program Launch: 1984
1st fligh: 9 Oktober 1987
1st delivery: 1999
Fleet experience: 300.000 FH 
Units delivered: 140 helicopters 
Country operating h/c: 12 customers 
C-SAR record:‎ Italy
VVIP record: > 4 head of state
C-SAR Combat proven: Only 5 AW101 were serving in Afghanistan in transporting troops
VVIP experince (AW101 family) digunakan empat kepala negara
Lebih sulit digunakan dan tidak bisa mencapai titik stabil dengan cepat bila mesin mati. Membutuhkan landasan pacu yang panjang/luas
Seat: 30
Manufacture: General Electric
Model: CT7-8E
Number of engines: 3
Fuel consumption: 764 kg/h‎. 

‎Sumber : PT DI 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Capek Deh! Henry Yoso Punya Masalah Etika Kok Mau Ikut Menyidang Etika


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler