Begini Strategi LKPR Mengelola Air di Kota Mandiri

Kamis, 10 November 2022 – 19:45 WIB
LKPR punya strategi dalam pengelolaan air di wilayah perumahan yang dikembangkannya. Foto dok. LPKR

jpnn.com, JAKARTA - PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) berkomitmen dalam strategi berkelanjutan, salah satunya pengelolaan air.

Itu dibuktikan dengan pembangunan beberapa kolam retensi di wilayah perumahan yang dikembangkan LPKR.

BACA JUGA: Penjualan Rumah Tapak Lippo Cikarang Meningkat, LKPR Terkena Imbasnya

CEO LPKR John Riady mengungkapkan pembangunan beberapa kolam retensi itu bertujuan mengumpulkan air hujan dan limpasan, yang selanjutnya diolah untuk digunakan kembali.

Selain itu, mengolah air limbah untuk digunakan kembali pada kegiatan operasional, seperti irigasi, pembersihan saluran air, menara pendingin, dan toilet flushing.

BACA JUGA: Beredar Kabar Saham LKPR Masuk Indeks Morgan Stanley

John mengatakan di kota mandiri Lippo Village, semua kebutuhan operasional seperti irigasi dan pembersihan saluran air telah menggunakan air limbah yang diolah.

Selain operasional real estat, di properti lain seperti mal, rumah sakit, dan hotel, LPKR juga mencari cara untuk meningkatkan daur ulang air di lokasi masing-masing. 

BACA JUGA: Pengelolaan Air Lebih Baik Dikelola Pemerintah

"Pada 2021, terdapat peningkatan hingga tiga kali lipat atas volume air daur ulang yang digunakan di mal dibandingkan tahun 2020," terang John Riady dalam keterangannya, Kamis (10/11).

Di Kemang Village, Jakarta Selatan, lanjutnya, sirkulasi air dapat dicapai melalui daur ulang dan pengelolaan air yang bertanggung jawab.

Di bawah Kemang Village terdapat kolam retensi dengan kapasitas 100.000 m3 dan berfungsi untuk mengumpulkan air hujan dan air limpasan dari area sekitar Kemang. 

John menjelaskan kolam retensi ini memiliki peran penting untuk mencegah banjir. Juga berfungsi sebagai sumber air dalam pengembangan yang terintegrasi.

Instalasi pengolahan air di Kemang Village memproses dan memproduksi air minum. Sementara, instalasi pengolahan air limbah mengelola air limpasan untuk memproduksi air yang tidak bisa diminum untuk digunakan kembali.  

Saat ini, 99% kebutuhan air di Kemang Village didapatkan dari sumber air alternatif, yang mana 63% berasal dari pengumpulan air hujan dan air limpasan dari kolam retensi dan 36% dari hasil pengolahan air limbah.

Hanya 1% pasokan air berasal dari sumber air kota. Selain itu, Kemang Village telah secara signifikan menigkatkan efisiensi daur ulang air limbahnya dalam tiga tahun terakhir. 

"Pada 2021, Kemang Village telah mengolah 99% air limbahnya (hanya 1% air limbah yang dibuang), naik dari 68% di tahun 2019," tutur John Riady.

Lebih lanjut dikatakan selama bertahun-tahun LPKR telah melakukan investasi yang signifikan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mendaur ulang air hujan dan air limbah untuk menambah sumber air dan mengurangi pengambilan air.

"Kami juga berkomitmen untuk menerapkan pengelolaan air secara hati-hati di seluruh unit bisnis," pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler