BEI Siapkan 3 Skema Agar Startup Unicorn Melantai di Bursa

Senin, 05 Maret 2018 – 01:18 WIB
Suasana di Bursa Efek Indonesia (BEI). FOTO: TONI SUHARTONO/INDOPOS /JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mendorong perusahaan rintisan alias startup untuk melantai di bursa.

Saat ini, baru ada dua startup yang menjadi emiten di BEI, yaitu PT Kioson Komersial Indonesia Tbk dan PT M Cash Integrasi Tbk.

BACA JUGA: Bareskrim Gulung Muslim Cyber Army, Ini Kata Menkominfo

Padahal, startup yang memiliki kapasitas untuk menjadi emiten cukup banyak.

Sejauh ini, ada empat perusahaan startup unicorn atau perusahaan rintisan yang memiliki valuasi minimal USD 1 miliar.

BACA JUGA: Registrasi SIM Card Segera Dievaluasi Total

Namun, belum ada yang melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Empat unicorn itu adalah Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.   

BACA JUGA: Menkominfo: Tidak Ada Pemblokiran Akun IG Ustaz Abdul Somad

BEI pun kini tengah merancang tiga alternatif kebutuhan bagi startup untuk melakukan IPO.

Alternatif itu adalah net tangible asset (NTA), kapitalisasi pasar, dan revenue atau pendapatan.

Perusahaan yang masih berkembang masih mungkin melakukan IPO meski masih mencatat kerugian. 

”Boleh kalau sekarang masih rugi, asal startup itu punya plan yang menyebutkan bahwa prospek usahanya itu bisa untung dalam dua tahun ke depan (setelah IPO, Red). Sekarang untuk aturan itu tidak berubah,” ujar Direktur Utama PT BEI Tito Sulistio belum lama ini.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, dirinya sudah bertemu dengan startup unicorn, BEI, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam rangka membahas IPO untuk start-up. 

Namun, dia menolak untuk membeberkan startup mana yang ditemuinya.

Sejauh ini, unicorn yang pernah menyatakan minatnya untuk IPO kepada media hanya Go-Jek.

”Nanti kalau saya bilang, kasihan teman-teman (yang mau jadi, Red) investor,” kata Rudiantara.

Menurut dia, pembicaraan dengan unicorn dilakukan untuk mengetahui alasan yang menyebabkan mereka enggan untuk menjadi perusahaan publik.

Rudiantara menuturkan, OJK dan BEI sangat mendukung jika ada startup yang mau IPO.

Namun, OJK dan BEI punya kewajiban untuk melindungi kepentingan investor publik.

Dengan begitu, perlu ada kebijakan teknis yang berpihak kepada investor ritel. (rin/c10/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Proyek Roboh, Saham Emiten Konstruksi Runtuh


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler