Penonton TV One pasti tidak asing lagi dengan sosok Karni IlyasPria 57 tahun ini memang sering menjadi host untuk beberapa acara di televisi swasta itu
BACA JUGA: Teriakan Penumpang Menjelang Ajal Terbawa Mimpi
Apa yang membuatnya percaya diri bersaing dengan host-host yang jauh lebih muda"---------------------------- ---------------
JANESTI PRIYANDINI, Jakarta
--------------------- ----------------------
SIANG itu (5/2), sekitar pukul 14.00, setelah menunggu hampir satu jam, yang dinanti datang
BACA JUGA: Waspadai Jika Bayi Menguning Lebih dari Dua Minggu
Kantor Karni terletak di lantai 1
BACA JUGA: Jangan Takut Donor, Liver Bisa Cepat Utuh Lagi
Di ruang itu terdapat lima TVDua di antaranya khusus untuk saluran TV OneMelalui TV-TV itulah, Karni memantau televisi yang dia pimpinDi TV One, pria bernama lengkap Sukarni Ilyas itu menjabat direktur pemberitaan olahraga dan produksiJam terbangnya di bidang jurnalistik tak diragukan lagiDia mengawali karir sebagai wartawan di Suara Karya pada 1972Kemudian dia bergabung dengan majalah Tempo pada 1978, hingga menduduki jabatan redaktur pelaksanaBasis pendidikannya sebagai sarjana hukum lulusan Universitas Indonesia (UI) membuat dia sangat piawai dalam bidang hukumIni membuat dia ditugasi memimpin majalah Forum pada 1991?1999Setahun berikutnya, dia menjadi komisaris di majalah tersebut
Setelah malang melintang di media cetak, Karni mulai menjajal media layar kacaDia masuk ke SCTV, memimpin program berita Liputan 6Selama enam tahun (hingga 2005), Karni berhasil menjadikan Liputan 6 sebagai program berita terkemuka di tanah air
Dari SCTV, pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, itu lantas pindah ke ANTeve (kini ANTV) pada 2005Berkat tangan dinginnya dan berkat sentuhan lobinya ke sejumlah pihak (terutama di kepolisian), banyak tayangan eksklusif lahir dari liputan dan ketajaman naluri kewartawanannyaDi ANTV, Karni hanya dua tahunDia kemudian dipercaya membenahi TV One yang saat itu baru saja diambil alih keluarga Bakrie
Apa yang dia rasakan setelah puluhan tahun berkarir di jurnalistik dengan jenis media berbeda" Kata Karni, setiap media yang dia tangani memiliki rasa yang berbedaMenangani koran atau majalah berbeda dengan televisi"Di koran tiap hari deadlineMajalah lebih enak lagi, deadline-nya tiap mingguKalau televisi tiap detik adalah deadline," katanya.
"Berita bisa berubah tiap detikSeperti itu misalnya (dia menunjuk layar televisi yang berada di depan meja kerjanya)Meski sedang siaran langsung (saat itu ada pembacaan duplik Antasari Azhar di sidang pembunuhan Nasrudin), tapi tiba-tiba ada kejadian bom meledakKita harus bisa memutuskan dengan cepatKalau memang perlu dipotong acaranya, ya dipotong," jelasnyaKarni mengaku bekerja di TV lebih enjoy
Meski menjadi orang nomor satu di jajaran redaksi TV One, Karni masih sering muncul sebagai hostBeberapa acara yang dia pandu adalah: Di Balik Langit Berita, Jakarta Lawyers Club, serta Catatan Hukum Bang OneAcara yang disebut terakhir ini malah membuat namanya semakin dikenalOrang yang semula tidak tahu siapa Karni Ilyas, akhirnya jadi tahu dan menyebutnya Bang One.
Itu karena tokoh kartun Bang One dibuat mirip dirinyaBentuk wajah, lengkap dengan kacamata, dibikin mirip KarniSelain itu, suara Bang One, diisi oleh suara KarniMaka, semakin lengkaplah imajinasi penonton mengarah ke Karni ketika menyaksikan tokoh kartun Bang One
Mengapa baru kali ini Karni sering muncul di televisi" Bukankah dia sebelumnya sempat di SCTV" "Dulu menahan diriKalau saya ikut tampil, kasihan anak-anak (reporter dan presenter) dongKapan mereka tampilnya" Soalnya di SCTV kan (program) talk show-nya sedikit," jelas ketua umum Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) iniKalau sekarang dia mau tampil, itu karena di TV One terdapat banyak program seperti talk showHampir setiap hari ada program tersebut"Supaya generasinya lengkapTidak hanya yang muda-muda saja," ujarnya
Bagi Karni, tampil sebagai host di usia yang hampir kepala 6, bukanlah sebuah hambatan"Larry King (CNN) itu juga tuaMalah lebih tua dari sayaTapi, dia juga menjadi host yang sangat dikagumi," paparnyaDia bilang tidak ada masalah antara tua dan mudaYang penting tetap bersemangat
Menurut Karni, masyarakat tidak hanya butuh wajah cantik dan cakep sebagai hostMereka juga butuh mutu dan konten acara"Jadi, kalau presenter atau reporternya cakep, tapi nggak bunyi, ya tidak sukaMasyarakat butuh isinya," jelasnyaItu sebabnya, pembaca berita di stasiun televisi di luar negeri justru yang tua-tuaYang muncul bukan lagi fisik, tapi kredibilitas
Dalam menjalankan tugas sebagai host dan pengisi suara untuk Bang One, Karni harus bekerja langsung dengan bawahannyaDia akan diarahkan langsung oleh merekaSaat mengisi suara Bang One, misalnyaTidak jarang dalam mengisi suara itu dia melakukan kesalahanMaka, dia pun akan mengikuti apa perkataan pengarahnya"Tapi, kalau ternyata naskah yang mereka tulis salah, giliran saya yang marah-marah," tuturnya lalu tersenyum
Diakui Karni, ketika bekerja di studio, terkadang tim produksi (yang notabene jabatannya di bawah Karni) merasa sungkan kepadanya"Ada yang sungkanTapi, kan kalau sudah di studio, saya jadi anak buah," ujarnyaNamun, untuk urusan baju, mereka jarang mengaturnya"Soalnya selera warna saya lebih bagusKalau lagi pakai baju putih seperti ini, dasinya harus yang warna ngejreng," lanjutnya sambil tangannya memegang kemeja putih lengan panjang yang dikenakanDi samping kegiatan rutin, Karni sering diminta menjadi pembicara dalam seminar
Satu hal yang dia rindukan, sudah lama dia tidak menulisBaginya menulis adalah menarikSejak SMP dia mulai menulisSebab, dia memang berangan-angan jadi wartawan"Tapi, sekarang tidak memiliki banyak waktuLagi pula, kalau sekarang menulis tidak segampang duluSaya diharapkan orang menulis yang benar-benar berbobotKalau asal menulis, bisa diketawain orangBebannya lebih berat," curhatnya.
Ketika belum memiliki nama seperti sekarang, dia mau menulis apa saja, tidak ada yang peduliKalau peristiwanya menarik, orang akan membacaDan, mereka tidak akan mencari tahu siapa penulisnya"Tapi itu kan dulu," ucapnyaMeski begitu, dia mengatakan akan tetap berkarya di bidang jurnalistik"Saya akan terus bekerja di jurnalistikKalaupun nanti saya mati, lalu hidup lagi, saya akan tetap jadi wartawan," tekadnya(kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ayah Jadi Guru, Tak Cukup Uang Beli Albumin
Redaktur : Soetomo Samsu