Belanja Modal Rendah, Hatta Cari Terobosan

Rabu, 26 Oktober 2011 – 00:26 WIB

JAKARTA – Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyayangkan rendahnya serapan belanja modal tahun iniDalam APBN 2011 total anggaran belanja modal sekitar Rp 140,9 triliun

BACA JUGA: KIB II Sudah Sesuai UU Kementrian Negara

Namun yang teserap hingga akhir September lalu hanya Rp 43,4 triliun atau 31 persen


Berdasarkan komponen belanjanya, realisasi belanja modal tanah baru sebesar 22,1 persen, belanja modal gedung atau bangunan 24,9 persen, dan belanja modal peralatan dan mesin 30,3 persen

BACA JUGA: Hatta Minta Menteri Baru Cepat Belajar

Lalu untuk belanja modal jalan dan jembatan sebesar 44 persen dan belanja modal irigasi 48,5 persen


”Realisasi belanja modal tahun ini jauh di bawah 2010

BACA JUGA: Kembangkan Pasar ke Slovakia

Ini tidak boleh terjadi lagi tahun depanKarena daya dorong terhadap pertumbuhan ekonomi akan berkurang,” kata Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini

Demi mempercepat pertumbuhan ekonomi, dalam RAPBN 2012 nanti anggaran belanja modal pemerintah akan naik signifikan dari Rp 140,9 triliun dalam APBN P 2011 menjadi Rp 168 triliunSementara anggaran belanja barang turun dari Rp 142 triliun dalam APBN P 2011 menjadi Rp 138,5 triliun pada RAPBN 2012Tapi jika realisasinya payah, peningkatan anggaran belanja modal tahun depan tidak akan efektif mendorong pertumbuhan

Peningkatan anggaran belanja modal harus disertai efektivitas dalam penyerapannyaHatta meminta pejabat esselon I, II, dan III di setiap kementerian dan lembaga negara mengontrol eksekusi belanja modalKarena mereka yang paling mengerti soal belanja APBN”Kalau menteri kan di tingkat kebijakan, eksekusinya pejabat di bawahnyaEksekusi harus dikontrol,” kata calon besar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini

Dia meminta pejabat berwenang berani mencari terobosan dalam membelanjakan anggaran, tanpa menghantam aturan yang belakuIndonesia saat ini ingin mempercepat pertumbuhan ekonominyaItu tidak mungkin bisa dicapai tanpa terobosanSalah satu masalahnya adalah serapan anggaran yang rendah, khususnya belanja modal

”Cari terobosan dengan tetap menjaga akuntabilitas serta transparansiKalau ada peraturan yang menghambat, kita perbaiki peraturannya,” pinta Hatta

Agus Suprijanto, Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara Kementerian Keuangan mengakui, penyerapan belanja modal yang rendah menjadi keprihatinan banyak kalanganPenyebabnya, menurut dia, proyek-proyek pemerintah biasanya menagih dana pada akhir tahun.

Dengan begitu, serapan anggaran biasanya melonjak pada akhir tahun”Rekanan-rekanan pemerintah biasanya cenderung ingin menyelesaikan dulu proyeknyaTagihan disampaikan setelah proyek fisiknya selesai,” kata Agus

Karena kalau tidak, lanjutnya, mereka bisa didenda atau mereka tidak bisa melakukan tagihanSehingga realisasi akhir tahun anggaran kelihatannya melonjak karena memang tagihannya baru datang pada akhir tahunKetika realisasi belanja modal sangat rendah, belanja rutin realisasinya lebih baik dibanding tahun lalu

Untuk belanja subsidi, jumlah anggaran yang telah dikucurkan pemerintah sampai 30 September mencapai Rp 140,4 triliun atau 59,2 persen dari pagu Rp 187,62 triliunRinciannya, realisasi subsidi energi sebesar Rp 124,5 triliun (63,8%) dan subsidi non energi Rp 15,9 triliun (38%)

Realisasi subsidi BBM sebesar Rp 83,8 triliun (64,6%), dan subsidi listrik Rp 40,7 triliun (62,1%)Secara umum, pemerintah pusat telah membelanjakan anggaran sebesar Rp 482,9 triliun atau 53,2 persen dari total paguDengan demikian, setelah memperhitungkan transfer ke daerah, realisasi total belanja negara sebesar Rp 773,6 triliun atau 58,7 peren dari pagu Rp 1.320,7 triliun(dri)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hatta Terima Putri Pariwisata


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler