Belum Sesuai Target, Jumlah Kunjungan Wisman Cukup Baik

Minggu, 03 Februari 2019 – 01:05 WIB
Wisatawan mancanegara asal Tiongkok saat berjalan-jalan di kawasan Kuta, Badung, Bali. Foto: Miftahudin/Radar Bali

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, faktor harga tiket pesawat menjadi salah satu pendorong minat wisatawan untuk bepergian.

Selain faktor harga, kondisi alam bisa berpengaruh pada tingkat kunjungan wisatawan. Pada 2018 banyaknya bencana alam membuat realisasi kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) belum setinggi yang diharapkan.

BACA JUGA: Inflasi Januari 2019 Terendah Sejak 2017

Pemerintah menargetkan kunjungan wisman 2018 mencapai 17 juta jiwa. Namun, realisasinya hanya 15,8 juta jiwa.

Bencana memang sempat terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Contohnya, gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB); letusan Gunung Agung di Bali; gempa di Palu, Sulawesi Selatan; serta tsunami di Banten dan Lampung.

BACA JUGA: Bagasi Berbayar Bisa Bikin Industri Pariwisata Terpuruk

Suhariyanto mengatakan, faktor tersebut membuat wisman urung pelesir ke Indonesia, terutama di daerah-daerah wisata.

"Pada waktu-waktu tertentu yang berdekatan dengan kejadian bencana, mereka khawatir akan terjadi bencana susulan,” ujar Suhariyanto, Jumat (1/2).

BACA JUGA: Penerbangan Langsung Gairahkan Industri Pariwisata

Namun, menurut pria yang kerap disapa Kecuk itu, realisasi 15,8 juta jiwa wisman pada 2018 sudah cukup baik meski belum mencapai target.

Sebab, angka realisasi itu tumbuh positif 12,58 persen jika dibandingkan dengan kedatangan wisman pada 2017 sebanyak 14,03 juta orang.

Kedatangan wisman melalui pesawat tercatat 10,08 juta kunjungan, via kapal laut 3,21 juta kunjungan, serta jalur darat 2,50 juta kunjungan.

Kedatangan wisman paling banyak dilakukan melalui Bandara Ngurah Rai di Bali, yakni mencapai 6,02 juta wisman.

Menurut Kecuk, pemerintah mempunyai PR untuk meningkatkan kunjungan wisman. Caranya, membenahi infrastruktur di tempat-tempat wisata serta lebih gencar promosi.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menuturkan, pemerintah harus mengejar devisa dari sektor pariwisata.

”Pariwisata ini sama pentingnya seperti mendorong ekspor dan substitusi impor. Harus digarap dengan serius supaya fundamental ekonomi kita membaik dan devisa kita bertambah,” ucap Aviliani. (rin/c20/fal)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penduduk Desa Makin Sejahtera dan Inflasi Pangan Rendah


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler