Sejak kecil pasti Anda pernah mendengarkan kalimat-kalimat seperti ini:
"Jangan kebanyakan minum es, nanti batuk!"
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Apa Saja yang Dibahas Presiden Jokowi di Tiongkok?
"Ih bisulan, pasti kebanyakan makan telur."
"Jangan mandi malam-malam, nanti rematik."
BACA JUGA: ISIS Coba Musnahkan Warga Yazidi, Para Perempuan ini Bertahan Hidup dalam Kekhalifahan
Tapi, pernahkah Anda menyelidiki kebenarannya sesuai dengan fakta ilmiah yang ada? Atau kah semua ini hanya mitos?
dr Berlian Idriansyah Idris, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di RS Medika BSD dan RS EMC Alam Sutra akan membantu menjawabnya untuk Anda.
BACA JUGA: Militer Niger Umumkan Kudeta, Menggulingkan Presiden Bazoum dari Kekuasaan
Pernyataan 1: Minum es bikin batukDokter Berlian mengatakan asumsi ini "tidak sepenuhnya mitos."
Menurutnya, es memang bisa menimbulkan iritasi atau 'physical trauma' terhadap faring, organ yang terbentang dari hidung hingga sistem pencernaan.
"Jadi kalau kita enggak biasa, atau dingin banget, bisa bikin batuk," katanya.
"Atau mekanisme keduanya, untuk orang-orang yang rentan, misalnya asma, es juga bisa menginduksi batuk."
Namun minum es bukan satu-satunya penyebab batuk, karena ada faktor kekebalan tubuh.
"Kalau imun kita lagi turun, mekanismenya es memperberat inflamasi, lagi-lagi lewat iritasi," katanya.
"Orang yang sudah radang tenggorokan dan batuk [lalu minum es], iritasinya akan memperberat radangnya."
Kuncinya adalah dengan menghindari alergen dan memperkuat daya tahan tubuh, ujar dr Berlian.
"Pertama, kalau kita ada kecenderungan alergi, kita harus mengidentifikasi alergen atau penyebab alerginya apa," katanya.
"Yang kedua, kita memperbaiki daya tahan tubuh, dengan olahraga, makan makanan bergizi atau menghindari penyebab atau penurun daya tahan tubuh."
Ia menambahkan, batuk yang berkaitan dengan radang tenggorokan juga bisa dihindari dengan tidak merokok, menghindari polutan, dan memakai masker.Pernyataan 2: Kebanyakan makan telur menyebabkan bisul
Tanpa ragu, dr Berlian mengatakan bahwa hal ini adalah MITOS.
"Telur mengandung banyak protein dan tentunya kolestrol, yang enggak ada hubungannya sama bisul," katanya.
Bisul, atau yang menurut istilah kedokteran dikenal sebagai furunkel, muncul karena adanya akar rambut yang tersumbat lalu terinfeksi.
"Penyebab tersumbatnya banyak, tentu debu yang paling gampang," katanya.
"Jerawat kalau ada nanahnya itu termasuk furunkel. Itu bisul sebenarnya."
Menurut dr Berlian, menjaga kebersihan adalah kunci.
"Apalagi kalau di Indonesia kan lembab ya, maka [pori-pori] mudah tersumbat kalau misalnya kita enggak mandi, enggak bersih, bisa mengalami infeksi dan bakterinya tumbuh di situ," katanya.
Bila tidak menjaga kebersihan, bisul atau furunkel bisa membesar sehingga menjadi 'carbuncle'.
"Biasanya beberapa akar rambut, bukan cuma satu, tergabung," katanya.
"Dan karena terhubung di bawah kulit, karena infeksi, jadi semakin besar tuh, karena infeksinya menyebar."Pernyataan 3: Buah nanas menyebabkan keputihan pada perempuan
Lagi-lagi ini adalah MITOS, menurut dr Berlian.
Keputihan, yang dalam terminologi kesehatan dikenal sebagai Fluor Albus atau Leukorea merupakan "fenomena normal", tidak harus karena infeksi.
"Jadi ini adalah produksi lendir vagina, yang kalau dalam situs menstrual atau ovulasi, biasanya lebih banyak," katanya.
"Tapi keputihan juga bisa terjadi karena infeksi, yang penyebabnya bisa jamur, bakteri, atau virus."
Selain itu, keputihan juga berhubungan dengan kebersihan individu dan bisa disebabkan oleh penyakit menular seksual.
Keputihan juga tidak ada kaitannya dengan makan timun terlalu banyak, seperti yang sering diasumsikan.
Meski pernyataan tentang nanas dan keputihan tidak ada hubungannya, konsumsi nanas terlalu banyak juga memiliki efek samping.
"Karena nanas asam, buat orang yang enggak kuat mungkin lambungnya jadi enggak nyaman," kata dr Berlian.Pernyataan 4: Mandi malam bisa menyebabkan rematik
Ini adalah pernyataan yang mungkin sering muncul dari orangtua kita, bahkan dengan nada agak keras, iya kan?
Pernyataan tersebut tidak sepenuhnya mitos, tapi mungkin kurang tepat, menurut dr Berlian.
"Sebenarnya, yang bikin kita sakit ... bukan mandinya, melainkan kedinginannya," katanya.
Ia mengatakan seringkali apa yang dianggap rematik sesungguhnya hanyalah ngilu atau nyeri sendi.
"Nyeri sendi bisa terjadi kalau kita kedinginan," katanya.
"Ini bisa meningkatkan tekanan barometrik sendi, jadi sendinya bisa mengkeret.
"Kalau dingin, ruang sendi kan sebenarnya enggak seberapa, tapi ada tekanan barometrik ini yang bikin sakit."
Dokter Berlian mengatakan rematik berhubungan dengan usia, karena faktor wear and tear atau karena kita menggunakan sendi dan otot hampir tiap hari, bukan?
"Yang kedua adalah penyakit sendi, yang sering autoimun yang menyerang jaringan ikat lunak pada sendi."
Olahraga 'high-impact' atau dengan intensitas yang tidak terlalu tinggi merupakan solusinya, misalnya 'jumping jack' atau 'skipping'.
"Sendi kan ditopang oleh otot dan tendon [atau jaringan ikat], jadi kualitas otot tulang dan sendi secara keseluruhan bisa menjadi baik dengan olah raga," katanya.
"[Tapi] Kalau berlebihan kurang bagus buat sendi, dalam hal ini sendi lutut."Pernyataan 5: Vitamin C mencegah pilek
Ini MITOS, menurut dr Berlian.
Sebuah studi meta analisis tahun 2013 yang merangkum 29 studi menemukan kalau konsumsi vitamin C rutin tidak menyembuhkan pilek.
Studi tersebut melibatkan setidaknya 11.306 subjek, yang menurut dr Berlian termasuk jumlah yang besar.
"Hanya ada efek yang kecil banget, tapi tidak mencegah," katanya.
"Studi tersebut menunjukkan tidak adanya manfaat suplementasi vitamin C pada mereka yang minum begitu atau pada saat mereka terkena batuk-pilek."
Bahkan ketika sudah terkena pilek, vitamin C hanya mempersingkat durasi sakit sebanyak delapan persen.
Ia juga mengatakan bahwa konsumsi vitamin C terlalu banyak, dengan dosis 1.000mg, memiliki kemungkinan menyebabkan batu ginjal.
"Ini studi tahun 2006, bahwa setiap kita minum 1.000 mg vitamin C, produksi kalsium oksalat meningkat," katanya.
"Kalau konsumsi di luar kapasitas ginjal, kalsium oksalat ini akan menumpuk di ginjal."
Olahraga dan mempertahankan daya tahan tubuh adalah beberapa hal yang bisa menghindarkan kita dari pilek.
"Badan kita juga jangan terus-terusan terekspos sama patogen atau alergen," kata dr Berlian.
"Daya tahan tubuh kita juga harus bagus."Pernyataan 6: Tidak makan nasi menyebabkan masuk angin
Pertama-tama, dr Berlian mengatakan kalau "masuk angin" merupakan terminologi yang tidak dikenal dalam dunia kedokteran.
Tapi bila mau dikaitkan, gejala masuk angin kemungkinan sama dengan dyspepsia atau meriang.
"Dyspepsia adalah kumpulan gejala yang berhubungan dengan peningkatan produksi asam lambung," katanya.
"Jadi rasanya kembung, nyeri ulu hati, enggak nyaman, dan badannya enggak enak."
Meriang di lain sisi, merupakan gejala awal ketika suhu tubuh kita mau naik.
"Saat terkena infeksi, sebagai reaksi, tubuh kita memproduksi panas untuk melawan kuman," katanya.
"Nah, Kita akan merasa meriang, bahkan tubuh kita bisa menggigil."
Dalam skenario di mana kita tidak makan nasi dan menggantinya dengan makanan lain, gejala masuk angin ini bisa saja terjadi.
"Nasi itu 90 persen karbohidrat, apalagi nasi putih, yang sudah tidak ada lagi kulit dan seratnya, sehingga sangat mudah dicerna," katanya.
"Kalau kita biasa makan nasi lalu tiba-tiba makan makanan lain dengan serat lebih tinggi, perut kita bisa kembung."
Ini karena tubuh kita perlu memproduksi lebih banyak asam lambung untuk memecah serat tersebut.
"Jadi itu mungkin yang bisa bikin 'masuk angin'," ujarnya.
"Tapi tergantung kesepakatan kita akan definisi 'masuk angin'."
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Usulan Agar Australia Mengeluarkan Visa Baru Bagi Jagoan Sains dan Teknologi