Bencana Jepang Katrol Harga Baja

Selasa, 05 April 2011 – 10:59 WIB
JAKARTA - Dampak bencana gempa dan tsunami Jepang bukan saja dialami sektor elektronik dan otomotif, tapi juga sektor industri lain seperti bajaSaat ini, produsen baja nasional menyatakan khawatir atas kemungkinan dampak tersebut

BACA JUGA: Air Asia ke Bandung dengan Airbus A320

Sebab, posisi Jepang penting sebagai produsen baja dengan jumlah produksi mencapai sekitar 100 juta ton baja per tahun.

Direktur Eksekutif Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), Edward Pinem mengatakan, bencana tersebut bisa mengganggu sejumlah industri, termasuk sektor baja
Kendati begitu, dia belum bisa memperkirakan dampak pasti dari kondisi tersebut

BACA JUGA: Laba Emiten Telekomunikasi Anjlok

Namun berdasar prediksi, mereka akan membutuhkan baja dalam jumlah besar untuk melakukan rehabilitas dan rekonstruksi.

"Perhatian utama kami dengan kondisi saat ini
Belum tahu dampak terhadap produksi dan harga akan seperti apa

BACA JUGA: IHSG Berpotensi Terkoreksi Lagi

Setelah ini, mereka juga akan menyerap banyak baja untuk konstruksi selama recovery," kata Edward kemarin (4/4)Oleh karena itu, diperkirakan harga baja internasional bakal menanjak karena demand tinggi.

Edward menjelaskan, dari hasil laporan produsen baja, telah terjadi kenaikan hargaRata-rata harga baja pada kuartal I tahun 2011 naik sekitar 20 persen dibandingkan periode sama 2010Ditambah berdasar tren tahunan, harga baja memang terus mengalami peningkatan.

"Industri baja tengah mengalami dilemaDi sisi lain, suplai bahan baku kita juga menghadapi praktik kartelSelama ini, hampir 90 persen bahan baku dari impor, seperti biji besiTerutama dari Amerika Latin, seperti Brasil dan CileJadi, tanpa diganggu persoalan dumping, industri baja nasional sudah menghadapi kondisi yang berat," tandasnya.

Pada 2011, perkiraan produksi baja nasional sebesar 8 juta ton dan impor sekitar 4 juta tonSementara konsumsi nasional tahun ini bisa menyentuh sekitar 12 juta ton"Produksi lokal diserap di domestik semuaProduksi nasional tidak terlalu bergerak, karena industri lokal juga tidak melakukan ekspansi," kata Edward.

Terkait lonjakan harga baja, hal itu sendiri pernah diperkirakan sebelumnyaCo Chairman Flat Product Indonesian IISIA Irvan Kamal Hakim memprediksi, harga baja bertahan pada level USD 1.000 per ton pada semester I tahun 2011Sementara harga baja pada akhir tahun 2010 di kisaran USD 600-700 per ton.

IISIA mencatat, hingga saat ini, harga bahan baku naik sekitar 7-13 persen dibandingkan akhir Desember 2010Kenaikan scrap sebesar 16 persen dari USD 450 per ton pada akhir 2010, menjadi USD 520 per tonSedangkan, harga iron ore melonjak 7 persen dari USD 174 per ton menjadi USD 186 per tonSementara, slab naik 17 persen dari USD 580 per ton menjadi USD 680 per ton, dan billet naik sebesar 13 persen dari USD 592 per ton menjadi USD 670 per ton.

Di sisi lain, kebijakan pemerintah Tiongkok mengurangi kapasitas produksi bisa berdampakAlasan mereka karena berkaitan dengan kebijakan lingkungan hidupDisebutkan, dari total konsumsi baja dunia yang mencapai 1,2 miliar ton, sebesar 50 persen dipasok oleh Tiongkok.

Sementara, data World Steel Association menunjukkan, dari total 64 negara produsen baja, produksi keseluruhan mencapai 117 juta metrik ton pada Februari 2011Angka itu lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang sempat pada level 127 juta metrik ton(res)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PLN Beri Diskon 50 Persen Listrik Industri-Bisnis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler