Laba Emiten Telekomunikasi Anjlok

Investor Tunggu Strategi Baru

Senin, 04 April 2011 – 12:50 WIB
JAKARTA - Jenuhnya industri telekomunikasi mulai tercermin dalam kinerja para emiten di sektor iniMayoritas operator yang sudah menjadi perusahaan publik itu, merilis laporan keuangan yang kurang menggembirakan sepanjang 2010.

PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) melaporkan cetak rugi bersih Rp 1,401 triliun pada tahun 2010, jauh lebih tinggi dari periode sebelumnya, Rp 724,39 miliar

BACA JUGA: IHSG Berpotensi Terkoreksi Lagi

Pendapatan berkurang ditambah beban usaha meningkat menambah penderitaan perseroan.

Dalam laporan keuangan FREN, pendapatan usaha mencapai Rp 376,511 miliar, turun 25,36 persen dari periode sebelumnya, Rp  504,49 miliar
Beban usaha yang naik menjadi Rp 1,243 triliun menjadikan rugi usaha operator FREN ini mencapai Rp 867,386 miliar.

Rugi sebelum pajakmeningkat menjadi Rp 1,363 triliun karena selama tahun 2010  mencatat beban lain-lain Rp 406,377 miliar

BACA JUGA: PLN Beri Diskon 50 Persen Listrik Industri-Bisnis

Padahal tahun sebelumnya masing meraih penghasilan lain-lain Rp 834 juta
Rugi bersih per saham naik dari Rp 34,54 menjadi Rp 36,89

BACA JUGA: Jasa Marga Rogoh Rp 1 Triliun untuk Tol Gempol-Pandaan

Jumlah aset turun dari Rp 4,7 triliun menjadi Rp 4,48 triliunHarga saham FREN masih bertahan di titik terendah Rp 50.

Kondisi PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) tidak jauh berbedaAnak usaha Bakrie itu menderita penurunan laba bersih yang cukup signifikan atau anjlok hingga 90 persen menjadi Rp 9,975 miliar dibandingkan 2009 mencapai Rp 98,442 miliarLaba per saham juga turun dari Rp 3,46 menjadi Rp 0,35 per saham.

Anjloknya laba bersih akibat meningkatnya beban pajak dan turunnya laba usaha di 2010Laba usaha tercatat Rp 190,803 miliar, turun tajam dibandingkan laba usaha 2009 sebesar Rp 279,258 miliarPendapatan usaha mengalami penurunan tipis menjadi Rp 2,742 triliun dibandingkan 2009 sebesar Rp 2,765 triliunSementara beban usaha meningkat dari Rp 2,463 triliun di 2009 menjadi Rp 2,574 triliun di 2010Beban pajak juga meningkat dua kali lipat dari Rp 47,272 miliar di 2009  menjadi Rp 82,557 miliar di 2010Hingga akhir tahun 2010, BTEL tercatat memiliki aset Rp 12,352 triliun, meningkat dibandingkan tahun 2009 yang sebesar Rp 11,425 triliun.

Sementara PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) hanya membukukan kenaikan laba bersih sangat tipis bahkan dikategorikan flat atau stagnan di tahun 2010 menjadi Rp 11,53 triliun atau naik 1,22 persen dari sebelumnya Rp 11,39 triliunLaporan kinerja keuangan Telkom tahun 2010 mencatat pendapatan usaha perusahaan telekomunikasi milik pemerintah itu juga stagnan sebesar Rp 68,62 triliun dibandingkan 2009 sebesar Rp 67,67 triliun.

Rata-rata pos penjualan Telkom tercatat naik tipis, beberapa bahkan ada yang turun yaitu pos pendapatan telepon fixed line (telepon rumah atau kantor) menjadi Rp 3,73 triiun dan jaringan Rp 1 triliunLaba selisih kurs perseroan juga susut dari Rp 972,94 miliar di tahun 2009 menjadi Rp 42,94 miliar pada 2010.

Dengan adanya kenaikan laba bersih tipis itu maka laba bersih per saham menjadi Rp 586,54 per lembar, dari sebelumnya di tahun 2009 sebesar Rp 579,52 per lembarMeski begitu, sepanjang 2010 harga saham Telkom justru tergerus 20,10 persen menjadi Rp 7.550 per lembar dari Rp 9.450 per lembar pada 2009.

Sebelumnya, PT Indosat Tbk (ISAT) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 56,8 persen menjadi Rp 647,2 miliar pada 2010 dari Rp 1,49 triliun di 2009Sedangkan PT XL Axiata Tbk (EXCL) mencatatkan laba bersih naik 69 persen dari Rp 1,70 triliun pada 2009 menjadi Rp 2,89 triliun pada 2010"Seiring dengan penetrasi yang tinggi, kondisi persaingan di industry telekomunikasi memang sudah relative selesaiSekarang bagaimana masing-masing memertahankan diri," kata Pengamat Pasar Modal, Leo Herlambang, kemarin.

Leo mengatakan, investor saat ini menunggu strategi apa yang dilakukan emiten di sector ini sekaligus nilai lebih yang bisa diberikan di tengah kondisi seperti ini"Ditunggu bagaimana strateginya untuk bertahanYang sudah mulai terlihat strateginya kan baru XL Axiata saja," ucapnya.

Sejauh ini investor menganggap emiten di sector ini biasa-biasa saja kecuali jika kemudian mampu memberikan keyakinan akan adanya peluang baru"Ibaratnya, industrinya sekarang kan sudah maturePerusahaannya akan muda lagi jika dia punya strategi jituKarena ongkos (biaya operasional)-nya akan naik terus sementara pendapatan belum tentu meningkatIndustri ini padat teknologi dan biaya," paparnya(gen)

BACA ARTIKEL LAINNYA... IHSG Kembali Bertengger di 3.700


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler