Bencana Terus Terjadi, Pariwisata Harus Tetap Berlari

Selasa, 10 November 2015 – 01:07 WIB
Ilustrasi asap. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Kadispar Kepulauan Riau Guntur Sakti merasakan betul penggarapan Great Batam yang sangat hebat dari strategi promosi. Mulai dari serangan udara, darat hingga below the line.

Branding, advertising hingga sales digarap dengan sangat serius melalui paid media, own media serta social media. Koordinasi Pemprov Kepri, Pemkot Batam, Pemkab Bintan dan Kemenpar benar-benar aduhai.

BACA JUGA: Temukan Kejanggalan di Petral, Kok Pertamina Malah Lesu Darah?

Hasilnya terasa pada September 2015 di Batam dan Bintan. Ketika promosi Bebas Visa Kunjungan digeber di Singapura dan banyak negara lain secara simultan, turis Tiongkok ke Great Batam naik menjadi 30,93 persen.

Setelah itu diduduki Korea Selatan yang menyentuh 20,9 persen, Jepang (13,73 persen), Inggris (10,4 persen) dan Amerika Serikat (6,16 persen). Penyeberangan ke Bandar Bentan Telani, Bintan juga melonjak drastis.

BACA JUGA: Italia Tawarkan Kerjasama Buat Kapal, Rizal Ramli: Gandeng Perusahaan Lokal!

Orang yang ke Bintan tujuannya hampir pasti tujuannya berwisata, baik alam maupun resort (golf). Hal itu memang tak berlebihan karena golf course di Bintan memang selevel dengan Singapura.

Harga green fee juga 30 persen lebih murah dibanding Singapura. Landscape digarap arsitek sekelas Jack Nicklaus. Namun, bencana datang.

BACA JUGA: Gara-gara Ini, Kinerja Pelindo III Terganggu

“Tapi begitu kena asap, tiba-tiba semua menjadi gelap. Langit menjadi gelap, jarak pandang jadi pendek, ada tirai yang membatasi ruang kreasi kita untuk mendownload lebih banyak wisman dengan berbagai atraksi. Tiba-tiba ada problem alam yang berdampak kepada kami. Yang tidak tahu apa-apa dari mana asap itu bermula,” terang Guntur, Senin (9/11).

Guntur pun teringat lagu bertajuk Berita Kepada Kawan milik Ebiet G Ade. Perjalanan yang menyedihkan. Namun, Guntur enggan menyerah begitu saja dengan situasi itu.

“Niat dan semangat kami kan dilandasi kebaikan, keiklasan, keseriusan. Jadi tidak ada kata menyerah, harus tetap optimistis. Jauh sebelum kita ada, kita hidup di sini, saat ini, juga sudah ada bencana kok. Berbagai bencana selalu ada dan turun di muka bumi. Dan kita tidak perlu saling menyalahkan, karena faktor bencana. Juga tidak perlu menghindar dari siapa pun karena force majeur. Kam cari cara yang kreatif untuk mengejar target yang lebih baik,” tambah Guntur.

 

 

 

 

 

 

 

Guntur juga ingat pesan Menpar Arief Yahya. Yakni, saat meraih segalanya, pada saat yang sama juga mungkin kehilangan semuanya. Semangat Guntur pun menyala kembali.

Dia yakin, setelah bencana akan datang kebahagiaan. “Karena itu, bencana kami urus, kami introspeksi, tapi pariwisata harus tetap berlari, mengejar target yang tinggi,” kata Guntur. 

Kadispar Sumsel Irene Camelyn Sinaga juga senada dengan Guntur. Dia mengatakan, tidak ada yang menghendaki Gunung Raung, Sinabung, Gamalama dan Barujari “batuk”.

“Saya yakin itu cara Tuhan untuk menaikkan kualitas dan kemampuan insan pariwisata kok,” kata Irene.

Dia mengakui, kabut asap ataupun erupsi gunung memang membuat pariwisata sempat mengalami kesulitan. “Kami sendiri akan terus mencari ganti, dengan momentum even-even internasional yang dilangsungkan di Palembang seperti Asian Games,” tambah Irene.

Taufan Rahmadi, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD), Nusa Tenggara Barat (NTB) malah punya ide luar biasa. Bencana yang membuat Bandara Internasional Lombok tutup dan Bandara Ngurah Rai buka tutup, membuat perlunya koneksivitas alternatif.

“Mengapa kita tidak berani memikirkan jembatan Selat Lombok? Yang mengkoneksi Bali-Lombok dari Padang Bay? Juga Jembatan Selat Bali? Yang menghubungkan Ketapang Gilimanuk?” ungkap Taufan.

“Dengan begitu, ketika bandara tutup, tidak ada masalah. Tidak perlu stress, tidak perlu meneteskan air mat, karena ada alternatif jalur darat. Memang membutuhkan biaya besar. Tetapi kalau pariwisata dijadikan leading sector, mengapa takut? Infrastruktur juga harus diprioritaskan dong. Toh kalau dimulai sekarang, juga baru akan selesai 5-10 tahun yang akan datang? Tapi ada rencana besar menuju ke sana,” kata Taufan. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyak Gunung Meletus, Pariwisata Bali-Lombok Tetap Pupuk Optimisme


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler