Panitia turnamen tenis Australia Terbuka yang sedang berlangsung di Melbourne  melarang bendera Rusia dan Belarusia di arena pertandingan setelah di hari pertama muncul bendera Rusia dalam pertandingan pemain Ukraina melawan petenis Rusia.

Hari Senin, di lapangan 14 di mana petenis putri Ukraina Kateryna Baindl dan petenis Rusia Kamilla Rakhimova tampak sebuah bendera Rusia di pagar tempat duduk penonton.

BACA JUGA: Bisnis Pernikahan di Australia Hidup Lagi Setelah Terhenti Tiga Tahun Karena COVID

Tennis Australia (TA) mengatakan adanya bendera Rusia dalam pertandingan Baindl-Rakhimova membuat mereka sekarang mengubah kebijakan di turnamen grand slam tersebut.

"Bendera Rusia dan Belarusia dilarang berada di arena Australia Open," kata TA dalam sebuah pernyataan.

BACA JUGA: Keluarga Korban Pencemaran Obat Sirop Mengutarakan Kekecewaan Usai Sidang Ditunda di Jakarta

"Kebijakan awal kami adalah bahwa penonton boleh membawa bendera namun tidak boleh digunakan untuk membuat keributan. Kemarin ada insiden di mana bendera tersebut dipasang di lapangan di luar stadium besar."

"Larangan ini akan berlaku segera. Kami akan terus bekerja sama dengan pemain dan penonton untuk memastikan adanya suasana yang sebaik mungkin untuk menikmati pertandingan tenis."

BACA JUGA: Melihat Pembangunan Ibu Kota Nusantara di Tengah Kemungkinan Resesi Global dan Tahun Politik

Dalam pertandingan tersebut, petenis Ukraina Baindl mengalahkan petenis Rusia Rakhimova 7-5, 6-7(8/10), 6-1.

Di hari Selasa ketika larangan diumumkan, sebuah bendera Rusia juga dikibarkan oleh seorang penonton di Stadion John Cain Arena dalam pertandingan antara petenis putra Rusia Andrey Rublev  melawan petenis Austria Dominic Thiem.

Pertandingan dimulai sebelum larangan diumumkan dan selesai setelah kemudian adanya pengumuman dari TA.

Para atlet asal Rusia dan Belarusia tetap boleh bertanding sejak invasi Rusia ke Ukraina bulan Februari lalu namun informasi mengenai nama negara dan benderanya tidak dicantumkan sama sekali.

Sebelumnya Duta Besar Ukraina untuk Australia dan Selandia Baru melihat adanya bendera Rusia di arena pertandingan dan menghubungi Tennis Australia meminta agar mengambil tindakan.

Para petenis Rusia dan Belarusia dilarang bertanding di turnamen grand slam lapangan rumput di Wimbledon (London) yang menyebabkan turnamen tersebut tidak diakui resmi oleh Federasi Tenis Internasional dan pemenangnya tidak mendapatkan angka dari turnamen tersebut,

Mantan Dubes Australia untuk Ukraina Doug Trappett mengatakan bahwa Australia Terbuka dan Tennis Australia seharusnya juga mengikuti jejak Wimbledon, berkenaan dengan serangan rudal Rusia ke kota Dnipro yang menewaskan belasan orang dalam beberapa hari terakhir.Petenis Ukraina tak mau bersalaman

Sementara itu petenis putri nomor dua Ukraina Marta Kostyuk mengatakan tetap tidak akan bersalaman dengan petenis Rusia dan Belarusia, karena menurutnya mereka tidak bersuara keras menentang invasi Rusia.

Kostyuk yang berusia 20 tahun tersebut menjadi pemberitaan tahun lalu ketika dia menolak bersalaman dengan mantan petenis nomor satu dunia asal Belarusia Victoria Azarenka seusai pertandingan di AS Terbuka di New York.

Belarusia sudah digunakan sebagai daerah bagi Rusia untuk melancarkan serangan ke Ukraina, dan kedua negara segera akan melakukan latihan militer bersama dalam waktu dekat.

Setelah menang di babak pertama di Melbourne mengalahkan unggulan ke-28 Amanda Anisimova dari Amerika Serikat, Kostyuk mengatakan dia tidak akan bersalaman dengan petenis Rusia dan Belarusia yang tidak terangan-terangan mengecam invasi.

"Saya belum mengubah pendapat tentang perang dan apa yang sedang terjadi," katanya.

"Karena orang-orang tidak mengatakan mereka menentang perang, rasanya seperti kami (Ukraina) juga ingin berperang. Tentu saja kami juga tidak menginginkan perang."

Kostyuk — yang memiliki keluarga yang tinggal di ibu kota Ukraina Kyiv mengatakan adalah hal yang tidak "manusiawi" untuk berdiam diri dalam masalah tersebut.

"Saya tidak berbicara sama sekali dengan mereka," katanya mengacu kepada para petenis Rusia dan Belarusia.

"Bahkan menyapa 'halo' pun jarang saya lakukan."

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perempuan Arab Saudi Sudah Mendapatkan Lebih Banyak Hak

Berita Terkait