jpnn.com, BANDA ACEH - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan diskusi terpumpun aktualisasi nilai-nilai Pancasila di lingkungan satuan pendidikan kerja sama yang diselenggarakan di Hotel Ayani, Banda Aceh, Selasa (29/11).
Kegiatan tersebut merupakan upaya nyata dalam usaha membumikan Pancasila, khususnya pada siswa dan unsur pendidikan di Kota Banda Aceh.
BACA JUGA: Tekan Angka Stunting, BPIP dan BKKBN Akan Libatkan Paskibraka Duta Pancasila
Sejumlah narasumber hadir dalam diskusi tersebut, di antaranya Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo, Sasotya Pratama (Dosen IPMI Business School), dan Henny Adi Hermanoe (praktisi perlindungan anak), Direktur Evaluasi BPIP Edi Subowo.
BACA JUGA: Kepala BPIP Teguhkan Peran Ulama Perempuan dalam Merawat Kebangsaan
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo mengawali paparanya dengan bertanya kepada para siswa mengenai pengalaman Pancasila yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Para siswa rata rata menjawab bahwa dengan membersihkan kelas, tidak mencontek dan saling membantu ketika teman kesusahan merupakan contoh yang nyata dalam mengamalkan Pancasila.
BACA JUGA: BPIP Terus Matangkan Arah Kebijakan Internalisasi dan Institusionalisasi Pancasila
Pertanyaan berikutnya diajukan Benny terkait masa era digital sekarang ini, yakni menyangkut kebaikan dan keburukan yang dirasakan para siswa.
Jawaban seorang siswa mengejutkan bahwa tehnologi membuat mereka malas, tidak sabaran dan kurang fokus.
Jawaban ini kemudian mengantarkan Benny untuk menjelaskan bagaimana ciri ciri generasi di masa kini, yaitu lebih mengutamakan passion dibanding materi, pengembangan diri, memiliki daya saing yang tinggi, mampu dan mau beradaptasi cepat dengan teknologi.
"Tertarik bekerja di tempat prestisius, serta tidak tahan duduk di tempat dan cenderung suka pekerjaan yang fleksibel," sebutnya.
Lebih lanjut doktor ilmu komunikasi politik ini menyampaikan bahwa Tokoh Pendidik Ki Hajar Dewantara menyatakan dua tujuan pendidikan, yaitu kebahagiaan dan keselamatan.
Bahagia terjadi ketika manusia mampu mengekspresikan diri dan merdeka menentukan masa depannya, maka perlu ketrampilan agar selamat jadi orang tidak semata-mata punya ilmu dan etos.
"Jadi tujuan yang ingin diraih dari pengajaran Pancasila kepada para siswa bukan semata-mata indoktrinasi, namun juga adanya membumikan dan pembiasaan terkait aplikasi nilai nilai Pancasila dalam kehidupan para siswa," ujarnya.
Bobby pun berharap Pancasila harus menjadi ideologi yang hidup dan bekerja, tidak hanya bertujuan untuk semata mata menjadikan peserta didik menjadi pribadi yang baik dan berpancasila, namun juga bertindak nyata dengan membangun sikap hidup yang bergerak secara nyata dan berkesinambungan dalam usaha pembumian pancasila . diharapkan para siswa dapat dengan bahagia dan sadar dalam menghidupi.
"Mari kita semua mulai berpancasila dengan rasa. Rasa saling menyayangi sesama ciptaan Tuhan. Rasa pentingnya persatuan dan kesatuan untuk kemajuan bangsa ini dan rasa bahwa hanya dengan bergerak bersama dan berpikiran positif Kita dapat meraih cita-cita, baik untuk diri sendiri dan juga bangsa ini," pungkasnya. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi