jpnn.com, TERNATE - Kesultanan Ternate di Maluku Utara menyerukan kepada seluruh warga yang terlibat bentrok di Kecamatan Kei Besar, Maluku Tenggara agar menyudahi konflik.
Seruan itu disampaikan oleh Sultan Ternate Hidayatullah Sjah, di Ternate pada Senin (14/11).
BACA JUGA: Bentrok Pecah di Kei Besar Maluku Tenggara, Bupati Thaher Angkat Bicara
"Saya berharap agar bentrokan antarwarga di Kecamatan Kei Besar, bisa segera reda dan dapat diselesaikan secara kekeluargaan," kata Sultan ke-49 Kesultanan Ternate itu.
BACA JUGA: Irjen Lotharia Bicara Soal Bentrok di Maluku Tenggara, Ada Janji yang Diingkari
Sesuai informasi yang diperolehnya, konflik di Kei Besar terjadi karena adanya sengketa lahan, bukan masalah suku, antargolongan, ras, dan agama (SARA).
Dia berharap seluruh lapisan masyarakat terutama di wilayah Malut, khususnya Kota Ternate untuk tetap menjaga kerukunan yang harmonis serta toleransi antarsesama.
BACA JUGA: Dana Transfer Daerah untuk Kapuas Hulu Rp 1,4 Triliun, termasuk Gaji PPPK 2023
Sultan Hidayatullah juga mengimbau masyarakat tidak terpengaruh dengan kondisi di Kei Besar, serta berdoa konflik tersebut segera berakhir.
Hidayatullah mengingatkan konflik horizontal pada 1999 jangan sampai terulang kembali di kawasan itu.
Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat harus menjaga silaturahmi untuk menciptakan suasana kamtibmas dalam bingkai budaya.
Menurut Hidayatullah, sudah banyak etnis yang para tokohnya telah dikukuhkan sebagai pemangku adat Kesultanan Ternate.
Artinya, semua etnis bersatu hidup rukun toleran dalam bingkai kebudayaan luhur bangsa Indonesia, khususnya nilai-nilai kearifan lokal Moloku Kie Raha yang sudah tercipta ratusan tahun lalu.
Sultan Ternate pun mengimbau agar masyarakat di Provinsi Maluku maupun Malut tidak terpancing apalagi provokasi mengenai konflik yang terjadi di Kei Besar.
Hidayatullah meminta jika terjadi gesekan agar diselesaikan secara berbudaya dengan mengedepankan dialog konstruktif antara seluruh tokoh pemangku adat maupun agama, TNI, Polri, dan pemda.
"tasi permasalahan masyarakat secara bersama-sama untuk menjaga pihak-pihak yang ingin menciptakan disharmoni di tengah masyarakat," kata Sultan Hidayatullah Sjah.
Sebelumnya, Bupati Maluku Tenggara M Thaher Hanubun minta masyarakat jangan terprovokasi dengan hoaks terkait konflik di Kei Besar.
Dia pun menegaskan bahwa bentrok warga di Kecamatan Kei Besar bukan konflik agama.
"Disampaikan dengan tegas bahwa insiden pertikaian yang terjadi pada hari Sabtu tanggal 12 November 2022, tidak ada kaitannya dengan pertikaian agama," kata dia, di Langgur, Minggu (13/11). (antara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan Iskan: Gus Dur yang Membuat Jenny Widjaya Pulang ke Indonesia
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam