Dahlan Iskan: Gus Dur yang Membuat Jenny Widjaya Pulang ke Indonesia

Oleh: Dahlan Iskan

Senin, 14 November 2022 – 10:13 WIB
Dahlan Iskan bersama pemilik Restoran Sagolicious Jenny Widjaya (kanan). Foto: Disway

jpnn.com, JAKARTA - Dahlan Iskan menulis kisah Jenny Widjaya kembali ke Indonesia setelah mengungsi ke Tiongkok seusai kerusuhan Mei 1998.

Ketika itu Jenny sudah dua tahun di Beijing. Dia mulai kerasan di sana, bahkan telah bersuami.

BACA JUGA: Dahlan Iskan Menulis Kisah Keberhasilan Jenny Widjaya Meneliti Sagu

Menurut Dahlan, Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur-lah yang membuat Jenny Widjaya pulang ke Indonesia. Secara tidak langsung.

"Mungkin Jenny tidak akan jadi pelopor mie sagu seperti sekarang kalau Gus Dur tidak jadi presiden Indonesia," tulisan Dahlan, Disway edisi Senin (14/11).

BACA JUGA: Dahlan Iskan: Sayang Sekali Kalau Vladimir Putin Tidak Hadir di KTT G20 Bali

Konon Jenny ikut menggerakkan masyarakat Indonesia di Beijing untuk menyambut kedatangan Presiden Abdurrahman Wahid di ibu kota Tiongkok itu pascareformasi.

Jenny kala itu juga mengajak teman-temannya di Beijing untuk ikut parade. Mereka orang Korea, Jepang, dan Thailand.

BACA JUGA: Wakil Wali Kota Medan Ditegur Gegara Berfoto Bareng Anies, Arief Poyuono Bereaksi

"Mereka saya minta pakai pakaian adat suku-suku di Indonesia. Saya pinjam pakaian daerah itu dari kedutaan Indonesia," demikian Dahlan menulis perkataan Jenny.

Melalui tulisan berjudul Jenny Mei, kolumnis kondang itu menulis bahwa perempuan itu ikut mengungsi ke Tiongkok akibat kerusuhan Mei 1998.

"Dia sendiri tidak ingin mengungsi. Tetapi ayahnya ketakutan luar biasa," lanjut eks menteri BUMN itu.

Ketika itu ayah Jenny sakit-sakitan. Kalau kerusuhan meningkat maka dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Waktu kerusuhan Jakarta itu, Jenny tinggal di salah satu apartemen di Jalan Hayam Wuruk. Dia sudah bekerja di bidang penjualan apartemen.

"Dia tinggal di kamar yang belum laku. Orang tua Jenny tinggal di daerah Grogol," tulisan Dahlan.

Pada masa itu orang tua Jenny berbeda pendapat: sang suami mengotot harus mengungsi dari Indonesia. Sang istri tidak mau.

"Saya diminta mama untuk menemani papa mengungsi," Dahlan menulis pengakuan Jenny. Saat itu hari ketiga kerusuhan Mei 1998.

Jenny masih punya keluarga yang tinggal di Nanjing. Di ibu kota lama Tiongkok itulah mereka tinggal sementara.

Namun, Jenny lantas pergi ke Beijing. Pemilik Restoran Sagolicious itu ingin memperdalam bahasa Mandarin.

Selama ini dia lancar bicara Mandarin tetapi tidak bisa membaca dan menulis huruf kanji.

"Kemampuan bicaranya level universitas. Kemampuan membaca dan menulisnya di level TK," tulisan Dahlan.

Saat sekolah itulah Jenny tahu ada restoran yang makanannya enak tetapi sepi sekali.

"Dasar orang marketing, Jenny menemui pemilik resto itu. Dia ajukan konsep agar restonya laris," tulisan Dahlan.

Konsep Jenny diterima. Dia kerja di situ. Berhasil. Resto itu ramai sekali.

Penampilan daftar menunya dia ubah total. Selama itu hanya ada tulisan Mandarin di menu. Tanpa terjemahan. Tanpa foto makanan.

Jenny pun bikin brosur dalam lima bahasa: Mandarin, Inggris, Korea, Jepang, dan bahasa Indonesia.

Dia sertakan foto-foto makanan yang disajikan. Dia sebar brosur itu ke mana-mana.

"Jenny pun kawin dengan pemilik restoran itu," lanjut Dahlan.

Menurut Dahlan, dari kunjungan Gus Dur ke Beijing kala itu, Jenny tahu Indonesia mulai stabil.

"Gus Dur juga menyerukan agar mereka yang lari akibat kerusuhan Mei untuk pulang ke Indonesia," tulisan Dahlan.

Tulisan Dahlan Iskan tentang kisah Jenny Widjaya secara lengkap ini bisa Anda baca pada kolom Disway, atau melalui tautan ini: Jenny Mei. (disway/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jika Brigadir J Berkepribadian Ganda, Ferdy Sambo & Putri Candrawathi Bisa Dipidana Lagi


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi, M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler