jpnn.com, JAKARTA - “Apa yang saya kerjakan sebelumnya tidak membawa dampak besar bagi Indonesia,” kata Rama Raditya saat mulai menceritakan kisahnya.
Rama adalah pendiri aplikasi laporan warga pertama di Indonesia. Nama aplikasinya Qlue yang didirikan tahun 2016.
BACA JUGA: Ahok Mundur dari Gubernur DKI, PSI: Inilah Negarawan Sejati
Keberadaan aplkasi Qlue kini mampu menjembatani warga dalam membuat pelaporan dengan menghubungkan Jakarta menuju kota smart city.
Qlue diartikan sebagai keluhan. Setahun terakhir ini sudah memberikan perubahan besar di kota Jakarta.
BACA JUGA: PSI Pastikan Kawal dan Kritisi Pemerintahan Anies-Sandi
Salah satunya adalah sampah yang berserakan dan coretan liar dibersihkan dalam hitungan jam yang merespons laporan masyarakat melalui Qlue.
Dalam sehari, ada 3.000 laporan. Data itu kemudian diolah dan diteruskan ke Pemerintah DKI maupun pihak swasta yang terkait. Pengolahan data laporan ini juga disertai dengan solusi.
BACA JUGA: Berpolitik Selagi Muda, PSI Tempat Berlabuh Tsamara
Rama meninggalkan perusahaan tempat dia bekerja yang oleh sebagian orang dianggap nyaman. Tapi karena misinya yang ingin memberikan perubahan, zona nyaman itu ditinggalkan dengan mendirikan aplikasi Qlue.
Rama merasa adanya kesempatan untuk mengubah Indonesia, ketika melihat persoalan di Jakarta. “Belum ada platform untuk menghubungkan komunikasi pemerintah dengan warga,” kata Rama pada diskusi bertajuk “Mencari Indonesia: Kisah Para Milenial” yang digelar Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Jakarta, Jumat 16/6).
Diskusi yang dipandu kader perempuan milenial PSI Tsamara Amany ini juga menghadirkan pembicara lainnya. Seperti Ki Dalang Gibran Nicholau Papadimitriou, dan Wakil Bupati termuda di Indonesia dari Trenggalek Mochamad Nur Arifin.
Rama merasa adanya kesempatan untuk mengubah Indonesia ketika melihat persoalan di Jakarta. “Belum ada platform untuk menghubungkan komunikasi pemerintah dengan warga,” tutur Rama.
Pas momentum 2012, Jokowi-Ahok terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, perjuangan merintis idenya terus dilakukan tanpa kenal lelah.
“Tujuh kali saya menyurati Jokowi, setelah tiga bulan tiba-tiba dihubungi Pak Wagub (Ahok),” kata Rama.
Sempat menghadapi tantangan dari kepala RT/RW, aplikasi Qlue akhirnya berjalan meskipun Ahok sudah tidak menjabat lagi, bahkan menyebar ke 10 kota.
“Motivasi saya menjadi dalang untuk meluruskan masyarakat Indonesia,” kata Gibran penuh percaya diri.
Sosok lain yang tak kalah menginspirasi adalah pelajar kelas 10 SMA yang baru menginjak usia 15 tahun, Gibran Nicholau Papadimitriou.
Dia mulai belajar wayang sejak 2013. Orang tua dan teman-teman mendukung minat Gibran mendalang, ketika kebanyakan rekan-rekan sebayanya lebih suka ngeband.
“Di Instagram saya isinya wayang semua, saya coba mengakses media sosial yang disukai anak muda,” lanjut Gibran.
Hal yang menarik bagi Gibran, dalam cerita pewayangan tidak ada karakter yang sempurna.
“Dasamuka atau Sengkuni yang diasosiasikan dengan sifat-sifat jahat pun saya sukai, tidak ada yang baik seluruhnya ataupun bengis seluruhnya,” ungkap Gibran.
Sosok anak muda yang paling menyedot perhatian adalah Arifin yang meraih jabatan wakil bupati pada usia 25 tahun.
“Benar kata Pak Ahok, menjadi pejabat itu artinya mendaftar jadi pembantu rakyat banyak,” kata Arifin.
Sebagai pembantu, lanjut Arifin, harus bertanya kepada juragan apa yang diinginkan. “Lewat musrenbang, buat prioritas pembangunan,” tutur Arifin.
“Bagaimana meyakinkan warga tentang politik kekuasaan, saya sudah bergerak dua tahun sebelumnya,” kisah Arifin tentang upayanya maju ke pentas Pilkada bersama calon Bupati Emil Dardak.
“Saya membuat demplot, pertanian organik, mendorong petani membentuk koperasi, membuat festival nelayan,” ungkap Arifin. Semua terukur melalui survei, kata Arifin.
Penulis buku Bung Karno “Menerjemahkan Al-Quran” (2017) ini menekankan pentingnya integritas. “Umat Islam percaya seruan Nabi karena sebelumnya dikenal sebagai Al-Amien, orang yang tidak pernah berbohong,” kata Arifin.
Meskipun isteri bupati artis sinetron, tetapi warga lebih ingin didengar. “Safari Ramadhan saya ke mesjid bareng warga,” kata Arifin.
Seperti halnya Nabi berhijrah, Arifin memutuskan meninggalkan Surabaya dan bertarung di daerah kecil Trenggalek.
“Di Surabaya sudah banyak tokoh, lebih menarik berjuang di Trenggalek, uang tidak ada, banyak sengsaranya, akses masih sulit,” ujar Arifin. Prinsipnya, dalam berjuang, mau jadi apapun, harus jelas niatnya, pungkas Arifin.
Acara diskusi ditutup dengan pagelaran wayang kulit oleh Ki Dalang Gibran, mengambil lakon Wisanggeni yang menghilang dan membangun kerajaan Nuswabawana.
“Perlambang bagi anak muda yang berani mendirikan partai baru,” kata Gibran. Karakter PSI cocok dengan sosok Antasena, berani menggugat siapapun kalau berbuat salah, dewa sekalipun, tutur Gibran. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dukung Jokowi di Pilpres, PSI Keciprat Citra Positif
Redaktur : Tim Redaksi