Berdiskusi dengan Siswi SMA, Bang Ara Suarakan Jas Merah

Jumat, 19 Oktober 2018 – 22:25 WIB
Politikus muda PDI Perjuangan Maruarar Sirait berdiskusi dengan siswi di SMA St Ursula, Jakarta, Jumat (19/10). Foto: dokumentasi pribadi for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan Maruarar Sirait dikenal getol menyemangati kalangan muda untuk memiliki minat pada politik. Bahkan, legislator muda PDIP yang akrab disapa dengan panggilan Ara itu tak segan-segan berdiskusi dengan siswi di SMA Santa Ursula, Jakarta, Jumat (19/10).

Ara tak sendirian. Ada pula dosen Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Valentina Sagala sebagai pembicara diskusi bertema Memaknai Semarak Pesta Demokrasi 2019 yang dihadiri ratusan siswi itu.

BACA JUGA: Komisi II DPR Usulkan Rp 3,9 Triliun untuk Dana Saksi

Ara yang kini duduk di Komisi XI DPR mengatakan, berdemokrasi harus dimulai sejak dini. Untuk itu, kunci pentingnya adalah menghargai perbedaan dengan tetap mengedepankan persatuan.

“Sekolah juga harus mempersipkan murid-muridnya bagaimana Indonesia itu bersatu tidak membedakan satu sama lain baik etnis, suku dan agama,” ujar Ara.

BACA JUGA: Pengakuan Lembaga Internasional: PDIP Partai Paling Milenial

Ketua umum Taruna Merah Putih (TMP) itu lantas menyampaikan pesan Proklamator RI Bung Karno tentang Jas Merah yang merupakan akronim jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Pada masa Orde Baru, kata Ara, hanya ada tiga partai politik yakni PPP, Golkar dan PDI.

BACA JUGA: Hasto Ingatkan Kubu Prabowo Tak Suuzan soal 31 Juta Pemilih

Golkar, katanya, selalu menguasai pemerintahan diera Orde Baru. Menurut Ara, penguasa Orde Baru sangat sentralistik sehingga pemilu sudah bisa ditebak hasilnya sebelum pemungutan suara digelar.

Pada masa Orde Baru, ayah Ara yang juga politikus senior Sabam Sirait menjadi politikus PDI yang selalu berada di luar pemerintahan. Kehidupan Sabam pun sangat sederhanya.

“Kami tinggal di Rempoa, Bintaro, Jakarta Selatan. Rumahnya waktu itu ada di pedalaman Rempoa, tidak jalan aspal dan listrik,” kenang Ara.

Posisi Sabam yang sering berseberangan dengan pemerintah membuat pendiri PDI itu kerap diinterogasi aparat. “Karena secara politik berbeda dengan penguasa,” katanya.

Sedangkan Valentina mengatakan, setiap warga negara memiliki hal politik yang tidak boleh diintervensi oleh siapa pun. Menurutnya, hak politik itu juga dimiliki pelajar yang notabene pemilih pemula.

“Kita harus punya sikap politik sekalipun pemilih pemula. Anak muda harus punya pilihan,” ujarnya.

Valentina menambahkan, kini sudah ada daftar calon legislatif (caleg) dan dalon presiden untuk Pemilu 2019. Karena itu, katanya, sebaiknya pemilih pemula juga menggunakan hak pilih di pesta demokrasi tahun depan.

“Buat apa kita ikut memilih? Yaitu untuk menjalankan kedaulatan rakyat,” katanya.(jpg/ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden PKS Suarakan Kampanye Negatif, Petinggi Polri Sedih


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler