jpnn.com, BALIKPAPAN - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Kalimantan mengimbau warga tidak berenang di perairan Balikpapan dan Penajam Paser Utara karena bisa mengalami lemah syahwat.
Kepala P3E Kalimantan KLHK Tri Bangun L Sony mengatakan, air laut yang masih terkontaminasi tumpahan minyak bisa mengakibatkan impotensi.
BACA JUGA: Komisi VII: Pencemar Teluk Balikpapan Harus Ditindak Tegas
Pernyataan itu diperkuat hasil kajian tersendiri dari KLHK melalui pengambilan sampel dan uji laboratorium dari zat yang terdapat di ceceran tumpahan minyak.
Sony menjelaskan, perairan Balikpapan dan PPU masih belum aman.
BACA JUGA: Komisi VII Nilai Kilang Balikpapan Beroperasi dengan Baik
Sebab, kemungkinan besar perairan masih terkontaminasi ceceran minyak. Pihaknya pun masih melakukan pengambilan sampel di berbagai titik di perairan Balikpapan dan PPU.
“Belum aman. Saya bilang belum aman. Jangan dulu. Saya tidak bisa menyebutkan secara detail,” tegas Sony, Jumat (4/5).
BACA JUGA: Warga Tiongkok Tersangka Minyak Tumpah di Teluk Balikpapan
Dia menegaskan, larangan tersebut sudah berkali-kali disampaikan kepada warga, baik melalui papan imbauan yang dipasang di sejumlah titik pesisir pantai maupun lewat SMS blasting.
Namun, imbauan itu kerap diabaikan oleh warga. Walhasil, masih banyak warga yang beraktivitas air laut, mulai berenang maupun sekadar bermain di air.
“Perairan Teluk Balikpapan sampai PPU itu dilarang. Kenapa? Karena dimungkinkan masih terjadi dampak. Kenapa? Karena adanya musibah, berpikirnya karena ada musibah jangan karena dilarang. Tidak ada imbauan larangan kalau tidak ada musibah,” ujar Sony.
Sony juga membenarkan adanya peluang warga mengalami impotensi jika tetap beraktivitas di laut.
Ceceran limbah di perairan itu mengandung bahan beracun berbahaya (B3).
“Bisa berdampak banyak. Contohnya, leukemia bahkan impotensi atau lemah syahwat. Dampak lain terganggunya perkembangan,” tegas Sony. (yad/yud/k1)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Biarkan Pihak Berwenang Tangani Pipa Putus Teluk Balikpapan
Redaktur : Tim Redaksi