Beri Pendidikan Politik, Mega Singgung Kepala Daerah Kutu Loncat

Selasa, 30 Agustus 2016 – 18:03 WIB
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan pendidikan politik kepada puluhan calon kepala daerah dalam Sekolah Partai yang di mulai hari ini, Selasa (30/8) di Depok, Jawa Barat. Humas PDIP for JPNN.com

jpnn.com - JPNN.com DEPOK - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan pendidikan politik kepada puluhan calon kepala daerah dalam Sekolah Partai yang di mulai hari ini, Selasa (30/8) di Depok, Jawa Barat.

Pada kesempatan itu, Megawati menceritakan pengalamannya tentang banyak hal. Mulai dari perjalanan politiknya sebagai anak seorang Proklamator Kemerdekaan, Bung Karno, bergabung dengan PDI, menjadi wakil presiden maupun Presiden RI ke-5 melanjutkan kepemimpinan Abdurrachman Wahid (Gus Dur).

BACA JUGA: Densus Ambil Alih Kasus Bom Bunuh Diri di Gereja Medan

Megawati menggambarkan bahwa ia hidup dalam lingkup tertinggi Republik ini, lingkungan keuasaan di Indonesia. Namun, kehidupan yang dijalani menurutnya tidak selalu bergelimang kemewahan. Sebab, ada intrik juga ketidaknyamanan.

"Saya setelah itu, bapak saya dilengserkan. Kehidupan saya seperti rakyat biasa, apalagi persoalan politik waktu itu, karena keluarga besar Bung Karno seperti disisihkan. Orang jangankan menolong, melihat saja alergi," ujar Megawati.

BACA JUGA: Pemerintah Usulkan Kuota CPNS 13 Ribu‎ untuk Jalur Umum

Perempuan yang kepemimpinannya kian menguat pascareformasi ini berpesan kepada kader yang mengikuti Sekolah Para Calon Kepala Daerah, agar menjaga komunikasi dengan pasangannya bila terpilih nanti.

Sebab, banyak kejadian bupati dan wakil bupati tak akur lagi setelah setahun memimpin.

BACA JUGA: Mensos Optimistis Penerima PKH Bisa Mandiri dalam 2 Tahun

Ia juga mewanti-wanti para bakal calon gubernur, bupati dan wali kota tersebut, jangan sampai jadi kutu loncat. setelah menjadi bupati lalu pindah ke lain partai. 

Ini menurutnya juga persoalan dalam demokrasi karena partai tidak bisa menindak eksekutif yang kutu loncat.

"Enak saja, bupati yang diusung kita, apa dirayu atau ditekan, terus loncat partai. Itu gimana ya, ini coba diulas para pengamat, kalau kejadian kayak begitu bagaimana. Sudah saya kerahkan pasukan untuk menjadikan dia (bupati), enak saja diambil orang. Saya tidak bisa menjatuhkan sanksi," ujar Megawati.

Megawati menilai perpanjangan tangan partai terhadap eksekutif sangat lemah. Berbeda dengan legislatif yang bisa dilakukan Pergantian antar waktu (PAW). Tapi, ketika eksekutif terlibat korupsi, partai yang disalahkan.

Untuk itu, bagi bakal calon kepala daerah yang punya niat cari duit, Megawati meminta supaya terbuka dan fair. 

Sebab, sebagai ketum, ia ingin melindungi partainya dari perilaku koruptif. Tapi kalau dia sudah menentukan pilihan, maka ia konsisten memperjuangkan.

Sebelum mengakhiri pidato dan membuka Sekolah Partai gelombang pertama untuk Pilkada Serentak 2017, Megawati menyampaikan pesan Bung Karno tentang pemimpin.

"Bung Karno berkali-kali mengatakan, untuk menjadi seorang pemimpin itu dengan perjuangan. Jadi kalau kalian dalam otak kalian, sudah punya niat tidak baik, satu-satunya pengorbanan yang harus dilakukan kalian adalah membawa kemakmuran bagi daerah kalian. Kalau tidak itu, kalian bukan seorang pemimpin. Ingat," tegasnya.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kewenangan Minim, Lebih Baik DPD Dibubarkan Saja


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler