Berkaca dari Dubai, Bercermin di Negeri Sendiri

Selasa, 10 Mei 2011 – 00:22 WIB

Padang pasir! Apa lucunya? Kecuali bikin sepatu berdebu, muka dan rambut kotor, dan harus melindungi mata dengan kacamata? Mau tertawa saja harus menghindari arah anginKecuali pasir-pasir tipis itu menerobos mulut tanpa permisi

BACA JUGA: Sensasi Menapaki At The Top Burj Khalifa



DON KARDONO, Dubai

ALAM yang kering, berdebu, dan nyaris tak berpenghuni berkilo-kilometer itu pun disulap menjadi medan adventure tour
Namanya Desert Safari, berkelana menerjang lautan pasir dengan Land Cruiser

BACA JUGA: Menyapa Dunia dengan Koleksi ’’Ter-Ter’’

Satu rombongan 4-6 orang dalam satu mobil yang dikendarai dengan cara off road
Naik bukit-bukit 70 derajat, turun, miring 45 derajat, dengan four wheel drive, cukup menantang maut.

Berangkat sore, sekitar jam 16.00 dari Dubai, menuju ke perbatasan Oman, lalu masuk ke kawasan gurun

BACA JUGA: Bedanya Ulat Bulu Jawa dan Malaria Papua

Sepanjang perjalanan dipastikan Anda akan meraung-raungMirip reli yang paling menantang Paris–Dakar, yang legendaris ituMenikmati cara menyetir yang antara ban depan dan belakang putarannya bedaAntara arah stir dengan laju mobil juga bedaMirip mengendarai perahu cepat yang miring ke kanan dan ke kiri dengan cara yang amat ekstrim Pasirnya lembut, berwarna merah kecoklatanDi setiap seats sudah tersedia kantung kresek, jika tiba-tiba mabuk gurun pasir.

Sore itu berhenti di beberapa bukit untuk memberi kesempatan penumpang berfoto-fotoSekaligus menyaksikan hamparan pasir sejauh mata memandang, dan sun set yang remang-remangTidak setajam matahari di semua tempat di Indonesia, yang sangat tegas bulatannyaPerjalanan berakhir di sebuah camp, yang sudah di-setting seperti suasana Arab zaman duluAda bar, tempat mengambil minuman di satu sudutAda sheesha, merokok gaya Arab dengan berbagai flavours dan dibuat sambil lesehanAda penjualan souvenir dari pasir dan botolbotolAda beberapa onta yang diparkir di dekat lembah ituSetiap tamu masuk diberi welcome drink berupa kopi Arab pahit dan dicampur kurma sebagai pemanisnyaYang ingin henna painting di tangan, kaki, dan perut juga sudah ada ahlinyaYang ingin ski pasir juga sudah disiapkan track-nyaMakan malam ala barbeque disiapkan setelah matahari terbenamSemua diakhiri dengan, show tari perut, diiringi musik khas padang pasir.

:TERKAIT Satu paket per kepala sekitar 200 Dirham, sekitar Rp 480 ribuItulah cara tourism Dubai menggarap hal-hal yang sebelumnya dianggap sepeleKalau Ir Ciputra bilang, “Mengubah sampah dan rongsokan, menjadi emas!” Kreativitas tinggi memang biasa hinggap di saat-saat kritis dan terjepitAsal jangan menjual paket kemiskinan di sepanjang jalur sungai yang kumuh, yang sempat menjadi bahan kontroversi itu? Ada juga big bus tours, berkeliling kota dengan bus tingkat, yang atas dibuat tanpa atap separohnyaPersis bus untuk sightseeing tour yang bisa ditemui dalam city tour di London, Hongkong, Abu Dhabi, Philadelphia, Shanghai dan PerthDengan membeli tiket bus itu sudah sekaligus free masuk museum Dubai, masuk ke rumah Sheikh Saeed Al Maktoum, voucher discount di 150 toko, makan siang eksklusif di Jumeirah Emirates Tower dan free tiket metro- RTA bus air yang menyeberangi teluk the creek yang amat bersejarah di DubaiMasih ada bentuk wisata kota yang lain, yang membuat kita harus berkaca.

Apa yang bisa dijual dari kota kita? Tidak harus mahal dan jauhCukup mengeksplorasi apa yang kita punya, dan mengemaskan dengan teknik yang sempurna“Dubai ini semua buatan tangan manusia, tidak banyak yang dirancang oleh TuhanKita jauh lebih berpotensi, jika spirit mengembangkannya lebih kuat!” jelas Sapta Nirwandar, Dirjen Pemasaran Kemenbudpar RILalu apa yang membuat kita selalu terlambat berkreasi? Kecuali Bali, yang memang sudah acceptable terhadap turismePertama, perlu ditambah product development“Orang Timur Tengah suka kehidupan malam, jam 10-11 malam harus ada restoran yang cocok dengan selera merekaSaya sedang mencari kerjasama dengan pimpinan daerah, seperti Solo, Surabaya, Jakarta Pusat, dll karena di zaman otonomisasi ini harus betul-betul sesuai dengan visi dan misi kotanya,” kata Sapta“Aksesibilitas itu juga harus diperkuatPerbanyak penerbangan yang direct, tidak hanya Garuda saja, tetapi juga airlines yang lain.

Silakan memperbanyak jalur ke Indonesia, agar harga semakin kompetitifAda Emirates, Qatar, Kuwait, Saudi, dllItu juga yang dilakukan oleh Malaysia dan Thailand,” jelasnyaPerlakuan ground services, kata Sapta juga vitalSejak turun di airport, imigrasi, jangan diperlambat, jangan dipersulitBea cukai dan kepabeanan juga harus klir“Jalan keluar airport, sampai naik ke taksi pun harus merasakan atmosfer yang nyamanSetelah itu, baru informasi yang detail soal objek wisata di kota yang bersangkutanInformasi ini penting, karena mereka akan mencocokkan temuan eksplorasi mereka dengan kenyataan di lapangan,” ungkap Sapta yang didampingi Direktur Pemasaran Luar Negeri, Noviendi MakalamArtinya, Direktorat Jenderal Pemasaran sudah melakukan berbagai upaya strategis, tinggal bagaimana internal dan pelaku bisnis dalam negeri menangkap peluang itu.

Koneksitas antar bagian, antar instansi juga harus diperkuatSeperti 6-10 Mei ini ada Sail Bali Fremantle (SBF), orang-orang Australia berlayar dengan yachts, race dan reli dari Perth ke Bali“Bayangkan, ada 200-an kapal, satu kapal 5-6 orang, ditambah dengan tim yang sudah menjemput dengan pesawat? Mereka itu orangorang berduit,” jelasnyaOlahraga air, kata Sapta, kita memang tertinggalIndonesia ini negara kepulauan, archipelagoTetapi tidak banyak orang mencintai airRumah-rumah tidak menghadap ke laut, tetapi membelakangi lautKecintaan terhadap potensi laut juga sangat tipisOlahraga yang disukai secara otomatis juga olahraga daratan semua“Padahal laut kita paling seksi di mata dunia maritim,” sebut pria berkacamata ini“Orang kaya di Indonesia, kalau sudah punya mobil mewah dua atau tiga, masih beli mobil dan rumah di Menteng atau Pondok IndahBerbeda dengan orang asing, mereka beli kapal diparkir di dermagaSampai-sampai ada yang kapalnya di parkir di rumah, digandeng dengan mobilnya?” tuturnya.

Kawasan Indonesia Timur, kata dia, sudah mulai membuka diri untuk memanfaatkan keindahan laut sebagai komoditasSail Banda, Sail Bunaken, fishing dan yacht akan menambah popular pariwisata laut di Indonesia“Sulawesi Utara, makin agresif menggarap pariwisata dan dijadikan salah satu lokomotif untuk pengembangan ekonomi daerah,” jelas SaptaSatu hal yang sempat dikritisi Duta Besar Indonesia di Abu Dhabi, M Wahid SupriyadiSoal bebas visa untuk orang-orang UEA yang hendak bepergian wisata ke IndonesiaIni keluhan yang sering muncul di KBRI, bagi orang-orang Emirat yang hendak merencanakan perjalanan wisata ke Indonesia“Singapore, Thailand, Malaysia sudah melakukan strategi free visa, untuk turisKarena itu turisme mereka hidup,” kata WahidBagaimana dengan security-nya? “Zaman teknologi seperti sekarang ini bisa diatasi dengan mudahUEA misalnya, menggunakan scan mata, foto wajah, IT akan mengontrol dengan cepat dan mudahKalau alasannya keamanan, selama ini dengan cara yang konvensional masih banyak bom di mana-mana? Juga tidak teratasi? Security-nya yang juga harus dibuat sistematis dan berbasis teknologi,” ungkapnya.

Visa yang dikeluarkan untuk keperluan wisata, kata dia, hanya satu bulanPadahal, mereka ini tergolong wisatawan yang long stayKalau cocok, bisa 2-3 bulan, terutama Juni-Juli-AgustusSebab, di Timur Tengah itu sedang panas menyengat yang tidak nyaman, sehingga orangorang kaya cenderung membawa seluruh keluarga –termasuk pembantunya—mengungsi menjadi wisatawan“Saya sering mendapat komplain, mengapa tidak dibuat 2 bulan visanya? Harus bolak-balik untuk mengurus visa? Yang ini, sudah bisa kita atasi,” tuturnyaLagi-lagi, Wahid menyoroti soal infrastruktur, baik fisik seperti fasilitas airport, maupun non fisik, seperti keramahan, kejujuran dan tidak suasana menakutkanHanya Bali yang sudah menyadari, karena hidupnya pariwisata menjadi sandaran utamaJangan sampai, mendarat di bandara internasional, mau kencing saja, harus menahan napas panjang, karena bau dan tidak bersih? (don)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ibarat Neraca, Seimbang di Kiri dan Kanan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler