Sensasi Menapaki At The Top Burj Khalifa

Senin, 09 Mei 2011 – 11:15 WIB

Burj itu artinya towerKhalifa itu namanya

BACA JUGA: Menyapa Dunia dengan Koleksi ’’Ter-Ter’’

Menjulang tinggi seperti jarum penyuntik suntik langit Dubai
Beruntung bisa memanjat jauh At The Top di atas deck lantai 124, sebuah kreasi dan sensasi yang cukup menantang

BACA JUGA: Bedanya Ulat Bulu Jawa dan Malaria Papua



DON KARDONO, Dubai

SAYA betul-betul ingin menemukan sensasi naik gedung yang pembangunannya baru tuntas pada tahun 2008 itu
Simbol kebanggaan, ikon modernitas, kecanggihan teknologi dan kemampuan kapital Dubai

BACA JUGA: Ibarat Neraca, Seimbang di Kiri dan Kanan

Marketingnya masih gaya ArabJika Anda datang langsung ingin naik saat itu juga, mendaftar di Dubai Mall, harganya 200 Dirham atau sekitar Rp 480 ribuNamun, jika bisa bersabar, daftar dan bayar sekarang untuk naik keesokan harinya, bisa 100 Dirham, turun separohnyaTas dengan segala isinya mesti dititipkan di samping counter bawah, kamera boleh dibawa naikMal dan tower itu memang connectAda koridor besar menuju towerBarang bawaannya harus di-scan satu-satu, termasuk jaket.

Penjagaan tidak serumit dan securiga imigrasiPetugasnya pun ramah dan hanya mengenakan jas hitam, berdasi terangBukan pakaian tentara yang menyeramkanBahkan, ketika dimintai tolong untuk foto-foto pun, mereka welcome, tidak jaim (jaga image, red)Selepas pemeriksaan, lorong menuju tower diawali dengan escalator datar dan kita menyaksikan multimedia visi Negeri DubaiYang dulu tempat beternak onta dan kambing, sekarang menjadi kawasan hijau, indah dan modernDubai dibangun menjadi surganya duniaApa saja, yang berkualitas ultra, ada di sanaKoridor itu juga memuat foto-foto dokumentasi perencanaan, pekerjaan konstruksi dan finishing arsitekturalSebelum naik level ada tulisan ”From the earth to the sky” aspirations and achievement – a shining symbol of what Dubai strives for and what we can accomplish Lalu, naik level escalator lagi, bertemu tulisan: “From Vision to Reality.” Sampai di ujung jalan, bertemu multimedia modern, layar LCD besar hitam, bertuliskan putih dan biru muda, proses dari Januari 2004 mulai dibangun, sampai Januari 2009 selesai.

Lalu masuk ke lift, saat yang saya tunggutungguBegitu menginjakkan kaki, agak heran, mengapa sempit ya? Juga tidak ada petugas di dalam lift yang mengoperasikan? Semuanya serba otomatisPintu tertutup sendiri pelan-pelan, semua dinding lift pun berubah menjadi hitam, lampu dimatikanKeluarlah TV-TV dari dinding di kiri, kanan, belakangMusik pop rock Arab pun diputar agak keras, sambil bermain lighting dan multimedia di TV lift berlari ke atasPilihan musiknya okeBisa untuk menggoyang- goyangkan kepalaBukan model musik padang pasir ala Timur Tengah yang pakai rebana ituMusik-musik jenis Maxim, dengan piano elektrik dan tingkat ketrampilan tinggiBeat-nya keras, ritme-nya tinggi dan ada sentuhan teknologiItu rupanya password-nya orang Arab DubaiBukan model-model tradisional yang bernuansa klasikTidak sadar, dari LCD yang menempel di pintu sebelah kanan ada angka digital yang bergerak cepat, dari angka 1 sampai 124Persis di lantai 64, telinga saya mulai bunyi ngiiingSedikit goyangan, tetapi tidak mencemaskan.

Saya harus mengumpulkan banyak ludah dan menelannya, untuk menstabilkan gendang telinga lagiSaat berhenti di angka 124, tidak terasa seperti ketika sopir busway menginjak rem, penumpang ikut terdorong oleh gaya ke depanJuga tidak membuat pusing, meskipun 124 lantai itu tidak sampai 1menitSaya membayangkan, sedang naik roll coaster tercanggih di duniaTak perlu sabuk pengamanTak ada suara, kecuali musik rock Arab yang rancak dan bisa untuk menggoyangkan kepalaJuga tidak membuat penumpang terlempar, saking cepatnyaApalagi membuat mabukBahkan, seolah-olah tidak sedang berada di lift yang cepatJusteru saat turun yang terasa bunyi di telinga pada lantai 90-60 dan 30Apa ada semacam siklus per 30 lantai ya? Sebelumnya saya bayangkan sampai di puncak 124 lantai itu ada atraksi seperti Eureka Skydeck, gedung tertinggi di Melbourne, Australia ituMasuk deck, semacam lift besar, lalu deck itu digeser keluar setengahnya, sehingga menggantung di ketinggianLalu lantai bawah atau dasarnya berubah menjadi kaca bening, yang tembus pandang ke bawahSeperti di FX Senayan itu, untuk memacu adrenalineSayang atraksi itu tidak adaMungkin takut ada yang membawa telescop, meneropong dari bawah? Berbahaya bagi yang mengenakan rok, bisa diintip jeroannya dari bawah.

Tetapi tetap ada deck yang besar untuk menikmati udara di luar dan merasakan atmosfer di atas ketinggianBisa berkeliling melihat kota Dubai yang sekarang masih dalam proses pembangunan infrastruktur dan konstruksiLima sampai sepuluh tahun ke depan, Dubai pasti lebih dahsyat lagiDi At The Top itu, yang paling sering dilakukan pengunjung adalah berfoto dengan Dubai Overview, lalu menyaksikan ATM emas, satusatunya di dunia jugaMembeli souvenir emas, dengan cara cash, tetapi dilayani oleh mesih Gold ATMMau yang 2,5 gram harganya 615 DirhamYang 5 gram harga 1.120 DirhamYang 10 gram 2.070 DirhamDan yang 1 ons 6.505 DirhamNilai uang 1 Dirham bisa ditukar dengan Rp 2.400,- Ada juga di atas ketinggian itu, orang meneropong digital dengan membayar 10 Dirham, atau Rp 24 ribu, untuk 2 menit 30 detikNamanya, interactive telescope, the real time citiscape viewing.

Seperti bermain jetsky, tinggal di arahkan ke mana lensanya, muncul di layar dalam dua gambarZoom (malam) atau siang hariTidak lagi teropong yang diintip dengan satu mata seperti di Menara Eiffel, Paris atau dua mata tapi masih mengintip di Eureka Skydeck MelbourneKata mereka, “mengintip” itu sudah bukan zamannya lagiItu hanya boleh dilakukan oleh tentara yang sedang berperang di gurun pasir, untuk menghindari efek fatamorgana, atau Tarzan di tengah hutan untuk berburu pisang matang! Sekarang, zaman digital, zaman LCD, zaman komputer, plis deh! Jangan siksa indra penglihatan dengan cara-cara kuno! Dari atas itu, bisa menyaksikan besar dan luasnya Dubai MallJuga bisa menyaksikan atraksi air mancur menari, dari celah antara Dubai Mall, Burj Khalifah dan Adress Hotel, di satu kompleks“Orang UEA ini paling doyan teknologi canggih, kemajuan, digital.

Mereka juga suka sensasi-sensasi seperti serba ter-ter! Ini suasana batin yang harus ditangkap oleh pelaku bisnis pariwisata di tanah air,” ucap Noviendi Makalam, Direktur Promosi Luar Negeri Ditjen Pemasaran, Kemenbudpar RILagi-lagi Novie –sapaan akrab pria berdarah Jambi-Ambon ini—mencontohkan di Mall of Emirates, tidak jauh dari Dubai Mall, ada sensasi lainMembawa kutup utara dan selatan ke DubaiAda ski es, olahraga salju, yang mirip dengan Titlis, Swiss sanaKalau belum bisa bermain ski, diajari oleh instruktur dulu, setelah itu baru boleh naik ke puncak dengan kereta gantung, dan turun dengan bermain ski“Mereka tidak ada, lalu dibuat ada! Kita kaya akan potensi, cuma belum banyak yang dioptimalkanItu PR kita ke depan, optimalisasi!” ungkap NovieAda lagi Palm Island, yang menguruk pantai menjadi sebuah daratan seperti bentuk pohon palem raksasaPohon-pohon melengkung dari Palm Tree itu adalah hotel dan rumah-rumah miliarder duniaDi tengah laut juga ada The World, rumah-rumah yang dibangun menyerupai peta (bola dunia)Lalu Burj Al Arab, satusatunya hotel bintang tujuh (ini bukan obat sakit kepala, red), yang berada di tepi pantai dengan bangunan mirip kapal layar“Terus terang, kita juga harus belajar mind set mereka, bahwa dalam membuat sesuatu, tidak tanggung-tanggung! Serius, menuju yang terbaik, terindah, terbesar, termegah, membuat orang tertarik untuk terbang ke sana!” ucapnya.( bersambung)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Belajarlah Walau Harus ke Negeri India


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler