Berkat Perhutanan Sosial, Ekonomi Masyarakat Meningkat

Jumat, 09 Maret 2018 – 16:29 WIB
Presiden Joko Widodo berdialog dengan para petani. Foto: KLHK

jpnn.com, TUBAN - Program Perhutanan Sosial kini sudah bisa dirasakan oleh kelompok tani Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Ngimbang Makmur Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tuban, Jawa Timur.

Sejak mendapat Surat Keputusan (SK) Perhutanan Sosial pada November 2017, dengan luas 77,25 Ha untuk 147 KK, mereka sudah bisa memanen jagung yang ditanam di sela-sela tegakan Sengon dan Jati, dengan perkiraan hasil sebanyak ± 33,75 ton untuk 7,5 Ha atau 4,5 ton/Ha.

BACA JUGA: Pak Jokowi Serahkan 13 SK Perhutanan Sosial Seluas 8.975 Ha

"Dengan menggunakan pola sisip tanam jagung sebelum panen memungkinkan panen dua kali dalam setahun, ditambah pola panen kering yang diterapkan memiliki harga jual setempat ± 2 kali lipat sekitar Rp. 3.200/kg dari pola panen basah seharga Rp.2.000/kg", ucap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, dalam acara Penyerahan SK Perhutanan Sosial oleh Presiden Joko Widodo di Tuban, Jumat (9/3).

Mulai tahun 2017 pemerintahan Jokowi-JK memang fokus pada pemerataan ekonomi. Bagaimana mengurangi ketimpangan lahan, mengurangi konflik, menciptakan lapangan kerja di pedesaan salah satunya melalui Perhutanan Sosial.

BACA JUGA: Sujiyem dan 4.000 Petani Hutan Menanti Kedatangan Pak Jokowi

Pemberian hak akses kelola kepada masyarakat melalui Perhutanan Sosial, memungkinkan masyarakat untuk mengolah kawasan hutan negara secara legal, tanpa merusak hutan dengan mengembangkan ekowisata dan agroforestry.

"Kami baru menerima SK Perhutanan Sosial bulan November 2017 lalu, dalam waktu lima bulan kami sudah bisa panen jagung," kata salah seorang petani, Sujiyem.

BACA JUGA: Menteri Siti Tinjau Kesiapan Lokasi Kunker Pak Jokowi

Sujiyem, Petani Hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Ngimbang Makmur mengaku dalam setengah hektare, dia bisa mendapat Rp 6-8 juta sekali panen jagung, setahun bisa dua kali panen.

Sujiyem juga mengaku sejak menerima SK Perhutanan Sosial, dia mendapat kemudahan akses permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BNI. "Sebelumnya susah untuk memperoleh modal, sehingga harus pinjam melalui rentenir," katanya.

Sebagai gambaran satu hektare lahan bisa ditanami 1.100 pohon, dengan komposisi 880 jati (80 persen) dan 220 Kesambi (20 persen), di sela-sela tegakan dapat ditanam jagung. Untuk penghasilan jangka pendek, diperoleh dari hasil panen jagung, selanjutnya hasil jangka panjang dari pohon Jati dan Kesambi.

Memang hasil pertanian jagung di Tuban adalah tertinggi di Jawa Timur, dengan menggunakan pola tumpang sari, tanam sisip dan panen kering. Dalam satu hektare dapat menghasilkan 4,5 ton jagung. Selain itu, tanaman kayu keras dapat tumbuh baik beriringan dengan tanaman semusim. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Belajar Cegah Karhutla Sejak Dini Bersama Manggala Agni


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler