Berkat Teka-teki Silang, 550 Mahasiswa Binus Masuk Buku Rekor Dunia

Salut, Nol Rupiah untuk Penjurian di Guinness World Records

Rabu, 23 Februari 2011 – 08:08 WIB
Anak-anak Bina Nusantara English Club (BNEC) memamerkan sertifikat Guinnes World Record. Foto: Agung Putu Iskandar/Jawa Pos

Universitas Bina Nusantara (Binus) patut berbanggaMelalui kreativitas mahasiswanya, kampus di Jakarta itu masuk dalam Guinness World Records (rekor dunia)

BACA JUGA: Menjadi Tamu VIP di NBA All-Star 2011 di Los Angeles (3-Habis)

Apa yang dilakukan para mahasiswa kreatif tersebut"

==============================
  AGUNG PUTU ISKANDAR, Jakarta
==============================
 
PAGI itu (11/2), Rudy Lukman kaget
Seseorang tiba-tiba mengetuk pintu rumahnya di kawasan Duri Kepa, Jakarta Barat

BACA JUGA: Menjadi Tamu VIP di NBA All-Star 2011 di Los Angeles (2)

Saat pintu dibuka, ternyata yang datang adalah kurir pengantar surat

 
Si kurir lantas menyerahkan amplop cokelat kepada Rudy

BACA JUGA: Tiket Termurah Melonjak Jadi Rp 5 Juta per Lembar

Setelah dilihat, amplop itu dikirim dari London, InggrisDi bagian depan, tertulis jelas kepada siapa amplop tersebut diberikanYakni, untuk Enricko Lukman yang tak lain adalah putra Rudy
 
Saat itu, Enricko masih tidur di kamarnyaRudy lantas membawa amplop tersebut kepada bungsu di antara dua bersaudara ituDengan mata masih memicing, Enricko menerima amplop dari London tersebutTampaknya, itu adalah amplop yang ditunggu-tunggu Enricko dan 500 anggota BNEC (Bina Nusantara English Club) sejak tiga bulan lalu
 
BNEC adalah semacam unit kegiatan bagi mahasiswa yang menyukai atau ingin memperdalam bahasa InggrisOrganisasi mahasiswa itu didirikan sejak 1995 dan Enricko duduk sebagai penasihat
 
Begitu amplop dibuka, Enricko mengulum senyumAmplop tersebut berisi dua lembar kertasSatu kertas memuat surat ucapan selamatSatu lagi adalah sertifikat berkop Guinness World Records
 
Di situ tertulis: The most people doing crosswords simultaneously was 550 and was achieved by the Bina Nusantara University English Club (Indonesia)Artinya: rekor terbanyak mengerjakan teka-teki silang (TTS) sebanyak 550 orang yang diraih BNEC
 
"Saya tidak memperhatikan surat ucapan selamatnyaPokoknya, yang saya tahu, kami berhasil membuat rekor duniaIni sangat membanggakan kami," ungkap pria 24 tahun yang tercatat sebagai mahasiswa MIPA di jurusan Teknologi Informasi dan Statistik Binus tersebut kepada Jawa Pos pada Sabtu pekan lalu (19/2)
 
Saat itu, Enricko ditemui di Pacific Place di kawasan bisnis Sudirman bersama beberapa temannya yang ikut memecahkan rekorPrestasi tersebut, bagi Enricko dan teman-temannya, benar-benar membanggakanBagaimana tidak, rekor mengisi TTS (crosswords) itu berhasil memecahkan rekor sebelumnya dari Wina, Austria

Di Wina kala itu, yang mengisi TTS adalah 460 orangYang juga membuat Enricko cs bangga, di Indonesia, baru kali ini ada organisasi mahasiswa yang mampu mencatatkan rekor di Guinness
 
Sebelumnya, pada 2010, Indonesia meraih rekor dunia menyalakan 10 ribu lampionAcara tersebut diadakan oleh perkumpulan Freedom Faithnet Global, bukan organisasi mahasiswa"Saya berkorespondensi dengan Guinness World Records dan benar bahwa kami adalah mahasiswa Indonesia pertama yang meraih rekorBiasanya kan yang pertama yang selalu diingat," katanya
 
Enricko menceritakan, proses meraih rekor dari lembaga asal Inggris itu dilakukan dengan korespondensi via surat elektronikProsesnya cukup panjangMulai tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan, hingga verifikasiAwalnya, mereka hendak memecahkan rekor tidak dengan mengisi TTSTapi dengan scrabble, sebuah permainan merangkai kata dari huruf-huruf di papan permainan
 
Namun, tantangan memecahkan rekor scrabble cukup beratSebab, rekor yang ada adalah 2.000 orangAnak-anak BNEC merasa kesulitan"Akhirnya, kami memilih teka-teki silang atau crosswordsLebih realistis," kata Enricko lantas tersenyum.
 
Keputusan memilih TTS bukannya tanpa alasanMereka juga mengonsultasikannya ke pihak GuinnessBahkan, proses korespondensi itu sampai memakan waktu dua tahunSetelah lembaga rekor yang dirintis Sir Hugh Beaver pada 1951 tersebut memberikan lampu hijau, mereka mulai merencanakan
 
Pelaksanaan pengisian TTS masal itu jatuh pada 21 Februari 2010 saat progam Smart Day dan 6th Nationwide English Olympics ProgramItu merupakan lomba bahasa Inggris tahunan yang dihelat BNECProgram tersebut tak hanya diikuti mahasiswa, tapi juga siswa pelajar
 
Karena itu, banyak "sukarelawan" yang bisa dilibatkan dalam mencetak rekor tersebutAcara dilaksanakan di foodcourt Binus Kampus Anggrek lantai satuAwalnya, peserta diregistrasi hingga 600 orangMereka kemudian diberi lembar TTSPertanyaannya tidak banyakDelapan pertanyaan mendatar dan tujuh menurunTotal ada 15 pertanyaanSemua berbahasa Inggris.
   
Pertanyaannya pun sangat berbau IndonesiaMulai nama tari-tarian hingga nama alat musik khas"Kita harus bawa nama Indonesia dongSekaligus promosi," timpal Marcella Einsteins, mahasiswa teknologi informasi.
 
Para peserta hanya diberi waktu 15 menit untuk mengerjakanBeberapa detik sebelum berakhir, para panitia bersama-sama menghitung mundurDari 600 peserta itu, tak semua sukses mengerjakan TTSAda yang kabur sebelum rampung, ada juga yang angkat tangan dan membiarkan beberapa kolom melompongAkhirnya, hanya 550 peserta yang mampu merampungkan"Padahal, kami menoleransi minimal lima pertanyaan dijawab," kata Marcella.
 
Apakah para peserta tidak mencontek saat mengerjakan teka-teki silang" Enricko menggelengMenurut dia, saat TTS dikerjakan, ada pengawas yang hilir mudikApalagi, mereka menyewa dua orang sebagai saksiYakni, seorang dokter dan pendeta"Ya kalau ada yang nyontek teman sedikit tidak apa-apa lah," katanya, lantas terbahak.
 
Untuk keperluan verifikasi Guinness, mereka mendokumentasikan semua kegiatanMulai lembar jawaban TTS, daftar nama peserta, video pelaksanaan, hingga tanda tangan para saksiProses melengkapi berkas, kata Enricko, cukup lamaSebab, mereka harus mengedit video plus beberapa persyaratan lainnyaVideo itu pun harus dilengkapi subtitle bahasa InggrisBerkas itu baru rampung pada November 2010 dan langsung dikirim ke London, markas Guinness.
 
Enricko menuturkan, Guinness sejatinya menyodorkan dua alternatif penjurianSelain korespondensi, mereka bisa mendatangkan juri langsung dari InggrisSyaratnya, juri tersebut harus didatangkan dengan penerbangan kelas bisnis, menginap di hotel bintang empat, plus beberapa fasilitas lain"Kami hitung, habisnya Rp 20 juta" Rp 30 juta," kata Ciata Wijaya, mahasiswa jurusan sistem informasi, yang juga aktivis BNEC.
 
Lantas, berapa biaya yang harus dibayar untuk penjurian via korespondensi" "Nol rupiah," kata CiataDia menambahkan, Guinness bekerja secara profesionalMereka tidak menuntut upah untuk setiap rekor yang didaftarkanYang ditanggung hanya ongkos pengiriman berkas-berkas verifikasi dari Indonesia ke InggrisSertifikat dan surat ucapan selamat dikirim ke Indonesia oleh Guinnesss secara cuma-cuma
 
Guinness baru memasang tarif jika pendaftar rekor meminta sertifikat lagiSetiap sertifikat dibanderol GBP 15 atau setara Rp 214 ribuItu belum termasuk ongkos kirim"Soalnya kita nggak boleh menggandakan sendiri sertifikatnyaKan ada hak ciptanya," kata Ciata(c5/c4/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ke Mongolia setelah 20 Tahun Revitalisasi Sosok Genghis Khan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler