Menjadi Tamu VIP di NBA All-Star 2011 di Los Angeles (3-Habis)

Empat Hektare Penuh Atraksi Basket di Jam Session

Selasa, 22 Februari 2011 – 08:08 WIB

Staples Center bukan satu-satunya tempat penuh aksi di NBA All-Star 2011Los Angeles Convention Center pun disulap menjadi theme park temporer pesaing Disneyland

BACA JUGA: Menjadi Tamu VIP di NBA All-Star 2011 di Los Angeles (2)

Berikut catatan AZRUL ANANDA.

================
 
PERGI ke kawasan Los Angeles? Tidak lengkap kalau belum mampir ke Disneyland atau Universal Studios, atau theme park-theme park lain yang bertebaran di wilayah selatan negara bagian California tersebut.
 
Masalahnya, kalau datang hanya satu akhir pekan demi NBA All-Star 2011 di Los Angeles, kita mungkin tidak punya waktu untuk mengunjungi tempat-tempat lain
Selama tiga "atau empat hari" waktu kita mungkin sudah habis di radius 1?2 kilometer di downtown Los Angeles.
 
Jumat-Sabtu-Minggu, 18?20 Februari, mulai sore sampai malam pasti habis di Staples Center, tempat diselenggarakannya even-even utama NBA All-Star 2011.
 
Pagi sampai siangnya? Mungkin sudah habis untuk menikmati atraksi-atraksi lain yang berkaitan dengan NBA All-Star 2011

BACA JUGA: Tiket Termurah Melonjak Jadi Rp 5 Juta per Lembar

Selama akhir pekan ini, sejumlah show dan party yang berkaitan dengan NBA All-Star memang meramaikan downtown Los Angeles.
 
Tapi, yang paling seru, dan paling menghabiskan waktu kalau memang kita mau, ada di Los Angeles Convention Center (LACC)
Sebuah ruang ekshibisi raksasa yang letaknya bersebelahan dengan Staples Center.
 
Dan kalau mau, mulai pagi sampai malam, bisa menghabiskan waktu di LACC selama empat hari, mulai Jumat sampai Senin (18?21 Februari).

Ada apa di sana? Selama empat hari, LACC digunakan untuk NBA Jam Session

BACA JUGA: Ke Mongolia setelah 20 Tahun Revitalisasi Sosok Genghis Khan

Apa itu? Pada dasarnya, selama empat hari, LACC disulap menjadi sebuah theme park ala Disneyland atau Universal StudiosBedanya, kalau Disneyland untuk kartun dan Universal untuk film, NBA Jam Session adalah untuk basket.
 
Memang, Jam Session tidak secanggih Disneyland atau Universal karena bersifat temporerTapi, di sana orang tetap bisa bersenang-senangBagi warga Los Angeles, mungkin ini adalah atraksi alternatif yang seru, yang belum tentu datang ke kota itu sekali dalam sepuluh tahun.
 
Sejak 1992, Jam Session memang selalu mengiringi kehebohan NBA All-Star, di mana pun even itu berkunjungDengan demikian, (mayoritas) penggemar yang tidak bisa (atau tidak mampu) membeli tiket nonton All-Star tetap bisa menikmati kehebohannya.
 
***

Berkunjung ke Jam Session, kita harus sama siapnya dengan ketika berkunjung ke Disneyland atau Universal StudiosBagi penggemar basket "khususnya NBA" di Indonesia, contoh "mini"-nya adaYaitu, NBA Madness, yang sudah diselenggarakan Jawa Pos Group dan DBL Indonesia (pengelola Development Basketball League dan National Basketball League Indonesia) pada 2009 dan 2010.

Bila NBA Madness diselenggarakan di atrium mal-mal, yang biasanya hanya cukup untuk menampung satu "setengah lapangan basket" plus berbagai booth sponsor, Jam Session ini ratusan kali lebih besar.

Tepatnya seluas empat hektare! Ya, empat hektare!

Meski superluas, menikmatinya tetap butuh perjuangan hebatSebab, antrean sudah akan didapat mulai pintu masuk Los Angeles Convention Center sampai hampir semua "wahana" di dalam Jam Session.

Padahal, untuk masuk tidaklah gratisHarga tiket per hari berkisar USD 30 atau sekitar Rp 270 ribuEnaknya jadi tamu VIP NBA sepanjang ajang NBA All-Star, rombongan DBL dan NBL Indonesia tidak hanya mendapat fasilitas keluar-masuk gratis, tapi juga bebas antrean lewat pintu ekspres.

Begitu masuk "dan melewati berbagai pemeriksaan petugas sekuriti?, suasana langsung terasa hebohAda "lorong" besar berdinding kain bergambar bintang-bintang NBA All-Star 2011Di tengahnya, ada jalur berjalan ala karpet merah, tapi berupa jalur bercorak kayu khas lapangan basket.

Di kanan-kirinya pun ada "penyambutan"Kalau bintang Hollywood disambut jepretan banyak fotografer, pengunjung Jam Session disambut puluhan staf even yang menepuk-nepukkan balon tongkat (clapper) khas penonton basketTidak jarang mereka mengajak pengunjung untuk toastBagi penonton, rasanya pun seperti jadi pemain basket yang akan masuk ke lapangan dan disambut para penonton!

Di dalam, tinggal pilih ingin ke "wahana" manaTotal, ada tujuh lapangan penuh temporer untuk berbagai permainanMulai 3-on-3, laga-laga ekshibisi komunitas, dan lain-lainYang utama disebut Center Court, yang mungkin lebih tepat disebut stadion temporerSebab, bukan hanya lapangan yang terpasangDi sekelilingnya ada pula tribun tiga sisi berkapasitas sekitar 2.000 orangDi salah satu sisi, ada pula dua layar LED besar, plus scoreboard besar di tengah-tengahnya.

Selain itu, ada tujuh "setengah lapangan" bertebaran, untuk keperluan sponsor, klinik basket anak-anak, dan lain-lainBagi yang gila merchandise, di tengah-tengah LACC ada NBA StoreKalau lagi ramai-ramainya, untuk masuk toko superluas itu, perlu antreKetika hendak bayar, juga harus ada antrean menuju kasirPadahal, jumlah kasirnya belasan!
 
Setiap hari, ada sejumlah pemain atau mantan pemain NBA yang hadirTermasuk untuk duduk di kawasan khusus, melayani permintaan tanda tangan para penggemar.
 
***

NBA All-Star 2011 mungkin bisa dibilang sukses besarSetidaknya dalam menyedot perhatian, baik di Amerika Serikat sendiri maupun di duniaRating televisi kontes slam dunk pada Sabtu (19/2) disebut gila-gilaanDi AS, ditonton sampai 8,1 juta orang, tertinggi dalam 26 tahun sejarah penyelenggaraan.

Blake Griffin, bintang muda Los Angeles Clippers yang memenangi kontes slam dunk setelah melompati sebuah mobil, instan jadi superstar dunia"Bau-bau" kontes itu sudah di-setting semakin kentara ketika kita melihat toko merchandise utama di Staples Center pada Minggu (20/2), sebelum laga puncak NBA All-Star.

Di pintu masuk LA Team Store, sudah terpampang T-shirt merah bergambar Blake Griffin, bertulisan "Slam Dunk Champion"Kata seorang staf NBA, kaus itu bahkan sudah dijual Sabtu malam lalu, tidak lama setelah Griffin dinobatkan sebagai pemenang.

Sudah disiapkan Griffin bakal menang? EntahlahTapi, kalau pun iya, saya tidak komplain, karena kontes Sabtu itu benar-benar menghiburDan inti akhir pekan ini memang bukan persaingan yang sehat, melainkan tingkat keasyikan yang harus setinggi mungkin.

Minggu itu, suasana ramai luar biasaSebagai tamu VIP NBA, saya dan teman-teman dari DBL dan NBL Indonesia mendapat fasilitas ekstra sebelum acara dimulai pukul 17.00 waktu setempatKami diajak turun ke lapangan, ditunjukkan kesibukan di balik layar, lalu berfoto di lapangan hanya beberapa menit sebelum acara berlangsung.

Bukan sekadar foto biasa, NBA juga menyiapkan seorang "Legend" (mantan bintang) untuk berpose bersama kami (dan sejumlah tamu VIP lain)Dia adalah AC Green, mantan bintang Los Angeles Lakers.

Dalam tur singkat itu, sejumlah bintang besar lain kami jumpaiMisalnya, David "The Admiral" Robinson, mantan center andalan San Antonio Spurs yang pernah masuk daftar 50 pemain terbaik dalam sejarahDi "balik layar", juga bertemu head coach Boston Celtics, Doc Rivers, sedang berbincang dengan head coach Los Angeles Clippers, Vinny del Negro.

Fasilitas ekstra lain yang kami dapat: lagi-lagi partyDalam ajang ini, memang ada sangat banyak pesta untuk para partner dan undangan VIPMinggu malam setelah laga All-Star, mereka yang mendapat undangan khusus diajak menyeberang jalanDi depan Staples Center, jalan Figueroa memang diblokade, dan kawasan restoran di sekitar situ juga ditutupDi sana dipasang tenda besar, di dalamnya ada panggung untuk menghibur para tamu.

Beberapa selebriti yang nongol dalam laga All-Star ikut hadir di situDi antaranya, penyanyi legendaris yang tunanetra, Stevie Wonder.

Soal berlangsungnya laga NBA All-Star itu mungkin tak perlu terlalu banyak dibahas di siniTim wilayah barat (West) menang dan bintang tuan rumah dari Los Angeles Lakers, Kobe Bryant, terpilih sebagai Most Valuable Player (MVP) setelah mencetak 37 poin.

Meski demikian, tongkat estafet popularitas agak-agaknya sudah terjadi di Los AngelesKobe Bryant mungkin masih bintang paling top, tapi dia sudah sangat disaingi Blake GriffinBuktinya, saat laga All-Star, para penonton bersama meneriakkan "We want Blake! We want Blake!" ketika pemain Clippers itu duduk di bangku cadanganBegitu Griffin masuk ke lapangan, sorakan hebat pun menyertainya.

Tahun depan, NBA All-Star pindah ke pantai timur Amerika, ke kota OrlandoApakah bisa menyaingi NBA All-Star 2011 di Los Angeles ini? Tampaknya itu bakal menjadi sebuah tantangan hebat! (habis)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengetuk Pintu Langit India dari Mumbai


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler