Berpotensi Kompak, Lebaran 15 Juni

Rabu, 14 Maret 2018 – 08:44 WIB
Pencarian hilal. Foto: JPG

jpnn.com, JAKARTA - Awal bulan puasa tahun ini berpotensi sama antara Muhammadiyah dan keputusan pemerintah.

Muhammadiyah menetapkan awal bulan puasa atau 1 Ramadan 1439 H/2018 M jatuh pada 17 Mei. Sedangkan Lebaran atau Idul Fitri ditetapkan pada 15 Juni.

BACA JUGA: H-10 Lebaran, Lewat Tol dari Jakarta Hingga Gandulan

Penetapan dari Muhammadiyah dengan metodologi hisab itu tertuang dalam Maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah No 01/MLM/I.0/E/2018 tertanggal 9 Maret dan diteken Ketua Umum PP Muhammadiah Haedar Nashir.

Mereka menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 17 Mei lantaran tinggi bulan saat matahari terbenam pada 15 Mei masih di bawah ufuk (-0,2 derajat). Dengan demikian, hilal masih belum tampak.

BACA JUGA: Dorong Din Syamsuddin jadi Cawapres Pendamping Prabowo

Meski nanti dilakukan pengamatan langsung (rukyat), hilal atau bulan muda tetap tidak akan teramati. Karena posisi hilal tidak bisa diamati, jumlah hari di bulan Sya’ban digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.

Sementara itu, pada hisab 1 Syawal diketahui bahwa tinggi bulan pada 14 Juni sudah mencapai 7 derajat lebih di atas ufuk. Dengan demikian, hilal bakal terlihat saat diamati.

BACA JUGA: Buku Jawa dan Halal di Thailand Sangat Layak Jadi Referensi

Karena hilal sudah wujud, diputuskan 1 Syawal jatuh pada 15 Juni. Sedangkan Idul Adha atau 10 Dzulhijjah ditetapkan jatuh pada 22 Agustus.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, tahun ini penetapan 1 Ramadan, 1 Syawal, dan 1 Dzulhijjah bakal serentak. ’’Di Indonesia sampai 2021, awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah akan serentak,’’ katanya.

Hasil analisis Thomas menyebutkan, penetapan tanggal-tanggal penting pada kalender Islam itu serentak karena terbantu posisi bulan. Perbedaan baru muncul pada 2022.

Pada saat itu, ada perbedaan dalam penetapan 1 Ramadan antara kelompok hisab dengan yang berbasis rukyat.

Berikutnya pada 2023 ada potensi perbedaan penetapan 1 Syawal atau Lebaran. Lalu pada 2024 nanti yang mengalami perbedaan adalah penetapan Idul Adha.

Thomas mengatakan, selama terbantu posisi bulan, sebenarnya waktu yang tepat untuk menuju penyatuan kalender hijriyah.

Penyatuan kalender hijriyah yang dia maksud adalah penyatuan hakiki. Bukan sekadar serentak karena terbantu posisi bulan yang cukup tinggi.

Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag Muhammdiyah Amin mengatakan, tidak ada persoalan meskipun Muhammadiyah sudah menetapkan awal puasa, Lebaran, dan Idul Adha.

Sebab, Muhammadiyah menetapkannya berdasarkan hisab. ’’Sedangkan Kementerian Agama berdasarkan hisab dan rukyat,’’ tuturnya.

Untuk itu, Kemenag tahun ini tetap menggelar rukyat sekaligus sidang isbat dalam penetapan 1 Ramadan, 1 Syawal, maupun 1 Dzulhijjah.

Muhammadiyah menjelaskan, sampai saat ini belum ada edaran khusus dari Bimas Islam Kemenag menyambut bulan puasa. (wan/oki)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaku Penyerangan Bermasalah dengan Pastor? Jangan Percaya


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler